webnovel

2 Saksi

"Siapa kamu? bagaimana bisa kamu mengurangi rasa sakit mereka?" tanya Airen. Girleon mengatakan berulang kali bahwa dirinya adalah Makhluk khusus dari planet lain yang diutus membatu membela kebenaran, yang memang memiliki banyak kekuatan dan kelebihan yang luar biasa. Mana mungkin Girleon mengatakan bahwa dirinya adalah Alien, bisa-bisa senapan yang dinawa oleh Airen dan teman-temanya itu memberondong dirinya.

Airen dan Narez berterima kasih atas apa yang ia lakukan itu, meskipun tak masuk akal, tapi ia lihat sendiri itu terjadi. Airen lalu mengajak pria itu menuju ke pintu keluar Camp.

Ia menunjukkan kepada Girleon diluar sangat mencekam, apalagi suasana malam begini makin terlihat kilatan-kilatan bom dan tembakan yang meletup-letup berwarna kemerahan. Ketika ia ditanya dimana keluarganya? Airen mengatakan semua telah meninggal karena peperangan, dia dan kebanyakan semua yang disini adalah sebatang kara.

Perang ini adalah konflik terbesar dan sama destruktif-nya dengan perang dunia ke II sepanjang sejarah. Negara Adidaya memulai Perang Dunia III dengan menginvasi Negara Rivalus ini, dan Negara-Negara sekitarnya, Negara dan beberapa negara tetangga meresponnya dengan menyatakan ikut dalam peperangan. Dengan dukungan dari Negara-negara yang tidak cukup kuat menyebabkam pasukan Blok negara Rivalus semakin merangsek, meskipun pasukan melancarkan serangan balasan hebat.

Keesokan harinya, Negara bagian blok Adidaya itu mengebom lokasi-lokasi inti kehidupan suatu negara, seperti bandara, pelabuhan, gudang senjata dan tempat militer. Mereka juga menyerang kota Cologus, Negara Kogorus (negara maju tetangga Rivalus-negara Airen dan Narez) dengan ribuan pesawat pengebom, dan untuk pertama kalinya membuat penduduk negara ini ikut merasakan peperangan. Selama dua tahun berikutnya, angkatan udara Negara adidaya secara sistematis mengebom pabrik industri dan kota-kota di seluruh negeri, sehingga pada tahun ini kota-kota hanyalah tinggal reruntuhan. Sungguh aneh, bathin Girleon. di negerinya yang masih berbau kepemimpinan yang solid sangatlah tercipta kedamaian dan ketentraman berabad-abad lamanya. Sedangkan di negeri modern yang katanya masa depan malah kacau dengan adanya peperangan.

Begitulah dia menjelaskan panjang dan lebar bagaimana bisa terjadinya peperangan yang memilukan ini kepada Girleon yang terus bertanya dan penasaran akan situasi yang terjadi. Ketika tengah malam sedikit bisa senggang para petugas medis dikarenakan banyak pasien yang sudah beristirahat, meskipun banyak pula yang masih kesakitan, namun berkat bantuan orang tak dikenal ini mampu sedikit mengurangi kegaduhan dan kesakitan para korban tadi. Karena saking hebatnya peperangan ini menyebabkan para wanita juga dilatih dan turut serta di medan perang, seperti dirinya.

"Kamu dan yang lain pasti sangat lelah selama tiga tahun harus hidup dalam kungkungan peperangan ini?" ucap Girleon dan dia semakin mendekat kepada Airen.

"Sangat! Tapi kami tak punya pilihan lain, yang ada dalam otak kami sekarang bagaimana berusaha berjuang dan bermanfaat untuk yang lain." Dia menunjuk korban berjatuhan yang sudah bergolek tak beraturan di lantai karena tempat yang tidak memadahi. Sempit dan pengab. "Sampai titik darah penghabisan kami, hanya itu yang bisa kami lakukan." Lagi, dia menyeka air matanya.

Wajah yang nampak lelah namun tetap memancarkan kecantikan tersendiri yang alami itu membuat Girleon menjadi tersentuh, dan ia sungguh merasakan sesuatu di hatinya yang selama ini belum pernah ada, dia terpesona dengan ketulusan gadis cantik pemberani ini, wajahnya yang bersinar ayu tanpa polesan. Bagaimana sempat dia memoles atau kefikiran make up. bisa mandi dan cuci muka dengan air bersih saja sudah bersyukur.

