webnovel

dua

Kemarin adalah hari yang paling bahagia bagi Alena. Dia tidak merasa sendiri lagi, dia mempunyai teman, dia tidak merasa terasingkan lagi.

Seperti biasa, Alena memarkirkan sepedanya di area parkir motor. Tapi, tidak beberapa lama datanglah Alvaro dengan sebuah motor gede yang berhenti di samping sepeda Alena.

Alvaro melepaskan helmnya, turun dari motor dan berjalan menghampiri Alena.

"Pagii," ucap Alvaro bersemangat lalu mencubit pipi Alena.

Pipi Alena memerah akibat matahari pagi ditambah dengan Alvaro yang mencubitnya.

"Pagi Alvaro." Alena tersenyum membalas sapaan Alvaro.

"Ke kelas bareng sama saya, mau?" tanya Alena. Belum sempat Alena menjawab, dia sudah menggandeng tangan Alena. Mengajaknya jalan bersama di koridor.

Banyak bisik-bisik yang Alena dengar sepanjang dia berjalan di koridor bersama Alvaro.

Melewati lapangan, ada seseorang yang menabrak Alvaro.

"Anjirr, pakai mata dong!" Alvaro lekas berdiri. Mendorong orang tersebut.

"Gue buru-buru, sorry."

"Tetap aja lu harus hati-hati untung bukan Alena yang lu tabrak!" Alvaro menatap orang tersebut dengan tajam dan sinis.

"Gue udah bilang sorry ya, kok lu malah nyolot!" Protes orang itu.

"Alasan klasik, udah minta maaf entar lu nabrak lagi terus minta maaf lagi! Sama aja!"

"Mau lu apa? Hah! Ngajak berantem!" Orang itu mendorong Alvaro, tetapi Alvaro tidak jatuh karena badannya emang kuat.

"Al, udah." Alena mencoba menenangkan emosi Alvaro.

"Orang kayak gini harus diberi pelajaran! Kalau engga gitu bisa berulah lagi!" Bentak Alvaro.

Semua orang yang berjalan di koridor menghentikan aktivitasnya karena ingin menonton dua orang yang beradu mulut itu. Apalagi salah satu orang itu adalah Alvaro, cowok terganteng SMAE dan adik dari sang ketua osis. Noval Fauzan.

Melihat ada banyak orang yang berkumpul di lapangan menarik perhatian tiga cowok. Cowok itu adalah Noval, Galang, dan Dirga.

"Minggir, minggir. Cogan mau lewat." Galang sedikit berteriak mendorong siapa saja yang menghalangi jalan mereka menuju pusat perhatian.

Noval melototkan matanya kala melihat seseorang terkapar di atas tanah lapangan akibat pukulan keras yang diberikan Alvaro tepat di muka orang itu.

"ALVARO!" Teriak Noval menahan Alvaro agar memberhentikan perkelahian Alvaro dengan orang itu.

"Dia yang selalu cari masalah sama gue!" Alvaro menyentakkan tangan Noval.

"Bisa pakai otak kan kalau nyelesaiin masalah?" Noval tersenyum penuh arti ke Alvaro.

Melihat itu kedua teman Noval terkekeh. "Makanya Ion, kalau cari masalah tuh jangan sama Alvaro." Dirga membantu orang yang ditonjok sama Alvaro yang bernama Dion.

"Jangan nyari masalah, Ion. Cari cewek aja, lu kan jomblo." Elang tertawa membuat orang yang melihat kejadian itu terheran. Tidak mengerti apa yang sedang terjadi disini.

"Ikut gue, Ro!" Noval menarik tangan kiri Alvaro, dan tangan Alvaro yang kanan malah menarik tangan Alena agar ikut bersama mereka.

Noval berjalan di depan, diikuti Alvaro lalu Alena, di samping Alena, ada Galang dan juga Dirga.

"Eh CEKUBU, ngapain si lu ikut?" Tanya Galang.

"Bego! Lihat itu, tangannya ditarik sama junior sialan!" Dirga menggelengkan kepalanya akibat kapasitas otak Galang yang di bawah batas normal.

Alena diam saja melihat Galang dan Dirga yang terus ngoceh. Tak ada penolakan saat Alvaro menarik tangannya, Alena merasa ada yang aneh di otaknya sekarang. Dia terus berpikir, kenapa Alvaro orang yang baru dikenalnya terus saja ada di dekat Alena.

