14 14. Dunia Fana

Ah kenapa lagi - lagi aku terbangun pada malam hari karena lapar, bukannya pagi saja.

Sungguh menyebalkan "Krukk..krukk..." Suara itu ternyata berasal dari perutku.

Bagaimana ini?

Sepertinya rakyat didalam perutku sudah sangat kelaparan. Kantin pasti sudah tutup, tidak mungkin juga aku ke rumah Guru karena disana dijaga ketat oleh para prajurit dan aku juga takut ketahuan Guru.

Sebaiknya aku cari Pangeran pertama terlebih dahulu, mungkin dia bisa seperti waktu itu memunculkan kue mochi ditangannya secara tiba-tiba.

Saat aku keluar kamar terlihat Song Lan sedang meminum arak dan bersantai diruang belajar "Seingatku sekolah lembah langit tidak boleh minum arak, tapi kenapa ia melanggarnya? Ah tidak pedulilah! Urusan dia dengan Guru."

Aku mengetuk pintu kamar Pangeran pertama, tapi tidak ada jawaban.

Apakah ia pergi? Sepertinya.

"Song Lan, apakah kau punya makanan?" tanyaku sambil berjalan ke arahnya.

Mungkin saja dia punya makanan karena perutku sudah tidak dapat menahan rasa lapar lagi.

"Tidak, kenapa? Kau lapar?" tanyanya sambil terus meminum arak.

Dia tidak mabuk?

Padahal ia sudah menghabiskan tiga botol arak, terlihat dua botol arak sudah tergeletak begitu saja diatas meja dan satu lagi masih berada digenggaman tangannya.

"Iya aku lapar."

"Apakah kau ingin ikut denganku? Aku bisa membawamu keluar dari sekolah lembah langit untuk makan, mau tidak?" tanyanya.

"Apakah tidak akan ketahuan?" tanyaku lagi untuk memastikan.

"Tenang saja aku tau caranya."

Aku memakai cadar, agar wajahku tidak banyak yang mengenali saat keluar nanti.

Aku dan Song Lan sudah sampai diambang pintu rumah, terlihat Pangeran pertama memasuki halaman rumah dengan tatapan yang sungguh dingin. Ia menatapku sambil berjalan ke arah kami "Kalian mau kemana?" tanyanya.

"Ke dunia fana untuk mencari makanan karena Zhang Li sudah kelaparan."

Dunia fana? Dimana itu?

"Apakah benar Zhang Li?" tanya Pangeran pertama menatapku dengan wajah serius.

"Iya perutku lapar, tapi dunia fana dimana?" tanyaku sambil mencoba mengingat tentang dunia fana, mungkin aku lupa...

Namun aku baru pertama kali mendengar nama dunia fana karena selama Guru memberi tugas hanya disekitar alam iblis atau hutan-hutan saja, tidak pernah mengutusku ke tempat bernama dunia fana seperti yang diucapkan Song Lan.

"Dasar gadis bodoh, ya sudah aku temani. Kau mau ke wilayah mana Song Lan?" tanya Pangeran pertama.

"Setelah keluar dari perisai emas, aku langsung teleport ke Ibu kota Yun."

"Ibu kota Yun? Baiklah tunggu aku dijembatan lampion."

Sepertinya mereka sangat tahu tentang Ibu kota Yun, pasti mereka sering ke sana.

Saat Pangeran pertama menggandengku kami langsung berada diatas jembatan dengan banyak lampion berbentuk kotak tergantung sangat indah dan rapih.

Lampion ini terbuat dari bambu dan kertas lalu disetiap lampion ini terdapat ucapan permohonan doa agar Ibu kota Yun dilindungi oleh para Dewa dari gangguan roh iblis yang sering berkeliaran pada malam hari "Zhang Li, kenapa melihat lampion serius begitu? Apakah kau ingin memiliki lampion?" tanya Pangeran pertama yang ternyata dari tadi memperhatikanku.

"Apakah Ibu kota Yun sering mendapatkan gangguan dari roh iblis?" tanyaku.

"Tidak tahu, ada apa?" tanyanya.

"Lihatlah tulisan ini."

Setelah melihat semua isi ucapan pada lampion, Pangeran pertama mengerutkan alis dan tampak bingung "Tidak mungkin Kaisar langit tidak mengurusnya hal seperti ini, karena setiap ada permohonan Kaisar langsung mengutus Dewa untuk menanganinya. Apalagi berkaitan dengan roh iblis yang merenggut nyawa manusia."

Teriakkan Song Lan langsung membuat pikiranku kembali memikirkan makanan karena tujuanku datang kesini untuk makan, bukan berurusan dengan roh iblis.

"Hei ayo kemari untuk apa kalian melihat lampion seperti itu ," ucap Song Lan sedikit berteriak karena jarak kami cukup jauh.

