webnovel

Bab 1. Awal mimpi buruk Alexa.

Dorr!! Dorr!!

Seorang pria berjas hitam roboh seketika, timah panas itu kini bersarang di dada sebelah kanannya. Darah segar mengucur deras membasahi lantai, akan tetapi pria itu belum mati. Napasnya tersengal, bibirnya bergetar memanggil sebuah nama.

"Ay-den," gumam pria itu lemah sambil memegangi dadanya.

Sorot mata Indra prayoga terlihat sangat kejam. Senyumnya menyeringai saat melihat pria itu kesakitan dan tengah sekarat.

Indra prayoga kemudian menjongkok, ia mengamati pria itu dari dekat. "Semuanya sudah berakhir, pergilah ke neraka dan bawa juga keluargamu!" Indra kembali menodongkan pistol ke dahi pria yang berada di depannya.

"Be-belum ... ini bukanlah akhir, tapi ini adalah awal kehancuranmu! hahaha," ucap Jonathan sambil tertawa.

"Suatu hari nanti, kamu akan hancur. Dan putrimu yang akan menjadi penyebab kehancuranmu, Indra!" lanjutnya.

"Tutup mulutmu! Aku tidak akan pernah hancur, tapi kamu! Akan kuhabisi seluruh keluargamu, terutama putra kesayanganmu," ancamnya.

"Semua sudah berakhir, Jonathan. Pergilah ke neraka dengan tenang dan akan kukirim putra kesayanganmu ke neraka, agar kau tidak kesepian." Indra tersenyum licik seolah dirinya sudah menang.

DORR!!

Tembakan terakhir Indra prayoga, berhasil membuat musuh bebuyutannya mati seketika. Hati Indra terasa sangat lega dan puas.

"Cepat! Singkirkan mayatnya .... Buang saja di hutan! Biar mayatnya dimakan anjing liar!" titah Indra Prayoga kepada anak buahnya yang sedang berada di dalam ruangan.

"Setelah kalian membuang mayatnya, pastikan juga untuk menghabisi seluruh anggota keluarganya," perintahnya lagi.

"Baik, Bos," jawab anak buahnya serentak, lalu mayat pria berusia 35 tahun itu diseret menuju pintu dan meninggalkan genangan darah segar yang terlihat begitu menjijikkan.

Tanpa Indra sadari, dari balik pintu terlihat sepasang mata yang sedari tadi menyaksikan perbuatan kejam yang dilakukan oleh Indra. Anak buah Indra rupanya tidak menutup pintu dengan benar.

Sehingga dari celah pintu itu, seorang gadis kecil berusia 5 tahun itu bisa melihat dengan jelas kejadian mengerikan tersebut.

Gadis berusia 5 tahun itu terlihat sangat syok sehingga boneka yang ia pegang terjatuh di lantai. Matanya melebar. Wajahnya pucat pasi dan tubuhnya gemetar.

"No-Nona Alexa," ucap salah satu anak buah Indra, pria itu sangat kaget ketika membuka pintu dan melihat seorang gadis kecil sedang berdiri mematung tepat di depan pintu.

Mendengar anak buahnya menyebut nama Alexa. Indra sontak menoleh dan wajahnya terlihat sangat terkejut. Dengan cepat ia menyembunyikan pistol-nya di balik saku jas-nya.

"Laura!! Laura!!" teriak Indra memanggil sang pengasuh.

Mendengar panggilan dari bos-nya, sang pengasuh itu segera berlari menghampiri bosnya.

"I-iya, Tuan," jawab Laura dengan ekspresi muka yang terlihat ketakutan.

"Kamu kemana saja, hah!! Kenapa Alexa bisa berkeliaran sendirian?! Pengasuh tidak becus! Cepat bawa Alexa pergi dari sini!" perintah Indra kesal.

"Apa lagi yang kalian tunggu?! Cepat lakukan apa yang kuperintahkan!" imbuhnya.

"Ba-baik, Bos."

Dengan cepat, anak buah Indra pergi sambil menyeret mayat pria paruh baya itu dan melaksanakan semua yang telah diperintahkan sang bos. Dan Alexa kecil pun langsung dibawa sang pengasuh pergi ke kamar.

Indra langsung keluar dari ruangan kerjanya sambil memerintahkan pelayannya untuk membersihkan genangan darah di lantai dan bergegas menuju ke kamarnya.

Brak!! Indra menutup pintu dan membantingnya dengan keras.

