1 [AL-HIKAM]MUQADDIMAH

Dengan Menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih Lngi Maha Penyayang

Allah SWT berfirman:

"Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang membawa Al-Hikmah itu. dia benar-benar telah membawa kurnia yang banyak. Dan Allah Maha Luas (kurniaNya) lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah: 269).

Segala jenis puja dan puji adalah milik Allah yang telah memenuhi hati para waliNya dengan cinta kepadaNya, dan telah menjadi roh mereka para wali dengan musyahadah pada kebesaranNya, maka semua pikiran mereka mengeluarkan berbagai permata pengetahuan, dan lidah mereka para wali telah bertutur dengan berbagai permata permata dan berbagai kesimpulan pemahaman. Maka para wali mereka berada di antara orang yang berjalan kepada Allah dan orang yang ditarik Allah, juga berada di atas orang yang mencintai Allah dan dicintai. Mereka para wali telah difanakan Allah dalamNya yang mencintai dan telah mengekalkan mereka dengan musyahadah di berbagai bekas sifatNya.

Shalawat dan salam (rahmat dan keselamatan) atas pemimpin kita dan junjungan kita Muhammad sumber ilmu dan cahaya (cahaya iman, cahaya Islam, cahaya ilmu pengetahuan dan lain-lain). Baginda juga sumber dari berbagai ilmu makrifah dan berbagai rahasia Allah. Semoga Allah Ta'ala melimpahkan ridhaNya terhadap para sahabat Baginda yang melarang yak berbuat kebaikan dan keluarga baginda yang memperoleh berbagai kesucian dari Allah SWT.

Adapun sesudah tiap-tiap (sesudahnya bahkan sebelumnya), maka ilmu tasawuf merupakan ilmu yang lebih besar dari semua ilmu pengetahuan pada tampang dan kemuliaannya, dan ilmu yang lebih tinggi dari segala ilmu, laksana matahari dan bulan purnama. Betapa tidak, ilmu tasawuf itu merupakan inti dari ilmu syari'at dan jalan dari ilmu thariqat. Dan ilmu tasawuf itu bersinarlah berbagai cahaya hakikat. Karangan yang begitu besar terlihat ialah kitab Al-Hikam tulisan Maulana Ibnu Athaillah Askandari, itulah kitab yang merupakan persembahan Allah dalam sifat ladunni (ilmu tanpa guru) dan berbagai rahasia ketuhanan, segala fikiran telah bertutur dengannya, fikiran-fikiran yang murni dan rahasia-rahasia dari alam jabarut (alam yang tak dapat dijangkau dan disentuh oleh fitrah dan pancaindera manusia).

Dan sungguh kami terlebih dahulukan doa muqaddimah pada permulaan kitab ini. Salah satu dari dua muqaddimah itu adalah pada penjelasan sepuluh dasar ilmu tasawuf, sedangkan muqaddimah yang kedua menerangkan biografi pengarang Al-Hikam dan mengungkapkan kebaikan-kebaikan beliau.

Muqaddimah pertama ialah hal-hal yang sepatutnya bagi setiap orang masuk dalam suatu sisiplin ilmu pengetahuan agar dapat menggambarkannya sebelum masuk ke dalam (disiplin sesuatu ilmu), supaya setiap orang yang masuk itu dapat melihat dengan mata hati pada yang dituju, dan tidak akan berhasil menggambarkan gambarannya pemahaman melainkan dengan mengenal sepuluh dasar yang telah disebutkan dalam nazham ilmu pengetahuan, sebagai berikut: Dasar-dasar sesuatu Ilmu, Tiap ilmu ada sepuluh dasar-dasarnya, Ta'rifnya subjeknya juga faedahnya, Kelebihannya pertaliannya pembuatnya, Namanya pengambilannya dan hukumnya, Untung sebahagiannya cukup dia, Siapa kenal semunya bisa mulia.