Noval membawa Alvaro dan lainnya di ruangan osis.

"Kenapa lu besar-besarin masalahnya?" Noval seketika emosi sekarang.

"Dia yang nabrak gue sembarangan!" Jawab Alvaro tak kalah emosinya dengan Noval.

"Gue udah bilang sama lu, masalah yang dulu udah selesai." Noval duduk di kursi kebesarannya.

Baru sepagi ini, Noval sudah dihadapkan dengan masalah yang ditimbulkan oleh Alvaro.

"Lo itu murid baru! Bisa tidak hindarin masalah? Gue capek!" Nada suara Noval ditinggikan.

"Siapa yang nyuruh lu buat ikut campur sama masalah gue? Udah gue bilang, gue bukan Alvaro yang dulu!" Alvaro menggenggam tangan Alena. "Berhenti buat sok peduli dengan gue!" Alvaro membawa Alena agar ikut keluar dari ruangan terkutuk itu.

Galang mengerucutkan bibirnya melihat adik-kakak yanh sering berantem itu. "Sabar aja kali Pal! Adek lu kan spesie langkah!"

"Lu kira adek gue apaan, hah!"

"Dia kan adeknya monyet." Sebelum Noval jadikan Galang mangsa kemarahan, Galanh berlari sekencang mungkin menghindari Noval.

*****

Alvaro dan Alena sudah berada di kelas. Masih ada waktu sekitar 10 menit sebelum pelajaran di mulai.

Alvaro memanfaatkan waktu itu untuk tiduran dan Alena yang membaca buku di sampingnya.

Alena merasa pusing, matanya melihat tulisan yang ada di bukunya buram. Sedikit darah keluar dari hidungnya, buru-buru Alena membersihkannya dengan tissue yang ada di atas mejanya. Alena hendak membuang benda putih yang sudah kotor akibat darah itu ke tempat sampah, namun ada yang menahan tangannya.

"Kamu mau kemana?" Tanya Alvaro.

"Aku." Alena bingung harus berkata apa kepada Alvaro.

"Heh, jawab." Alvaro mengayunkan tangan Alena. "Itu kok kayak darah di tissuenya?" Alvaro mengenyeritkan keningnya.

"Mau dibuang, tadi ada di dalam laci aku. Engga tau punya siapa." Alena membohongi Alvaro dan bodohnya lagi Alvaro mempercayai ucapan Alena.

Alvaro melepaskan tangan Alena, buru-buru Alena berjalan ke arah tempat sampah yang berada di depan kelas.

Waktu untuk belajar sudah berbunyi. Seluruh siswa masuk ke dalam kelas dan tak beberapa lama guru pun juga sudah masuk untuk mengajar.

Pelajaran kali ini adalah sosiologi. Panjang lebar guru itu menjelaskan tentang penyimpangan sosial. Alena bersemangat mendengarkannya, karena dari dulu Alena menyukai pelajaran sosiologi, dari dulu juga nilainya dalam mata pelajaran sosiologi tidak ada dibawah 90.

"Sekarang, saya akan kasih kalian tugas perkelompok untuk meneliti kejadian perilaku menyimpang di sekitar lingkungan." Guru itu berjalan untuk mengambil absen di atas mejanya.

"Kelompok 5 ada, Alvaro, Naina, Alfani, dan juga Alena." Guru itu mengakhiri pembagian kelompok.

"Tugasnya dikumpul minggu depan, selamat mengerjakan." Guru itu keluar dari dalam kelas.

"Enak yah yang satu kelompok sama cogan," ucap cewek yang duduk di bangku kedua barisan Alena.

"Kenapa harus cewek aneh itu yang satu kelompok sama Alvaro?" ucap temennya yang di bangku depan.

"Kelompok 5 enak, sudah ada anak pintar, ada cogan pula. Kenapa harus cewek sialan itu yang ada disana." Satu lagi cewek yang berbicara lalu memakai lipstik di bibirnya. Namun, Alvaro mendorong kursinya, otomatis tangan cewek itu salah mengoleskan lipstik hingga terkena di pipinya.

"Kalau punya mulut itu digunaiin bicara baik-baik. Percuma di kasih mulut kalau cuma diolesin benda itu dan bicara yang sembarangan! Tuhan pasti kecewa sama orang seperti lu yang mulutnya engga digunaiin buat yanh baik-baik!" Alvaro menggebrak meja itu membuat seisi kelas kaget.

*****

Next chapter