webnovel

Namaku Alice...

Terjadi gempa dahsyat malam ini. Tidak ada tanda-tanda gerhana, tidak ada letusan gunung api. Seluruh dimensi mengalami goncangan tetapi tidak ada retakan.

Tak ada manusia yang paham apa yang terjadi. Para ahli sihir mengira ada ledakan sihir yang aneh tapi mereka tidak bisa merasakan kekuatan apapun.

Bumi ikut berguncang tapi alat pengukur gempa sama sekali tak merekam apapun.

Setelah gempa besar itu berhenti. Dunia menjadi gelap gulita, cahaya menghilang bahkan api pun tak mampu menimbulkan kilauan sama sekali.

Para pengendali api berpikir mereka telah kehilangan kekuatan mereka. Tapi bahkan tak ada satupun ciptaan dengan daya cipta atau sihir mampu melakukan sesuatu tengah kegelapan itu, semua netral dan tetap.

Waktu seolah-olah berhenti. Beberapa makhluk mencoba berlari entah kemana mencari sumber cahaya atau kekuatan, tetapi mereka tak berarah sama sekali. Percuma saja berlari, mereka hanya akan lelah dan kehabisan udara.

Kilat menguntur di angkasa atau mungkin langit-langit kastil atau rumah bagi beberapa orang. Tidak ada yang tahu bedanya. Kilat itu memberi dunia sedikit cahaya tapi tak mampu membuat orang-orang mampu melihat apa yang ada di sekitar mereka

Kilat itu muncul beberapa kali, bunyinya agak aneh seperti rangkaian glitch yang panjang.

Setelahnya semuanya kembali seperti semula.

Semua orang berhamburan memeriksa keadaan dan mencari kesalahan atau kerusakan yang mungkin ditimbulkan pasca kejadian aneh itu. Tidak ada yang aneh di bumi. Tidak ada, kecuali kenyataan kalau para putri mendadak menghilang.

"Aaaa...." Terdengar teriakan dari arah kamar utama.

Vincent Grégory segera berubah ke wujud serigala-nya dan berlari ke kamar utama. Setelah kejadian aneh yang terjadi itu pikirannya hanya tertuju pada sang Luna.

Vincent mendobrak pintu kamarnya dan segera mengedarkan pandangan pada ranjang besar di tengah ruangan.

"Nessy?" Vincent memanggil sang mate, wanita yang seharusnya ada di atas ranjang.

Hidungnya yang tajam mencium bau aneh. Feromon berbeda yang belum pernah diciumnya. Aromanya manis dan dingin. Itu jelas bukan aroma milik Renésmee.

Vincent mendengus, nafasnya yang kuat mampu membalik selimut yang menutupi wanita yang ada di atas ranjang. Setelah selimut itu tersibak, tampaklah gumpalan rambut ikal panjang berwarna pirang milik seorang wanita.

Wanita itu jelas bukan Renésmee sang luna.

Dimana mate-nya?

Vincent mengaum marah, suaranya yang lantang terdengar sampai satu desa. Matanya berkilat merah dan penuh kebencian. Dia siap untuk membunuhnya si ikal pirang yang ada di atas ranjang.

Setelah periode aumannya berhenti, wanita diatas ranjang itu mulai bergerak. Pastinya terganggu dengan suara keras Vincent. Wanita itu mengibaskan rambutnya, mendongak perlahan dan melihat sesosok serigala hitam besar di depannya.

Vincent mengaum memberi wanita itu peringatan. Matanya merah Vincent meredup saat menatap mata coklat terang milik si pirang. Ada kilatan keemasan di matanya saat wanita itu berkedip. Gadis itu tampak tidak takut pada sosok Vincent yang ganas setelah aumanya. Dia malah terlihat takjub.

Hewan itu jelas lebih besar daripada Cheshire cat.

Vincent mengaum sekali lagi. Dimana Nessy?

Ada angin kuat yang dihasilkan suaranya. Wanita diatas ranjang itu tak bergerak, hanya mengerjapkan matanya.

"Apa kau yang baru saja berbicara?" wanita itu bertanya pada Vincent.

Vincent kembali mengaum tapi bagi si wanita, auman Vincent seperti sebuah kata-kata. Dia mengerti setiap nada yang Vincent hasilkan dan menangkap maksudnya dengan jelas. Vincent seperti sedang bertanya padanya, "kamu mengerti bahasaku?"

"Ya, aku bisa mendengarmu. Namaku Alice." Wanita itu terdengar senang karena mampu mengerti bahasa seekor serigala raksasa, dia bahkan memperkenalkan dirinya.

"Kamu tidak takut padaku?" Vincent memperingatinya lagi dengan auman keras membuat Alice harus memundurkan wajahnya karena anginnya lebih kencang dari yang sebelumnya.

Alice tahu serigala adalah hewan liar. Mereka jelas buas dan berbahaya, tapi dia baru saja berbicara dengan seekor serigala besar. Dia mengerti bahasa serigala yang satu ini dan itu berarti dia bisa melakukan sedikit negosiasi. Jadi Alice tidak berpikir dia harus merasa takut. Tidak sama sekali. Lagipula dia sudah pernah bertemu dengan makhluk buas terburuk.

Jabberwocky yang agung, yang akhirnya mati di tangannya. Serigala hitam besar di depannya tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Jabberwocky.

Alice malah memalingkan wajahnya dari serigala besar di hadapannya. Setengah mengabaikan dan malah mengamati tempat dimana dia berada saat ini. Bertanya-tanya dalam hatinya, apakah ini Wonderland?

Vincent mengaum marah karena Alice malah mengabaikannya.

Kali ini auman itu membuat telinga Alice berdenging dan kepalanya sakit.

Vincent pikir dia akhirnya berhasil menakuti si rambut pirang ini. Tapi bukan itu yang membuat Alice sakit kepala. Dia mencoba mengingat kejadian terakhir yang dia alami, tempat dimana dia seharusnya berada. Apakah itu rumah atau Wonderland?

Ingatannya berantakan. Semakin Alice mencoba mengingatnya semakin Alice kehilangan ingatannya. Gambaran dunia nyata menjadi semakin samar, yang ada hanya ingatan tentang Wonderland dan semua makhluk di dalamnya.

"Dimana Nessy?" Vincent mengajukan pertanyaan itu lagi. Aumannya tidak sekuat sebelumnya.

Meski kepalanya sakit, Alice masih bisa menjawab si serigala. "Aku tidak tahu. Siapa itu Nessy?"

"Dia wanita-ku."

"Kekasihmu?"

"Ya, dia pasanganku. Dimana dia?"

Alice tidak menjawab dan hanya menggeleng, membuat Vincent kembali mengamuk. Vincent bahkan mulai bergerak mendekat berniat menyerang Alice dengan cakarnya. Untungnya Alice cukup lincah, dia berguling jatuh dari ranjang besar itu.

Serigala besar itu melangkah naik ke atas ranjang yang sudah setengah hancur dan mengaum lagi.

"Vincent!" Seseorang berseru dan melangkah ke depan Alice melindungi wanita itu dari amukan Vincent. "Tenangkan dirimu! Dimana Renésmee?"

Next chapter