[1] Difinisi Ilmu Tasawuf

Difinisi tasawuf ialah suatu ilmu yang dikenal dengan hal-hal manusia, keterpujiannya dan kejelekannya. Dan dapat diketahui cara mensucikan hal-hal manusia itu dari hal-hal yang tercela dan cara menempatkan hal-hal manusia itu dengan menjadikan hal-hal yang terpuji untuk dapat dijadikan sifat (karakter), dan dapat diketahui dengan ilmu itu cara berjalan kepada Allah Ta 'ala dan lari kepadaNya.

Maksudnya: Bahawa ilmu tasawuf adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang apabila kita dapat memahaminya dengan baik maka kita akan dapat mengetahui hal-hal yang terjadi pada diri manusia. Apakah yang terjadi pada diri manusia itu hal-hal yang terpuji atau hal-hal yang tercela. Hal-hal yang tercela juga kita dapat mengetahui bagaimana membersihkan diri manusia Selain itu dan juga kita dapat mengetahui bagaimana agar manusia dapat mengetahui mengetahui sifat-sifat yang terpuji untuk diamalkannya sehingga merupakan pakaian yang selalu dipakainya setiap saat dan di mana saja. Dan dengan ilmu tasawuf pula kita dapat mengetahui cara-cara kembali kepada Allah, berjalan kepadanya dan lari kepadanya, terhindar dari godaan-godaan dan was-was syaitan yanng selalu mencari kesempatan untuk merayu kita dan menipu kita.

Seorang penyair Sufi telah mengungkapkan:

Ilmu tasawuf itu tidak ada yang mendapatkannya Selain orang yang terkenal keluasan ilmu pada Tuhannya

Maksudnya: Bahawa ilmu tasawuf pada hakikatnya adalah suatu ilmu yang tidak dapat sesiapa pun membeli kuponnya kepada orang yang terkenal dengan keluasan ilmu dan pemahaman yang mendalam pada aqidah ketuhanan dalam arti yang luas dan juga mendalam. Manusia yang telah sampai pada hakekat tasawuf seperti para sahabat Nabi dan keluarga Baginda yang telah langsung memperoleh mutiara-mutiara aqidah dan nilai-nilai akhlak yang terpuji lahir dan mandi.

Demikian pula para wali Allah atau disebutkan paraAuliya'Nya seperti yang dikenal di dalam kita-kitab tasawuf, apakah mereka mengembangkan nilai-nilai aqidah ketuhanan dan akhlak yang terpuji lagi murni seperti yang dapat diketahui dalam kitab-kitab mereka, di antaranya kitab Ihya Ulumiddin karangan Imam AlGhazali, maka terungkaplah jalan menuju kepada Allah melalui syari'at, thariqat, hakikat dan ma'rifat. Cuma perbedaan antara sahabat Nabi dan para Auliaya'Nya yang bukan sahabat Rasulullah ialah bahawa para sahabat Nabi ibarat kapal besar yang selalu tenang mengahadapi gelombang-gelombang besar, maka mereka diberi rahmat dan nikmat oleh Allah swt dengan nilai AlBaqa'.

Tegasnya hal-hal yang bersifat umum tidak lagi mempengaruhi lahir dan mandi mereka, mereka selalu bermusyahadah yaitu melihat Zat Allah atau sebagian dari sifat-sifatNya dengan cara dalam arti kata tidak ada yang seumpama dan Sebanding denganNya. Berbeda dengan para Auliya' yang bukan sahabat dan keluarga Baginda Rasufullah melihat di mana kadang-kadang dunia masih menyentuh mereka dan kadang-kadang menimbulkan oleng pada kapal yang layari mereka, bahkan mereka diliputi dengan mabuk kesyahduan melihat Allah dengan mandi mereka hingga kadang-kadang tidak sedarkan diri dan inilah yang disebut dengan maqam Al-Fana' billah. Bagaimana bisa mengenalNya orang yang tidak melihatNyaBetapa pula cahaya matahari dapat dilihat oleh si buta? Hamba Allah baru dapat melihat Allah dengan mandinya apabila dia telah mengenal Allah. Kalau dia belum mengenal Allah maka Allah tidak akan dapat dilihat, sama juga dengan cahaya matahari baru dapat dilihat dengan mata apabila mata kita tidak buta, akan tetapi bila mata kita buta - nu'uzu billah - maka kita tidak akan dapat melihat cahaya matahari, meskipun nyanyikan matahari sejengkal atas pundak kita. Inilah maksud dari rumusan populer dari para Auliya' dengan kalimat:

"Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka pasti ia mengenal Tuhannya."

[2] Subjek Ilmu Tasawuf

Subjeknya atau pokok pembicaraannya ialah mengenai perbuatan- perbuatan hati (sentuhannya, tekadnya dan ketetapa nnya), dan jangkauan panca indera, dari sudut mensucikan dan menjernihkan.

Contoh perbuatan hati adalah sentuhannya dalam gambaran niat dan tekad, baik dalam mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya. Contoh jangkauan panca indera seperti mata melihat pada yang baik dan meninggalkan yang tidak baik, demikian pula sentuhan tangan, penciuman, lidah dan telinga.

[3] Faedah Ilmu Tasawuf

Faedahnya: Melatih hati dan mengenal Allah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib dalam perasaan dan penghayatan, juga dari keselamatan di akhirat dan sukses mendapatkan keridhaan Allah, dan juga untuk mencapai kebahagiaan yang abadi. Menrangi hati dan membersihkannya, dalam arti dapat membuka hal-hal yang mempunyai nilai keindahan, dan dapat melihat hal-hal yang tidak terduga, dan semoga hati dapat melihat sesuatu yang tidak terduga dapat dilihat oleh penglihatan mata hati orang lain.

[4] Kelebihan Ilmu Tasawuf

Kelebihannya : Bahawa ilmu tasawuf itu, lebih mulia dari ilmu ilmu yang lainnya, karena ilmu tasawuf berkaitan dengan mengenal Allah Ta'ala dan MencintaiNya, sedangkan ma'rifat kepada Allah dan mencintaiNya lebih mulia secara mutlak.

[5] Kaitan Ilmu Tasawuf Dengan Lainnya

Kaitan ilmu tasawuf dengan ilmu-ilmu lainnya: ia merupakan pokok semua ilmu dan syarat pada semuanya, karena tidak ada arti ilmu dan amal kecuali dengan tujuan yang mengarah kepada (ridha) Allah, maka pertalian ilmu tasawuf bagi ilmu-ilmu lainnya laksana pertalian roh dengan tubuh .

[6] Pencipta Ilmu Tasawuf

Penciptanya: Allah Yang Maha Tinggi dan Dia telah mewahyukan kepada RasulNya Muhammad saw (dan paraAnbiya' sebelumnya), maka ilmu tasawuf itu adalah jiwa dari semua syari'at dan agama yang diturunkan Allah swt.

[7] Namanya Ilmu Tasawuf

Namanya: Ilmu tasawuf dan dinamakan juga dengan ilmu bathin (ilmu kebatinan Islam).

Beberapa Pendapat Tentang Perkataan Tasawuf Telah diperselisihkan (dalam pendapat para ahli ilmu tasawuf) mengenai asal kata tasawuf atas pendapat-pendapat yang dilarang yak dan referensi pendapat-pendapat itu terbahagi kepada lima pendapat: [Pendapat Pertama]: Bahawa kata tasawuf

berasal dari AsSuufah (bulu ), karena bahawasanya orang sufi beserta Allah melaksanakan bulu yang diterbangkan angin yang tidak ada pengendaliannya (sebagaimana bulu yang diterbangkan angin ke sana ke sini yang tidak ada pengendaliannya selain menurut tiupan angin.

