18 18. Sekolah

Aku harus bangun lebih pagi dari para Pangeran agar bisa membuat bunga Lily putih untuk mandi. Meskipun aku masih mengantuk, tapi aku harus semangat karena setelah beberapa hari pasti aku akan terbiasa dengan aktivitas ini.

Kau harus semangat Zhang Li!

Aku sudah menyiapkan handuk saat mau keluar dari kamar lalu mengambil nampan untuk wadah bunga Lily putih, aku duduk bersila diruang membaca dan mulai memejamkan mata setelah itu mengarahkan kekuatan spiritualku secara perlahan kearah nampan untuk membuat bunga Lily putih.

"Kau bangun pagi sekali Zhang Li," Sapa seseorang, ah pasti para pangeran atau Song Lan. Aku masih belum cukup hapal suara teman sekamarku!

Saat aku sedikit mengintip dengan sebelah mataku, ternyata Pangeran kedua sedang duduk bersila dihadapanku dan menatapku.

Nampan ini masih juga belum terisi penuh oleh bunga Lily putih, huhh! Ternyata susah sekali.

"Aku harus fokus agar bisa membuat banyak bunga Lily," gumam ku dalam hati dan berusaha mengabaikan Pangeran kedua yang dari tadi berada didepanku.

Terdengar suara jentikkan jari "Apakah segini sudah cukup banyak?" tanya Pangeran kedua.

Saat aku membuka mata, seketika nampan kosong yang ada dihadapanku sudah penuh "Sangat banyak! Apakah bunga Lily putih ini akan sama dengan yang aku buat biasanya?" tanyaku untuk memastikan.

"Aku rasa akan sama. Cobalah dahulu, tapi kalau berbeda maka buatlah sendiri!" Ucap Pangeran kedua sambil tertawa.

Ia berdiri lalu berjalan kearah rak buku untuk memilih buku "Baiklah, terimakasih Pangeran."

Pangeran kedua hanya tersenyum kepadaku lalu aku langsung saja ke kamar mandi, sebelum Song Lan menggangguku.

Hari ini kami memakai hanfu putih dengan kombinasi warna biru muda tanpa motif.

"Jangan lupa bawa buku catatan kalian karena hari ini ada materi tentang etika murid pewaris alam langit ," ucap Pangeran pertama saat kami semua sedang berkumpul diruang membaca sambil menunggu Pangeran ketiga selesai berganti pakaian agar sama dengan kami.

"Baiklah." Setelah itu kami semua berangkat dengan menaiki pedang.

Seperti biasa aku selalu bersama Pangeran pertama karena kantin terlalu ramai jadi kami makan terburu-buru agar tidak telat masuk kelas. Oh ya, Guru yang mengajari kami tentang materi etika murid pewaris adalah Dewa Pengetahuan - Ru Fen.

Aku belum pernah melihatnya jadi aku sedikit penasaran karena kata Guru, Ru Fen tau segala sejarah alam semesta bahkan semua informasi ataupun lokasi terpencil yang ada dialam semesta sekalipun.

Ada satu hal yang tidak ia ketahui, yaitu tempat raja iblis disegel karena seluruh Dewa di alam semesta tidak ada yang tahu selain Dewa Alam Langit Pertama.

Aku dan para Pangeran duduk dikursi paling depan karena kata Pangeran ketiga duduk dikursi paling depan akan jarang diberi pertanyaan oleh Guru Ru Fen.

Terlihat seorang lelaki parubaya dengan kulit berwarna putih cerah berjalan kearah meja Guru yang berada ditengah depan empat baris meja para murid pewaris.

Ia menggunakan hanfu putih panjang lalu terlihat memiliki jenggot putih dan rambut berwarna abu-abu dengan mata coklat sipitnya, ia berdiri sambil memperhatikan kami semua satu per satu "Apa tujuanmu menjadi murid pewaris?" tanyanya.

Untuk siapa?

Apakah untuk murid dibelakangku?

"Bagaimana menurutmu Nona?" tanyanya dengan tatapan mata menuju kearahku.

Kenapa menatapku? Aku mencoba menunjuk diriku dan Guru Ru Fen mengangguk "Tujuanku sebagai murid pewaris yaitu mewarisi tugas dan ilmu Guruku serta bertanggung jawab atas semua yang telah diberikan oleh Guru pembimbing selama sekolah dilembah langit."

"Apakah kau sudah bertanggung jawab?" tanyanya dengan tatapan seperti menyelidiki aku.

Aku harus menjawab apa?

Aku rasa sudah, tapi tidak 100%

"Belum sepenuhnya karena aku masih harus belajar etika murid pewaris dengan Guru Ru Fen dilembah langit."

"Cukup pintar! Baiklah mari kita mulai pelajaran kali ini, saya memakai ujian langsung secara tanya jawab. Jadi, persiapkan diri anda untuk fokus."

