14 0014 The Wedding (Finally)

Alisha merasakan sekujur tubuhnya kaku, diperlakukan seperti itu oleh Adrian. Mereka berdua sama-sama terdiam.

Tidak ada yang memulai untuk memecahkan keheningan yang tiba-tiba tercipta di antara mereka.

'Hei! Tumben, tangan kakiku tidak bereaksi untuk menepis tangannya, seperti tempo hari lalu.' Alisha terkesiap sendiri dengan pikiran di benaknya.

"Ah, kalian berdua ini, malah asyik berpacaran, saling tatap mesra begini, hem?" Alvian, tiba-tiba masuk ke dalam toilet wanita, karena merasa jengah, Adrian dan Alisha tak kunjung keluar dari dalam sana.

Adrian berdeham dan menurunkan tangannya. Sementara Alisha menggembungkan pipinya, memajukan bibirnya, dan bermuka masam.

Bisa-bisanya, kakaknya yang satu itu menggodanya di depan Adrian. 'Jika ia salah paham bagaimana?' pikirnya.

"Bagaimana?" Aldian turut masuk ke dalam.

Adrian tiba-tiba menyodorkan lengannya, setengah menyiku, menanti Alisha meletakkan tangannya di lengannya.

"Kita kembali?" tanya Adrian kemudian, yang diangguki Alisha, ia pun meraih lengan Adrian.

Keluar dari toilet ia disambut tante Laras dan perias pengantin.

"Ya Tuhan! Ada apa ini, Alisha? Riasanmu jadi berantakan!" ujar tante Laras histeris.

Alisha hanya tersenyum kikuk. Dilihatnya, di belakang, ada Hilman dan Mia, Alisha segera memberi kode, bahwa ada seseorang yang harus mereka bereskan di dalam toilet.

Bergegas Hilman membawa tante Laras dan yang lainnya agar segera menuju ballroom. Namun, tante Laras bersikeras, Alisha kembali terlebih dahulu ke ruang ganti. Tidak mungkin bukan, ia bersanding di pelaminan dengan tatanan rambut yang berantakan, meski Adrian berinisiatif merapikannya, sedikit, tadi.

"Ada apa, Al?" tanya tante Laras menyelidiki, dengan merendahkan suaranya, agar hanya mereka berdua yang mendengar.

Penata rambut Alisha pura-pura tidak mendengarkan percakapan itu, menyibukkan diri dengan menata ulang rambut Alisha

"Gak ada apa-apa, kok, Tan. Al, tadi mendadak mules, hehe," jawab Alisha.

"Kamu gak nyesel, 'kan? Adrian sekarang udah resmi jadi suami kamu, Al," tante Laras mengingatkan.

"Gak, Tan,"

"Jadi, tadi, Al, gak coba kabur dari pernikahan, 'kan?" tanya tante Laras makin penasaran, membuat Alisha tertawa.

"Gak atuh, Tan. Al, udah yakin, kok," jawabnya jujur. Setidaknya untuk sekarang, ia yakin untuk menjalani saja dahulu pernikahan ini, demi misinya nanti.

"Mempelai wanita sudah siap?" tanya seseorang tiba-tiba dari arah pintu, salah seorang dari WO bertanya kepada Alisha dan tante Laras.

Alisha dan tante Laras pun bersiap untuk kembali ke ballroom.

Di luar ruang ganti, telah menanti ayah Alisha, Yahya, dan kedua kakak kembarnya. Mereka lalu bersama-sama memasuki ballroom, untuk memulai resepsi pernikahan Alisha dan Adrian.

Alisha berjalan bersisian dengan ayahnya, dilihatnya Adrian sudah menantinya di atas pelaminan bersama Hilman dan ibunya, Regina.

Pemandangan ini, entah mengapa, dalam pikiran Alisha ingin sekali ditukar posisinya, namun, dengan segera ia menepis harapan kosong itu.

Tiba di atas pelaminan, Alisha dan Adrian kemudian duduk. Mendengarkan MC yang memandu acara, membacakan acara selanjutnya, yaitu berfoto berdua sambil memegang buku nikah, bertukar cincin, kemudian dilanjutkan foto-foto lainnya bersama keluarga kedua mempelai.

Fotografer mengarahkan, Alisha dan Adrian, untuk pengambilan foto pertama, memegang masing-masing buku nikahnya. Tampak keduanya mengulas senyum. Saling mencuri pandang, yang berakhir menjadi canggung.

Foto berikutnya, tantangan untuk Adrian, untuk pertama kalinya, harus merengkuh Alisha. Hatinya diliputi rasa khawatir, 'singa betina' dalam diri Alisha bangkit, dan reflek membantingnya, seperti pada saat awal pertemuan mereka yang lalu.

