2 Kehidupan Aneska

Di sekolah.

"Nih buat lu."

Seseorang yang sedang menunggu kehadiran Aneska di depan gerbang sekolah sedari tadi akhirnya Aneska tiba di sekolah juga.

"Ga suka cokelat gua," jawab Aneska dengan sangat jutek.

"Kalau bunga suka kan?"

"Bunga lagi. Emang lu kira gua cewek?"

"Lah kan emang lu cewek kocak."

"Oh iya lupa, hahaha."

Seperti itulah sosok Aneska. Tidak mengakui dirinya sendiri sebagai seorang wanita.

Lelaki barusan yang berada di depan gerbang sekolah adalah cowok-cowok yang suka terhadapnya. Namun hanya di balas dengan tindakan yang acuh tak acuh dari Aneska kepada mereka semua. Kemudian setelah itu Aneska pergi ke kantin sekolahnya dan meninggalkan semua lelaki itu.

*****

"Rio kemana?" tanya Aneska kepada teman-temannya yang sedang duduk di kantin sekolah sambil menunggu bel masuk sekolah berbunyi. Melihat semua temannya sudah berkumpul kecuali Rio, Aneska pun menanyakannya.

"Ga tau, palingan telat lagi," jawab salah satu temannya.

"Dasar bocah bandel."

"Lu yang bandel. Anak cewek kok pake celana bukannya pake rok. Hahaha."

"Hahaha. Gua tadi naik sepeda ke sekolah."

"Ya sekarang pake dong. Kan sekarang lu udah ga lagi naik sepeda."

"Nanti aja kalo ada guru."

"Dasar bocah bandel. Hahahaha."

"Hahaha."

Aneska memang jarang sekali menggunakan rok di sekolahnya. Padahal jelas-jelas peraturan di sekolah adalah yang perempuan menggunakan rok dan yang laki-laki menggunakan celana. Walaupun Aneska sudah sering mendapatkan tegoran bahkan hukuman dari Guru, tetapi wanita itu tetap saja mengulangi kesalahannya kembali.

Selama menunggu jam sekolah di mulai, Aneska dan teman yang lainnya nongkrong di kantin sambil membahas masalah yang lainnya. Yang pasti bukan untuk membahas tentang masalah pelajaran. Yang ada nanti Aneska akan pergi meninggalkan mereka semua. Karena Aneska sangat alergi dengan yang namanya pelajaran. Semua pelajaran yang ada di sekolahnya tidak dia sukai. Kecuali mata pelajaran penjaskes atau yang di kenal dengan olahraga. Aneska hanya menyukai mata pelajaran itu saja. Untuk yang lainnya, sudah pasti Aneska sangat tidak memyukainya.

Di dalam kantin itu Aneska dan teman-temannya saling bercanda bersama, bergurau dan kadang mereka suka menjahili murid lainnya yang sedang ada di kantin juga. Perassan Aneska sangat bahagia dan bebas dibandingkan ketika Aneska berada di rumahnya sendiri. Rumah yang seharusnya terasa hangat untuk seorang anak ketika berada di lingkungan keluarganya sendiri.

Teman-temannya Aneska itu terdiri dari Ken, Rama, dan juga Rio.

"Hahahaha."

Tawa Aneska dan teman yang lainnya semakin menjadi-jadi. Semua murid yang ada di kantin itu merasa risih dengan keberadaan Aneska dan teman-temannya. Tetapi tidak ada yang berani menegurnya. Karena jika mereka berani, mereka semua akan mendapatkan akibatnya dari semua teman-teman Aneska. Hingga pada akhirnya ada salah satu kakak kelas Aneska yang berani menyindir Aneska tepat di hadapannya sambil melewati Aneska begitu saja.

"Berandalan. Pantesan hidupnya ga jelas. Ya maklum aja si. Namanya juga anak broken home. Kaya gitu deh jadinya. Ga tau sopan santun," sindirnya.

Aneska yang mendengar perkataan kakak kelasnya itu pun langsung emosi. Dia langsung berdiri dari tempat duduknya dan langsung menghampiri orang yang sudah menyindirnya. Teman-teman Aneska pun berusaha untuk menenangkan Aneska.

"Udah Nes, udah. Jangan dengarin orang kaya gini," ucap Rama.

"Orang kaya gini nih yang ga tau sopan santun. Lu ngomong apa tadi?" bentak Aneska.

"Lu kenapa? Kok emosi kaya gitu? Kenapa? Merasa tersindir lu? Bagus lah. Asal lu tau aja ya. Semua orang risih sama keberadaan lu di sekolah ini. Makanya mending lu pindah aja deh dari sekolah ini."