"Ayo kita kesana, seperti ada bahan makanan yang datang, kita harus menyiapkan untuk besok." Airen menyahut tangan Girleon dan menggandengnya untuk menuju ke camp pangan.

Hati Girleon sangat gelisah, jantungnya berdetak keras ketika tangan lembut itu menyentuh dan menggandeng tangannya. Mengajaknya berjalan mengikutinya. Dia tak berhenti menatap sekujur tubuh gadis di depannya ini.

Tampak beberapa orang menyelinap membawa beberapa karung yang berisikan bahan makanan seadanya, dari hasil pertanian. Mereka bergerak mengendap-ngendap untuk menyerahkan hasil pertanian yang tersisa untuk menghidupi rakyat yang masih ada. Terdapat dua camp disitu, camp medis dan camp pangan, dihuni oleh para janda-janda yang suka rela mengolah makanan dan membagi-bagikannya.

Kali ini ada sekarung ubi, sekarung jagung dan sekarung kacang. Suster Neira mengajak Girleon dan teman-temannya yang masih terjaga yang sudah biasa tak bisa tidur nyenyak bergegas membantu kegiatan di camp pangan.

"Aku tidak tahu percaya atau tidak, tapi aku juga sudah melihat banyak bukti dari keganjilan yang kamu tunjukkan, kamu datang dari masa lalu dan tempat lain, kamu punya, tapi aku tidak tahu harus memanggilmu siapa?"

"Panggil saja aku Gir, namaku Girleon, itu namaku," ujarnya.

"Mau kupanggil kakak atau tuan terlalu panjang, mau kupanggil namamu saja, aku juga tak mau kurang ajar karena kamu adalah orang yang berpengaruh di tempatmu," ucap Airen sembari duduk di tanah membantu membuka karung itu.

"Aku sekarang di Negaramu, aku ikut aturan disini, panggil saja aku Gir." Dia juga turut membantu.

"Ehm .. karena aku lihat kamu sangat berjasa juga tadi, aku memanggilmu Gir saja ya? Kamu adalah pahlawan disini dan bisa menyembuhkan orang. Aku takut menyebut namamu tanpa pangkat, kelak menjadikan aku kena masalah aku akan makin susah," ucap Airen sambil tersenyum kepada Girleon.

"Ia sungguh cantik, meskipun hanya tampilan yang apa adanya," gumamnya di hati sambil tersenyum juga.

"Apakah hanya ini makanan yang akan kita semua makan?" tanyanya heran.

"Apalagi? Di tengah peperangan kita bisa makan saja sudah bersyukur, kadang tak ada makanan sama sekali. Setelah ini kita akan masak semuanya." Airen bergegas mengambil kompor berkarat yang ada, dia mencoba menyalakan kompor untuk merebus ubi ketela itu. Gir segera menghampirinya

"Aku bisa mengeluarkan api dari jari telunjukku," tawarnya kepada Airen.

"Sungguh? Kamu serba bisa? Kau bisa punya banyak pangkat disini. Di Negaramu kamu hanya Pejabat kalau disini kamu adalah magician, dukun, mantri dan sekarang Chef karena ikutan memasak bersamaku, banyak lagi. hehee, bergegaslah, Gir." Airen tertawa dan Girleon sangat menyukai gadis ini tertawa karena sedari tadi dia hanya melihat wajah sendu dan kesedihan dari matanya. Ia segera menunjukkan gerakan aneh dijari-jari tangannya lalu benarlah api kecil keluar dari ujung jarinya, kemudian ia nyalakan pada kompor itu.

Narez datang membawa beberapa botol madu untuk diberikan kepada semua penghuni base camp. Ada orang yang menyumbang itu. tak terkecuali dia memberikan juga kepada Girleon dan Airen.

"Airen, minumlah madu ini agar stamina kita terjaga, tadi ada yang mengirim kesini," sapa Narez, Narez terus melirik Girleon dan Airen.

"Apakah akan ada cerita cinta disini? Hihihi, aku lihat Pemuda asing ini selalu membututimu dari tadi," goda Narez sambil tertawa-tawa.

Next chapter