Adrian melakukannya dengan perlahan, memberi isyarat melalui matanya, bahwa ia meminta ijin untuk menyentuh Alisha.

Alisha memahami kegundahan Adrian, dan hal itu membuatnya tertawa kecil. Ia lantas menarik tangan Adrian agar makin merapatkan tubuhnya. Dengan santainya Alisha bersandar pada dada Adrian, membuat jantungnya berdebar tidak menentu. Tangannya melingkar di pinggang ramping Alisha.

"Aku bukan singa betina, kenapa mukamu seperti itu, hmm?" ucap Alisha berbisik di telinga Adrian, sambil mengatupkan mulutnya, sehingga tidak ada yang tahu, apa yang Alisha bisikan. Bibir manisnya tetap mengulas senyum semanis madu. Adrian menanggapinya dengan makin mengeratkan pelukan di pinggang Alisha. Tersenyum kepada kamera.

Satu foto berhasil diambil. Sempurna! Pasangan ideal, wanitanya cantik nan menawan, bersanding dengan pria tampan nan rupawan.

Foto-foto selanjutnya menjadi semakin mudah untuk Adrian, jika harus berpose berdekatan, dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya. Alisha tidak semenyeramkan seperti di Bandung ternyata.

Acara berlanjut dengan bertukar cincin. Adrian memasangkan cincin pernikahan di jari manis kanan Alisha dan cincin berlian di jari manis kirinya. Bergantian dengan Alisha yang memasangkan cincin pernikahan di jari manis Adrian. Kemudian mereka kembali berfoto sambil memperlihatkan cincin pernikahan mereka.

Hilman yang memperhatikan interaksi mereka berdua, hanya bisa mengulas senyum. Dia harus turut berbahagia, bukan?

Tibalah untuk sesi pemotretan dengan keluarga kedua mempelai. Posisi ibu Alisha digantikan oleh adik ayahnya, yang bernama tante Mira. Dan posisi ayah Adrian digantikan oleh Hilman.

Setelah sesi pemotretan, waktunya memberi kesempatan kepada para undangan untuk memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai.

Hilman sesekali mendengarkan laporan yang diberikan oleh Mia, melalui earphone tersembunyinya. Bahwa situasi di luar, aman, terkendali, tidak ada penyusup yang lolos seperti kejadian pagi tadi.

Wanita bernama Angel itu sudah dibereskan oleh anak buah Hilman, petugas yang sempat dilumpuhkan pun sudah kembali berjaga di posisinya semula, dengan lebih waspada.

"Al, Ian, makan dulu," ucap tante Laras. Alisha pun mengangguk dan turun dari pelaminan bersama Adrian, untuk menyantap hidangan makan siang.

Mereka berdua duduk satu meja, hening selama beberapa saat, sebelum Aldian dan Alvian datang, bergabung bersama mereka. Mencairkan suasana.

"Hei, my brother in law, santai Man, jangan kaku gitu, dong," ucap Alvian, menepuk-nepuk bahu Adrian.

"Adik kita, sebetulnya jinak. Hanya saja, butuh usaha keras," sambung Aldian. Tidak biasanya, kalimat panjang terucap dari mulutnya. Perkataannya spontan membuat Alisha tersedak daging rendang, yang sedang dikunyahnya.

Adrian dengan cekatan mengambilkan gelas di depannya, kemudian meminumkannya pada Alisha, yang masih terbatuk-batuk, matanya mulai berair.

"Oh, so sweet ...," ucap si kembar berbarengan, menggoda adik tercinta mereka.

Alisha yang sudah merasa lega, spontan menatap tajam kedua kakak kembarnya itu. Seraya mengacungkan tinjunya. Membuat Adrian tertawa kecil. Hal itu justru memicu emosi Alisha, dan mengalihkan pandangannya. Kini ia melemparkan tatapan tajam pada Adrian, suaminya. Seketika Adrian menutup mulutnya, masih menahan tawanya.

Mereka bertiga pun tergelak menertawakan tingkah Alisha, yang menurut mereka menggemaskan, dan lucu. Alisha yang mematut wajahnya, bukan membuat kakak kembarnya berhenti tertawa, malah semakin menjadi.

Hilman, melihat hal ini, dari seberang meja, lagi-lagi hanya bisa terdiam. Menahan gejolak di dadanya. Mencoba menetralkannya dengan meminum dua gelas lemon mint yang rasanya asam, manis, segar.

Acara pun berlanjut dengan persembahan lagu-lagu khas pernikahan dari wedding singer.

Alunan musik dan lagu memenuhi ballroom Puri Begawan. Menemani para undangan dan juga kedua mempelai saat menikmati hidangan makan siang mereka.

Hingga tiba-tiba terdengar letusan senjata api ....

avataravatar
Next chapter