"Udah Nes, udah. Jangan di dengarin ya," ucap Ken.

Semua teman Aneska sudah berusaha untuk menenangkan Aneska, tetapi Aneska tetap saja terpancing emosi oleh kakak kelasnya itu yang sudah mencibirnya. Aneska pun semakin mendekatinya.

"Lu tuh yang jadi sampah di sini. Bisanya cuma ngomong ga penting," ucap Aneska.

"Lu ngatain gua sampah? Kurang hajar."

Kemudian kakak kelad Aneska itu langsung menampar pipi Aneska. Aneska yang tidak terima dengan perlakuannya barusan pun langsung membalasnya. Namun bukan hanya tamparan, tetapi pukulan yang mampu membuat pipi kakak kelasnya itu membiru. 

"Awas lu ya. Gua bakalan aduin ini semua ke Guru BK."

"Silahkan. Gua ga takut."

Orang itu pun langsung pergi meninggalkan Aneska. Sudah pasti dia akan mengadukan semuanya kepada Guru Bimbingan Konseling (BK) tentang perbuatan Aneska kepadanya.

"Lu kenapa pukul dia si? Sampai dia biru lagi pipinya," tanya Rama.

"Lu ga liat tadi siapa duluan yang nampar gua? Gua ga akan mulai kalo dia ga mulai duluan. Dia jual, gua beli."

"Tapi nanti kalo lu dapat masalah sama Guru BK beneran gimana?"

"Gua ga peduli."

Kemudian setelah itu Aneska langsung pergi meninggalkan kantin dan teman-temannya begitu saja. 

"Gimana dong? Aneska kayanya marah sama kita?" tanya Rama.

"Gua juga ga tau. Mungkin dia lagi kecewa kali karena kita ga belain dia," jawab Ken.

"Ya tapi kan maksudnya gua, gua cuma ga mau dia dapat masalah aja di sekolah."

"Iya niat lu baik emang. Yaudah kalo gitu kita cabut ke kelas aja. Kita samperin Aneska. Lagian sebentar lagi juga bel sekolah masuk berbunyi."

"Iya, ayo."

Semua teman-teman Aneska pun pergi menghampiri Aneska yang sudah lebih dahulu pergi ke kelasnya. Ternyata benar, Aneska sekarang sedang duduk di pojokan kelasnya sambil mendengarkan musik dengan headset. Karena perasaan Aneska saat ini pasti sedang kacau akibat perkataan kakak kelasnya itu.

"Itu dia Aneska," ucap Rama ketika menemui Aneska di sana.

"Iya biarin aja. Dia pasti lagi butuh waktu sendiri. Mending ga usah kita dekatin dulu," jawab Ken.

"Iya Ken."

Akhirnya Ken dan Rama tidak menghampiri Aneska terlebih dahulu. Karena mereka berdua tahu jika saat ini Aneska pasti sedang merasa sedih karena masih kepikiran dengan ucapan kakak kelasnya yang sudah mengejeknya tadi. Ken dan Rama pun langsung duduk di tempatnya masing-masing. Namun tidak lama kemudian ada salah satu teman Aneska yang datang ke kelas dan langsunt menghampiri Aneska.

"Nes," panggil orang itu.

"Yoi," jawab Aneska dengan sangat singkat.

"Lu di panggil sama Guru BK. Katanya lu harus datang ke sana sekarang juga."

"Sialan. Pasti semua ini orang itu yang udah ngaduin semuanya," pikir Aneska di dalam hatinya.

"Yoi. Gua langsung ke sana."

Kedua teman Aneska yang mendengar jika Aneska di panggil oleh Guru BK pun merasa khawatir dengan Aneska.

"Aneska di panggil Guru BK beneran lagi. Pasti dia mau di kasih hukuman," ucap Rama.

"Kayanya iya. Tapi mau gimana lagi. Aneska kan juga harus terima konsekuensinya. Lagian gua yakin kalo Aneska pasti bisa hadapai semuanya," jawab Ken.

"Iya. Dia kan lebih tanggung daripada anak laki-laki asli, hahaha."

"Hahaha. Parah lu. Temannya lagi susah malah di ledekin."

Tanpa berlama-lama lagi, dengan percaya dirinya Aneska langsung datang ke ruang BK sekarang juga. Karena Aneska merasa jika dirinya tidak salah. Entah apa yang akan di lakukan oleh Guru BK nya itu kepada Aneska kali ini.

-TBC-

avataravatar
Next chapter