webnovel

Bangun

Alice mendapati dirinya bangun di sebuah ruangan yang tidak ia kenal. Dilihat dari tata letak perbotan yang ada, ia mendapatkan informasi bahwa sekarang Alice sedang berada di sebuh gudang. Beberapa sarang laba-laba masih ada di beberapa sudut ruangan. Banyak kotak, potongan kayu, dan beberapa barang yang sudah rusak dan berdebu tersebar di seluruh ruangan.

Ketika mencoba untuk bangun, Alice dapat mendengar beberapa suara retakan dari dalam tubuhnya dan rasa sakit tiba-tiba saja menusuk ke dadanya. Ia menduga bahwa tulang rusuk bagian kanannya telah patah.

"Ugh..."

Sebelumnya ia baru saja menyelesaikan pekerjaan sebagai ketua organisasi The golden witch dan jatuh tertidur karena kelelahan. Tak disangka sekarang Alice terbangun di tempat yang tak ia kenali.

Alice menutup matanya dan mencoba untuk merasakan mana di dalam tubuh gadis yang ia tempati sekarang. Aliran mana pada dirinya sangat tidak stabil dan banyak sumbatan dimana-mana.

Tubuh kecil ini sudah lama diracuni. Racun di dalam tubuhnya sudah lama bertahan, mungkin sedari di dalam janin. Sekarang Alice tidak dapat memaksakan dirinya untuk menggunakan mana, kalau ia menggunakannya maka tubuh gadis ini akan remuk secara perlahan karena saling berbenturan anatara mana dan racun. Untuk sekarang Alice hanya dapat menekan racun di dalam tubuhnya agar tidak terlalu ganas.

Gudang yang Alice tempati tidak memiliki jendela sehingga membuat dirinya tidak mengetahui apakah sekarang waktu pagi atau malam. Ia berdiri dan menyeret tubuh kecilnya ke pintu untuk keluar.

Sayangnya pintu itu terkunci dengan sebuah gembok. Alice pun menggedor pintu hingga membuat suara yang begitu nyaring.

"Tolong! Apa ada orang di luar?"

Tidak ada satu pun balasan dari balik pintu. Alice menutup matanya dan menajamkan pendengarannya. Suara angin dan gesekan daun berjatuhan dapat terdengar di telinga Alice.

"Ini di hutan? Sejak kapan orang membangun gudang di tengah hutan. Merepotkan."

Alice pun duduk dan menyandarkan punggungnya pada pintu. Ia baru menyadari jika di tubuh gadis kecil ini memiliki banyak bekas luka kecuali pada bagian yang terbuka seperti wajah, leher, punggung tangan, dan punggung kaki. Jika tubuhnya memakai gaun, maka bekas luka yang ada tidak terlihat sama sekali. Seakan-akan mereka yang memberikan siksaan di gadis ini tidak membiarkan orang tahu bahwa dia sedang terluka.

Di beberapa bagian pun ada luka-luka yang masih merah dan juga baru. Luka-luka ini tidak lama sudah diberikan.

"Hmm... Apa yang harus aku lakukan sekarang."

Tanpa sadar Alice sudah menutup matanya kembali dan tertidur. Namun beberapa saat kemudian pintu terbuka dan membuat Alice terdorong ke tanah.

"Kau cepat berdiri."

Seorang laki-laki dengan tubuh berotot besar berdiri dengan borgol di tangan kanannya. Laki-laki itu memasangkan borkol pada tangan Alice dan menyeretnya untuk keluar.

Pepohonan dan rerumputan liar tersebar di seluruh pandangan Alice. Satu hal yang menarik perhatiannya, yaitu kerangkeng besar dengan banyak orang yang berpenampilan tidak layak sepertinya. Penjualan budak. Itulah yang dapat Alice simpulkan dengan melihat keadaannya sekarang ini.

Laki-laki yang menyeret Alice membuka kerangkeng besar itu dan melempar Alice dengan kasar. Rasa sakit akibat rusuk patah itu semakin parah dan merambat ke seluruh tubuh Alice. Untuk sementara waktu ia tidak dapat bergerak sama sekali. Butiran keringat dingin keluar begitu banyak dan membahasi beberapa bagian pakaian Alice.