Indra melepas setelan jas-nya, dan melemparkan jas itu sembarangan di atas sofa lalu ia segera masuk ke kamar mandi. Air dingin yang mengucur dari shower terasa sangat menyegarkan. Pria bertubuh tinggi itu segera membersihkan tubuhnya dari noda darah.

***

Keesokan paginya.

Seorang wanita berusia 45 tahunan itu menerobos masuk ke ruang kerja Indra, wanita itu adalah Erna Subroto, Mertuanya.

Tanpa berbasa-basi, Erna langsung melempar sebuah amplop cokelat di hadapan Indra. Indra yang sedang duduk di ruang kerjanya tidak menunjukkan ekspresi apapun dan hanya duduk diam sambil menatap ke arah wanita itu.

"Apa ini, Ma?" tanya Indra datar.

"Itu adalah berkas dari pengadilan!" jawab Erna.

Indra mengernyitkan alisnya. "Berkas? Berkas apa, Ma?" tanyanya lagi bingung.

"Buka dan baca saja!!" perintah Erna sambil bersendekap.

Indra menghela napas panjang. Ia langsung membuka amplop cokelat yang berada di depannya dan langsung membaca dokumen tersebut.

"Apa-apan ini? Mama mau mengambil alih hak asuh Alexa?!"

"Iya! Mulai hari ini dan seterusnya, Alexa akan berada di bawah pengasuhan mama. Bukan seorang pembunuh seperti kamu!" bentak Erna emosi.

"Tapi ... hak mama apa? Alexa adalah putri saya! Darah daging saya dengan mendiang Ayana, mama tidak punya hak untuk memisahkan Indra dengan Alexa," protesnya.

"Mama berhak, Indra! Mama tidak mau Alexa dibesarkan oleh seorang pembunuh berdarah dingin seperti kamu! Apa selama ini kamu pernah memikirkan mental Alexa? Apa selama ini, kamu pernah berpikir tentang dampak psikologis Alexa?"

"Maksud mama apa? Apa mama pikir, Indra tidak memikirkan psikologis Alexa?!"

"Iya," jawab Erna ringan.

Erna berjalan mendekat ke arah Indra kemudian mencondongkan tubuhnya ke arah Indra.

"Kamu pikir, mama tidak tahu kalau Alexa kemarin melihat kamu sedang membunuh musuh bebuyutanmu? Coba kamu pikir dampak psikologis Alexa nantinya. Anak sekecil Alexa melihat papanya membunuh orang dengan keji," jelas Erna.

"Apa kamu tidak memikirkan hal itu, hah!" imbuhnya.

Hati Indra serasa mencelos saat mendengar kata-kata dari sang mertua. Meskipun Indra adalah seorang bos mafia sekaligus pengusaha sukses yang bergelimang harta. Fakta Ia adalah seorang ayah yang mempunyai seorang putri yang masih berusia 5 tahun tidak dapat ia pungkiri.

Meskipun Indra terkenal kejam dan berdarah dingin yang tidak segan membunuh siapa saja yang berani mengganggunya. Akan tetapi, sebagai seorang orang tua. Indra juga mempunyai sisi baik. Indra sangat menyayangi putrinya, meskipun terkadang ia bersikap sangat dingin.

"Besok pagi, mama akan menjemput Alexa. Mama akan membawa Alexa ke Indonesia, mama lakukan semua ini demi kebaikan Alexa! Jadi ... jangan pernah berpikir kalau mama sangat kejam," ucap Erna.

Setelah selesai berbicara, Erna langsung pergi meninggalkan rumah Indra. Indra hanya bisa terdiam, bagaimanapun juga ucapan Erna ada benarnya. Jadi, ia tidak akan mencegah Erna untuk mengambil Alexa.

Malam harinya.

Diam-diam Indra masuk ke kamar Alexa. Kamar bernuansa pink dan dipenuhi dengan boneka. Bagaikan kamar seorang putri di cerita dongeng. Di atas ranjang, Alexa sedang tertidur pulas dengan memeluk boneka teddy bear kesayangannya.

Indra perlahan mendekati ranjang putri kecilnya dan duduk disamping ranjang sambil menatap wajah Alexa. Indra mengelus rambut putri kecilnya dengan sayang, lalu Indra mengusap pipi Alexa.

Sorot mata Indra yang biasanya terlihat kejam, kini terlihat lembut dan penuh cinta. Tidak seperti biasanya. Indra mengecup dahi Alexa, ada perasaan bersalah di dalam hatinya.

"Maafin papa, Nak. Maaf, selama ini papa tidak pernah ada untuk kamu. Tapi papa janji, suatu hari nanti papa akan datang dan menjemput kamu," janjinya.