Untung saja Pangeran pertama memperingati kami untuk membawa buku catatan agar kami dapat mencatat hal-hal penting yang diberikan oleh Guru Ru Fen agar bisa menjawab pertanyaannya, selain itu untuk mencegah kami tertidur karena pelajaran ini cukup membuatku mengantuk dan bosan selama tiga jam ini.

Kami diberi waktu untuk makan siang lalu melanjutkan materi berikutnya bersama Dewi Spiritual yaitu Guru Ru Ru.

Kami para murid dibawa ke sebuah lapangan luas "Baiklah anak-anak hari ini kita akan memulai materi pertama yaitu bermain bola spiritual, seperti peraturan dasar bermain bola! Kalian akan membentuk tim yang berisi lima orang kemudian memasukan bola ke dalam gawang spiritual. Setiap tim yang bermain hanya memiliki tiga babak untuk menentukan tim yang menang."

"Jika kalah bagaimana Guru?" tanya Da Liu dengan penasaran.

"Tentu saja akan ada hukuman spesial untuk tim tersebut, sudah Guru persiapkan."

Guru Ru Ru memberikan kami semua kesempatan untuk membentuk tim sendiri "Baiklah setiap ketua kelompok maju kdepan untuk mewakili timnya."

Kelompokku kali ini bersama para Pangeran dan Song Lan, tapi mereka semua tidak ingin menjadi ketua ntah kenapa mereka semua memilihku secara memaksa dan pemungutan suara dilakukan secara sepihak. Sungguh tidak adil!

Saat semua ketua telah maju, Guru mengeluarkan satu papan kayu berukuran kecil lalu dilemparkan ke langit dan seketika menjadi banyak lagi "Persiapkan diri kalian untuk menerima kenyataan ," ucap Guru lalu papan-papan kayu itu mulai mengarah kepada setiap ketua kelompok.

Aku tidak berani membukanya sendirian. Jadi, aku kembali kedalam timku lalu membukanya bersama.

Ternyata lawan kami, tim Zhuan Qi

"Kenapa dia lagi!" Ucapku sedikit kesal lalu para Pangeran hanya tersenyum kepadaku.

"Anak-anak lihatlah gawang itu akan menjadi target kalian ," ucap Guru sambil menunjuk kearah langit.

Terlihat ada dua lubang besar seperti cermin tergantung dilangit lalu lapangan ini sudah diberi perisai air sebagai pembatas.

"Oh ya, Guru hanya ingin memperingati bahwa permainan kali ini akan sangat spesial. Kalau tidak kuat menahan bola spiritual maka menyerahlah."

"Tentu saja tim Zhang Li akan menang karena ada tiga Dewa Naga disana ," ucap Zhuan Qi dengan berteriak seperti tidak adil kepada Guru.

Bilang saja iri!

Hahaha tenanglah permainan ini memakai kekuatan spiritual tingkat Dewa tahap 7. Intinya jika kalian tidak kuat menahan bola maka menyerah saja karena kalian akan terluka berat kalau terlalu memaksakan."

Guru Ru Ru melihat wajah seluruh murid pewaris yang dipenuhi rasa khawatir dan ragu karena kekuatan spiritual mereka sangat jauh dari bola spiritual ini.

"Baiklah. Silahkan kalian diskusi dahulu tentang strategi permainan tim kalian dalam lima menit."

"Hei kalian berempat dengarkan aku sebentar ," ucap Pangeran pertama membuat kami langsung menatapnya.

"Kalian harus menggunakan kekuatan spiritual untuk mengkontrol bola ini, tapi kalau kalian tidak kuat menahan langsung saja berikan kepadaku secepatnya. Kekuatan spiritual yang aku miliki sudah melampaui Dewa tahap 7. Jadi, waktu aku menahanya kalian harus mencari ke lemahan dari tim serta bola itu."

"Bagaimana siasat untuk tim lawan?" tanya Song Lan kepada Pangeran pertama, tapi ia malah menunjukku.

Aku bingung harus berkata apa, karena siasat akan muncul saat kita sudah mengetahui strategi dan kelemahan lawan.

"Bermain bola spiritual boleh menggunakan kekuatan spiritualkan? Jadi, manfaatkanlah dengan baik untuk mengoper bola spiritual."

"Kau harus ingat, saat kau menggunakan jurus halusinasi, bayangan, teleport, dan trik-trik kotor maka timmu akan langsung didiskualifikasi oleh Guru."

"Baiklah kami mengerti," ucapku mewakili teman timku karena mereka hanya mengangguk tanpa berkomentar lagi.

Jumlah murid pewaris 250 totalnya. Jadi, kelompok yang terbentuk ada 50 karena setiap kelompok berisi 5 orang. Banyak kelompok yang menyerah duluan padahal belum selesai tiga babak, bahkan ada yang sampai terluka..

avataravatar
Next chapter