webnovel

Bab 1 - Artemis -

Para serigala sialan itu mengejarku sampai ke dalam hutan, aku berlari menembus dinginnya angin malam, gaunku sobek dan compang-camping, aku berlari tanpa arah menghindari serigala-serigala sialan itu. Kakiku tak kuat berlari lagi, tanpa disadari aku hampir jatuh ke jurang, nafasku tersengal-sengal, aku tak memiliki tenaga yang kuat untuk melawan mereka. Tiba-tiba seekor serigala besar yang datang entah darimana mendorongku untuk menjauhi jurang, serigala besar itu lalu menggeram pada serigala-serigala yang mengejarku, mereka lalu pergi karena takut dengan serigala besar itu. Perlahan-lahan, serigala itu mendekatiku dan berusaha menerkamku, "Aaaa!" Aku menjerit.

"Nona! Apa Nona tidak apa-apa?" tanya seorang pelayan, seorang gadis lalu bangkit dari tidurnya, ia melihat sekelilingnya ada beberapa pelayan yang khawatir dengannya. "Apa Nona tidak apa-apa? Saya mendengar nona menjerit,"

Gadis itu lalu memijit pelipisnya, ia yakin bahwa ia telah bermimpi buruk, ia lalu menggeleng pelan untuk memastikan pelayannya tidak khawatir. "Aku tidak apa-apa," Jawabnya dengan seraya. Huhfft... Kenapa aku selalu bermimpi buruk jika bertemu manusia serigala di mimpiku? Huh! Aku membenci mereka!

CKLEK! Pintu terbuka, seorang wanita setengah baya masuk ke dalam kamar, "Persiapkan pakaian yang pantas untuknya, aku tidak ingin dia berpakaian lusuh di depan para bangsawan," Ujar seorang wanita setengah baya itu. Para pelayan dengan serempak lalu menunduk dan menjawab, "Baik, Nyonya," Wanita setengah baya itu lalu berbalik dan hendak pergi, namun ia menghentikan langkahnya, "Oh! Aku hampir saja lupa, Artemis, bersikaplah sopan di depan Keluarga le Boursier dan ibu tak mau kau membuat keluarga kita malu di depan mereka," Wanita bernama Victoria Moldovia yang merupakan ibu dari Artemis itu lalu pergi dari kamar puterinya.

Gadis itu adalah Artemis Moldovia, gadis vampire yang terlahir dari keluarga bangsawan vampire Moldovia, garis keturunan langsung dari Dragovic of Moldovia, raja vampire pertama dari Kerajaan Barat.

Artemis lalu beranjak dari ranjangnya, ia lalu pergi ke kamar mandi dengan ditemani para pelayan yang setia melayaninya, para pelayan lalu memandikannya dengan air yang sudah dicampur dengan bunga-bunga yang harum, lalu mereka memijit tubuh Artemis agar terasa rileks. Setelah itu, mereka mendandani Artemis, menyanggul rambut pirang Artemis agar terlihat elegan, lalu memakaikannya gaun berwarna merah yang senada dengan bibirnya.

"Anda sudah siap, Nona," Ujar seorang pelayan dengan seraya, Artemis lalu berdiri, melihat dirinya di cermin yang tampak berbeda dengan dirinya yang biasa. Artemis memang berbeda dengan gadis bangsawan lainnya, walaupun cantik, ia tak pernah memikirkan penampilan. Jika gadis dari kalangan bangsawan akan mati-matian berusaha agar penampilan mereka tetap cantik dengan merawat tubuh mereka atau pergi berbelanja gaun, Artemis justru lebih senang berburu mangsa di malam hari.

Artemis lalu pergi keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah, ia lalu melangkahkan kakinya menuju ruang makan yang letaknya dekat dengan danau di belakang. Disana tampak Keluarga Le Boursier sudah menunggunya, seorang wanita bergaun hitam lalu tersenyum padanya.

"Apakah ini putrimu, Tuan Moldovia?" Tanya wanita bergaun hitam dengan sopan, seorang pria bertubuh besar mengangguk, "Iya, ini puteriku, Artemis Moldovia," Jawabnya.

Artemis lalu duduk di sebelah sang ayah, Baron Del Moldovia, ia lalu menundukkan kepalanya sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua darinya. "Senang bertemu dengan anda, Nyonya Le Boursier,"

Beberapa pelayan lalu datang dengan membawa hidangan-hidangan yang sudah dipersiapkan sebaik mungkin sebelumya. Para pelayan itu lalu menuangkan air berwarna merah ke dalam gelas. Tuan Baron lalu mengangkat gelas emasnya untuk bersulang, semuanya lalu mengangkat gelasnya. "Untuk kejayaan Moldovia dan Kerajaan Utara," Ujarnya. Semuanya langsung meneguk minuman berwarna merah.