Indra menyelimuti putrinya. Mengecup dahi sang putri lalu berdiri dan meninggalkan kamar Alexa.

***

"Omaa, kita mau kemana?" tanya Alexa polos saat sang oma menggandeng tangan mungilnya keluar dari kamar.

"Sayang, kita akan pergi ke rumah oma. Ke rumah mama dan oma di Indonesia," jelas Erna.

"Tapi oma? Papa juga ikut, 'kan?" tanya Alexa polos.

"Cuma kita berdua saja, papa masih sibuk. Papa kamu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, Sayang," bohongnya.

Alexa terdiam, matanya berkaca-kaca. Langkah kecilnya terhenti dan melihat di sekeliling rumah untuk mencari sosok papanya.

"Ayo sayang, nanti kita terlambat, Alexa." Erna menggendong Alexa lalu masuk ke dalam mobil.

Dari atas balkon, Indra mengamati kepergian sang putri. Berat, namun ini semua demi kebaikan Alexa.

Tiba-tiba, seorang anak buah Indra datang menghampirinya. "Bos, keluarga Jonathan sudah dibereskan, " lapornya.

"Bagus, sekarang pergilah! Aku ingin sendirian sekarang dan tidak ingin diganggu!" perintah Indra.

Bagi Indra semua telah berakhir. Namun, fikirannya salah. Seperti kata Jonathan, musuh bebuyutan Indra yang berhasil ia bunuh.

Semua belum berakhir, bahkan ini adalah awal dari kehancuran Indra. Kata-kata terakhir dari Jonathan seolah menjadi kutukan bagi Indra Prayoga.

Bandung, 12 tahun kemudian.

Sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam tampak melesat di jalanan kota Bandung. Seorang pria tampan bertubuh atletis dan memakai setelan jas tampak sedang duduk di dalamnya.

Tidak sendirian, pria itu juga ditemani seorang tangan kanannya yang selalu setia menemani dirinya.

"Tuan muda, anda harus ingat tujuan anda kemari. Anda harus membalaskan dendam keluarga anda dan satu hal lagi yang anda harus ingat ... Anda tidak boleh jatuh cinta kepada siapapun! Karena, jika anda melakukan kesalahan sekecil apapun. Itu akan sangat berbahaya bagi anda dan juga keluarga mendiang tuan Jonathan yang lain," papar Rian.

"Aku sudah paham semua kewajibanku, sekarang kau diam! Dan sekarang, tolong hentikan mobilnya," perintah Daniel tiba-tiba.

Rian mengangguk pelan dan meminggirkan mobil.

Mobil berhenti tepat di depan sebuah taman, Daniel segera turun dari mobil dan berjalan-jalan di taman. Langkah kaki Daniel berhenti tepat di depan bangku taman dan ia pun langsung duduk di bagku tersebut sambil mengamati suasana sekitar taman yang terlihat ramai di sore hari.

Banyak orang tua yang mengajak anak-anak mereka bermain di taman, suara tawa anak-anak kecil terdengar begitu merdu di telinga Daniel. Melihat kepolosan anak-anak kecil yang tengah bermain, senyum Daniel sesekali mengembang.

Bukan hanya Daniel, di seberang tempat duduk Daniel, tampak seorang gadis muda berwajah cantik namun berpenampilan tomboy juga sedang mengamati tingkah lucu anak-anak kecil yang tengah bermain di taman. Gadis itu adalah Alexa Prayoga.

Tidak berapa lama kemudian Alexa berdiri dan berjalan ke parkiran untuk mengambil motor Ducati-nya. Saat Alexa hendak memundurkan motornya, tiba-tiba ...

TUIT TUIT ..... alarm mobil berbunyi.

Alexa tidak sengaja menyenggol spion mobil sedan berwarna hitam yang terparkir tepat di belakang motornya. Alarm mobil sedan itu berbunyi dan menyebabkan sedikit kegaduhan.

"Aaah ... Sial!" gumam Alexa sambil menjagang pinggir motornya dan menunggu si pemilik mobil datang.

Daniel dan Rian yang mendengar suara alarm mobilnya, mereka pun bergegas berjalan ke arah mobilnya diikuti oleh Rian di belakangnya. Rian langsung mematikan alarm mobil. Alexa dan Daniel nampak saling memandang.

"Hey ... kamu siapa? mau kau apakan mobil kami?" Rian menatap curiga kepada Alexa.

"Jangan-jangan ... kau adalah pencuri spion mobil?" tuduh Daniel.

To be continued

Next chapter