Saat ia sedang fokus untuk menahan sakit pada dadanya. Tubuh Alice digendong oleh seseorang dan langsung disenderkan pada besi kerangkeng yang berkarat. Orang itu menyentuh pundak kanannya dan ia dapat merasakan mana yang mengalir. Perasaan sakit yang mengerikan itu berkurang sedikit demi sedikit.

Alice terkejut melihat seorang pria yang sedang membantunya. Dengan fitur wajahbtampan yang tegas, alis tebal, mata biru malam tajam yang dapat menjerumuskan setiap wanita yang melihatnya. Sayangnya wajah tampan ini dengan sengaja ditutupi oleh debu dan pakaiana yang ia gunakan begitu lusuh serta jelek. Terpancar aura keagungan dari pria yang ada di depannya.

Pria ini bukan orang biasa. Perasaan Alice mengatakan untuk menjauhi pria ini.

"Aku tidak bisa menyembuhkan patah tulangmu. Tapi paling tidak dengan begini kau tidak merasa begitu kesakitan."

Alice hanya dapat membalas perkataannya dengan menganggukkan kepala. Setelah selesai membantu Alice, pria itu duduk tepat berada di sebelahnya.

Kerangkeng ini digerakkan dengan bantuan roda dan kuda yang menyeretnya. Gudang yang Alice tempati sebelumnya merupakan sebuah persinggahan bagi mereka yang ingin menjual budak. Biasanya gudang seperti itu terdapat di berbagai tempat, seperti hutan, gunung, tengah kota, bahkan tempat-tempat hiburan malam.

"I-ibu kita akan dibawa kemana?"

Suara manis anak kecil membuyarkan pikiran Alice. Anak kecil itu memiliki tubuh yang begitu mungil. Tangan berdebu miliknya memeluk seorang wanita biasa yang meruapakan ibu dari sang anak.

"Kau tenang saja. Kita akan pergi ke temoat yang menyenangkan. Ayo tidur dulu ya." Sang ibu mencoba untuk menenangkan anak dengan cara berbohong. Sudah pasti tujuan kali inu adalah tempat penjualan dan pastinya akan berujung dengan kesengsaraan. Tidak ada satu hal menyenangkan dari tujuan kerangkeng ini.

"Baik bu."

Alice hanya bisa mendengus dan bergumam, "Pembodohan."

Alice melirik sekilas pada pria di sebelahnya. Pria ini diam dengan wajah kaku dan datar. Tidak ada satu emosipun yang keluar pada wajah maupun matanya. Akan tetapi hal ini menambah ketampanan dan jiwa agung pada dirinya.

"Apa yang kau lihat." Tiba-tiba pria itu berkata dengan suara yang dingin.

"Aku hanya ingin berterimakasih. Terimakasih sudah menolongku," ujar Alice dengan santai.

Pria itu memandang Alice dari atas ke bawah. Sudah dapat dipastikan pria itu melihat seluruh luka pada tubuh Alice. Namun beberapa saat Alice menunggu, pria itu tidak mengucapkan sepatah kata pun.

"Berhentilah melihat luka ku," ujar Alice.

Menghiraukan perkataan Alice, pria itu bertanya, "Apa kau tidak kesakitan?"

"Bukannya kau sudah melihat betapa menderitanya aku tadi. Sudah pasti semua ini sakit."

Pria itu diam dan mengalihkan pandangannya kembali. Sedangkan Alice menutup matanya dan fokus untuk menekan dan mencoba menghilangkan racun pada tubuhnya. Paling tidak ia harus segera menggunakan sihirnya kembali. Alice begitu frustasi menjadi seorang yang tidak berguna.

Malam sudah tiba dan orang-orang mulai singgah dan membangun tenda. Laki-laki berotot yang tadi menyeret Alice membawa sebuah roti dan melemparkannya ke tengah kerangkeng.

"Ini makanan kalian."

Di dalam kerangkeng terdapat delaoan belas orang. Satu buah roti untuk dua belas orang. Yang benar saja! Tentu roti itu tidak akan cukup.

Saat roti itu sudah ada di dalam kerangkeng semua orang kecuali Alice dan juga pria yang menolongnya berhamburan ketengah dan berebutan untuk mengambil roti dengan gila.

"Apa kau tidak makan?" tanya Alice pada pria tampan itu.

"Tidak. kau?"

"Aku juga."

Next chapter