Demikianlah orang sufi yakni orang yang tasawufnya sudah mendarah daging adalah ia bersama Allah. Bagaimana kehendak Allah terhadapnya dan orang sufi tidak dapat mengendalikan bathinnya sendiri, akan tetapi bathinnya menurut ma'rifatnya terhadap Allah, tegasnya menurut sampai di mana hubungan kenalnya dengan Allah swt.

[Pendapat Kedua]: Bahawa kata-kata tasawuf diambil dari kata-kata Sufatil-Qafaa (bulu kuduk atau tengkuk), karena lunaknya maka orang sufi mudah dan lunak seperti bulu kuduk. Kalaulah bulu kuduk—halusnya dan lunaknya—maka demikian pulalah orang sufi, orangnya lembut, mudah karena sentuhan hatinya selalu dengan Allah dan bukan dengan dunia.

[Pendapat Ketiga]: Bahawa kata-kata tasawuf itu berasal dari As-Shifah (sifat) karena penghayatan ilmu tasawuf yang ada dalam diri sufi menjadikan dia bersifat dengan sifat-sifat yang terpuji dan meninggalkan sifat-sifat yang tercela.

[Pendapat Keempat]: Bahawasanya kata tasawuf berasal dari kata As-Shafaa' (kesucian) dan pendapat inilah yang dianggap benar oleh para ulama sehingga Abul-Fath Al-Basthi rahimahullahu Ta'ala berkata tentang orang sufi: Manusia beda pendapat tentang Sufi siapa

dia Kerana kejahilannya tak disangka dari bulu domba Saya tidak setuju dengan nama ini kecuali sang pemuda Dirinya bersih hati maka Sufi digelarkannya.

[Pendapat Kelima]: Bahawa kata-kata tasawuf itu berasal dari Suufah Al-Masjidin-Nabawi (teras Masjid Nabawi di Madinah) yang menjadi tempat orang-orang sufi, karena orang sufi mengikuti mereka pada apa yang telah ditetapkan Allah buat mereka berupa sifat terpuji , karena Allah telah berfirman dalam surah Al-Kahfi ayat 18:

Yang Artinya: "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan hari senja dengan mengharapkan keridhaanNya." (Al-Kahfi: 18).

Asal kata tasawuf yang kelima ini merupakan acuan setiap pendapatnya. Demikian disampaikan oleh Syaikh Zaruq rahimahullahu Ta'ala.

[8] Sumber Ilmu Tasawuf

Sumbernya: Ilmu tasawuf itu bersumber dari kitab suci Al-Quran, sunnah Rasulullah, ilham para shalihin yakni orang-orang yang salih dan yang merupakan kurnia-kurnia Allah terhadap para Arif billah iaitu para Wali. Mereka para ulama yang merupakan Wali Allah telah memasukkan ilmu nilai-nilai tasawuf dari ilmu fiqih, karena sentuhan ilmu fiqih memerlukan keberadaannya dalam ilmu tasawuf, karena itu gambaran yang demikian telah dihuraikan oleh Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin yang isinya terbahagi kepada empat kitab:

1 .Kitab tentang ibadah.

2. Kitab mengenai adat (hal-hal yang sering terjadi dalam hubungan sesama manusia).

3. Kitab mengenai hal-hal yang membinasakan (Al-Muhlikaat).

4. Kitab tentang hal-hal yang menyelamatkan (Al-Munjiyaat).

Nilai-nilai hukum Islam yang dimasukkan dalam ilmu tasawuf adalah untuk penyempurnaan ilmu tersebut dan bukan sebagai syarat, yang dicapai pada nilai nilan yang sifatnya tidak dapat tidak, di mana nila-nilai itu berkaitan dengan ibadah.