Saat kami berjalan mengikuti Song Lan, terlihat seorang wanita tua menggendong anaknya berlari terburu-buru.

Ibu kota Yun tampak sepi dan hening seperti tidak ada penghuninya, apa karena sudah malam? Sepertinya begitu.

"Song Lan, sebenarnya ada apa dengan Ibu kota Yun? Tidak seramai biasanya."

Kami memasuki sebuah kedai arak yang cukup besar karena ada dua tingkat, kami makan di pojok bersebelahan dengan kasir.

Setelah duduk, kami memesan makanan dan beberapa arak untuk Song Lan "Apakah kau tidak tahu? Aku baru saja mendengar dari pemilik kedai ini, tidak ada yang berani keluar malam karena ada siluman rubah yang selalu memakan jantung manusia dan saat sampai disini aku mencium aura iblis yang haus akan darah disekitar tempat ini."

Tidak ada yang berani? Mengapa pemilik kedai ini tetap membuka kedainya? Bahkan masih ada beberapa orang tengah duduk bersantai menikmati arak bersama temannya, sungguh aneh.

"Apakah belum ada utusan alam langit yang mengurus masalah ini?" tanya Pangeran pertama.

"Kata pemilik kedai malam ini utusan Dewa Perang yang akan mengurus iblis rubah demi keamanan Kota Yun."

Mengapa pemilik kedai tau?

Kalau Dewa Perang yang akan diutus?

Guru pernah memberitahuku kalau seluruh utusan Dewa dari Alam Langit saat bertugas ke dunia manusia selalu menyamar menjadi manusia juga, bahkan memiliki ciri - ciri yang sama persis. Aku pernah mengawasi utusan Dewa dari alam langit yang bertugas disebuah hutan yang dihuni oleh banyak manusia, mereka menyamar menjadi seperti manusia meskipun terlihat cahaya kekuatan spiritualnya sangat jauh berbeda.

Berarti aku pernah ke dunia fana?

Ah salah! Lebih tepatnya hutan fana.

Saat pemilik kedai ini mengantarkan makanan terlihat mata pemilik kedai sedikit berwarna ungu, apakah ia iblis? Tidak mungkin iblis bisa menghidangkan banyak makanan lezat seperti ini.

Setelah kami hampir selesai makan, tiba-tiba ada seorang pemuda fana memegang pisau tajam membunuh teman didekatnya, setelah itu ia merenggut jantung temannya lalu tertawa tidak jelas "Apakah pemuda fana itu gila?" tanya Song Lan.

Seluruh ruangan ini seperti dipenuhi aroma iblis rubah yang berada dekat denganku, ah aku tau pasti pemuda fana ini dirasuki oleh iblis rubah "Hei, rubah tua apakah kau ingin bermain denganku?" tanyaku dengan nada kencang agar terdengar seperti menantangnya untuk bertarung.

Pemuda fana itu langsung menatap kami dan terlihat kedua bola matanya menjadi berwarna putih lalu leher pemuda ini tampak saraf kehitaman lalu kulitnya pucat seperti mayat "Zhang Li? Kau melihatnya?" tanya Song Lan dengan ekspresi terkejut.

"Jangan dibunuh, cukup membuatnya sadar saja dari pengaruh mantra rubah tua karena pemuda ini telah dirasuki oleh aura pembunuh milik rubah tua."

"Baiklah."

Song Lan dan Pangeran pertama membantuku menyadarkan manusia fana ini karena seluruh manusia fana yang ada didalam kedai telah kerasukan aura pembunuh rubah tua.

"Kau manusia fana setengah dewa untuk apa mencampuri urusanku? Apakah kau sedang mencari kematianmu Nona?" Suara itu seperti seorang wanita tua.

Hah?

Manusia fana setengah dewa?

Apakah dia gila?

"Hahaha apakah kau tidak tau? Kau hanya setengah dewa bukan sepenuhnya. Jangan menghalangiku karena sedikit lagi aku akan mencapai tingkat ratu rubah iblis."

"Dasar rubah tua gila! Keluarlah dengan wujudmu jangan beraninya hanya bersembunyi ditubuh pemuda itu. Apakah kau tidak punya keberanian menghadapi aku langsung rubah tua?" Tanyaku dengan nada sengaja menghinanya agar amarah rubah tua ini semakin terpancing.

"Hahaha baiklah, jantungmu akan menggantikan jantung pemuda tampan ini."

"Zhang Li ," ucap Pangeran pertama sambil menahan tanganku.

"Bantu aku jika aku kalah," ucapku sambil menepis tangan Pangeran pertama lalu mengedipkan mataku.

"Zhang Li kau gila."

Aku langsung melesat keluar kedai dan tidak menghiraukan ucapan Pangeran...

avataravatar
Next chapter