"Ini enak sekali, jenis minuman apa kali ini?" Tanya seorang pria dengan hidung yang sangat mancung itu, Joan Le Boursier, anak tertua dari keluarga Le Boursier. "Darah terbaik di seluruh daratan," Jawab Ryan, putera pertama dari keluarga Moldovia dengan nada sombongnya.

"Manusia maksudmu?" Tanya Joan dengan sarkastik. Victoria langsung berdeham di sela-sela minumnya, "Bukan, ini lebih baik dari manusia, ini adalah darah manusia serigala, Werewolf," Tuturnya dengan penuh kebanggaan.

Sontak semuanya langsung terkejut, beberapa saat kemudian mereka langsung tersenyum satu sama lain, mengingat bahwa para manusia serigala itu adalah musuh mereka. "Kalian memang selalu mengesankan, Tuan dan Nyonya Moldovia,"

"Hohoho..., terima kasih atas pujiannya! Baiklah, kita lanjut ke hidangan utamanya," Ujar Baron. Mereka lalu makan hidangan utama yang sangat mewah dan spesial malam ini. Setelah makan malam, mereka lalu berbincang-bincang mengenai Kerajaan Utara yang sangat maju dibandingkan kerajaan lainnya.

Artemis menguap, ia bosan dengan topik percakapan ini, kakak-kakaknya juga tak mengajaknya mengobrol ataupun berbasa-basi. Tiba-tiba saja, Tuan Le Boursier memasang wajah serius, begitu juga dengan Baron.

"Aku mau mengumumkan hal penting," Ujar Baron, semua orang lalu menatapnya. "Aku mau mengumumkan pada kalian semua bahwa puteriku, Artemis Moldovia akan menikah dengan Caius von Dragomir, putera mahkota Kerajaan Utara,"

Artemis terkejut, ia tak menyangka bahwa ia akan dijodohkan dengan Caius von Dragomir yang terkenal sebagai pangeran hidung belang itu! Bagaimana bisa ia akan menikah dengan laki-laki yang selalu bergonta-ganti wanita?! Sepertinya ini terjadi karena keluarganya memang gila. Gila harta.

"Uhukk! Apa aku tak salah dengar?!" Artemis langsung tertohok dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulut sang ayah. "Artemis, jaga sikapmu," Ujar Victoria sambil berbisik pada Artemis.

Kedua bola mata Artemis membulat sempurna, ia lalu terkekeh, "Ayah! Ibu! Apa maksud ini semua?! Apa maksud kalian semua dengan menjodohkanku tiba-tiba seperti ini?" Artemis langsung berdiri dan pergi meninggalkan ruang makan.

Artemis berlari keluar, air matanya bercucuran, ia tak percaya bahwa orangtuanya menjodohkannya tanpa memberitahunya sebelumnya. Ia lalu berlari ke kamarnya, melihat sekelilingnya, ia mengecek jendela satu per satu, berniat kabur menjadi pilihan utamanya saat ini.

Ia lalu mengambil tali laso yang ada dibawah ranjangnya dan mengikatnya ke pilar balkon. "Ekhem!" Suara itu mengejutkan Artemis yang sedang mengikat tali, ia lalu menoleh ke belakang, tampak seorang laki-laki berjalan menghampirinya. "Percuma saja, kau tak akan bisa keluar dari sini, Artemis, para penjaga sudah mengelilingi tempat ini,"

"Kukira siapa, ternyata kau, Dariel," Artemis lega ketika melihat kakaknya, Dariel. "Darimana saja kau? Bukannya kau harusnya ada di Bargamor?" Artemis mengernyitkan keningnya.

"Mana mungkin aku akan melewatkan acara pernikahan adikku sendiri," Ujar Dariel sambil menepuk pundak Artemis. "Aku pun mengalami hal yang sama sepertimu, menikah dengan orang yang tak kukenal,"

Artemis terdiam, memorinya kembali terputar kembali pada kejadian lima tahun lalu, kakaknya Dariel dijodohkan dengan sepupu jauh yang bahkan tak ia kenal ketika ia sudah menjalin hubungan dengan seseorang.

"Kenapa mereka tak membiarkan kita untuk menikahi orang yang kita cintai?" Tanya Artemis sambil mengusap matanya yang sudah basah karena menangis.

"Terkadang kau harus mengikuti apa yang mereka inginkan, bukan karena kau terpaksa, tetapi karena kau harus menghormati mereka,"

Next chapter