[9] Hukum Ilmu Tasawuf Dari Segi Syari'at

Hukum agama tentang ilmu tasawuf: Imam Al-Ghazali telah berkata: Bahawa mempelajari ilmu tasawuf hukumnya fardhu ain, karena sesorang dari manusia tidak boleh terlepas dari aib atau penyakit (dosa atau kesalahan, baik terhadap Allah atau terhadap manusia lainnya), siaran yang dapat selamat adalah para Nabi alaihimus-shalatu wassalam. Telah berkata Imam As-Syadzili: Barangsiapa yang tidak terlibat (tidak berada secara benar) dalam ilmu kami ini, maka orang itu mati dapat membawa dosa-dosa besar dan dia tidak menyadarinya.

Dan karena mempelajarinya itu fardhu ain, wajiblah yang bersangkutan pergi mencari guru untuk mengambil pengetahuan itu , apabila guru itu terkenal dalam memberikan ilmu pendidikan itu, dan juga guru terkenal itu dapat menyembuhkan penyakit yang ada dia ubat di mana masyarakat mengetahui adanya penyembuhan melaluinya, meskipun orang yang bersangkutan bertolak belakang dengan kedua orang tuanya karena tidak mengizinkannya untuk musafir mencari ilmu itu. Cukuplah keterangan dalam hal ini karena kebanyakan manusia telah menjelaskan permasalahannya, seperti Imam Sanusi dan lainnya. Beliau Imam Sanusi telah berkata: Nafsu apabila telah membentuk diri seseorang adalah nafsu itu laksana musuh, apabila ia datang dengan tiba-tiba, maka wajib ia melawannya dan memohon bantuan dalam menghadapinya, meskipun seseorang itu bertentangan dengan kedua orang tuanya,

Jadi terdapat dalam kitab Syarah Al-Jazairi. Tentang hal ini terungkaplah syair yang indah seperti berikut:

Dalam getaran cinta padaMu dengan jiwaku. Ku layari lautanMu dengan caraku. Ku tanya Engkau setiap selat rindu padaMu. Isi gelasMu ku minum meski racun di situ. Siapa larangku tak diperhati oleh diriku. Kupingku tuli dari celaan pencelaku. Segala jaminan rindu kepadaMu. Aku tinggalkan ayah-bondaku dalam ridhaMu.

[10]Masalah-Masalah Ilmu Tasawuf

Masalah-masalahnya: Maksudnya ialah mengenal istilah-istilahnya yang berupa berbagai kalimat yang beredar di antara nilai- nilai ilmu tersebut seperti ikhlas, jujur, tawakal, zuhud yakni (berpaling dari sesuatu, karena dianggap rendah atau rendah. Maka adalah orang yang zuhud itu ialah orang yang benci pada dunia karena cinta pada akhirat. Demikian juga istilah Al-Wara' (yakni menjauhi maksiat dan syubhat), yakni hal-hal yang bersifat abu-abu, dikatakan benar juga tidak, dikatakan belum tentu benar. Demikian pula istilah ridha, taslim yakni pasrah. Istilah cinta, fana', baqa', zat, sifat, mampu, bijaksana, kerohanian, hikmah, rohaniah, syari'at, thariqat, ma'rifat, hakikat, sesuatu yang muncul dalam bathin, kedudukan bathin dan lainnya- lain.

[11] Fadhilah Ilmu Tasawuf

Fadhilatnya diketahui: Berdasarkan hal-hal yang sebelumnya, ini dapat diketahui dari dasar-dasar ilmu tasawuf, yakni Zat Allah Yang Maha Tinggi adalah lebih mulia secara mutlak, karena ilmu tasawuf sejak dari awal sudah mengarah kepada taqwa kepada Allah swt, pada pertengahannya ilmu tasawuf menunjukkan bagaimana mengenalNya dan tekad bulat kepadaNya. Telah berkata Al-Junaid seorang Waliyullah terkenal sebagai berikut: Jikalau kita mengetahui bahawa di bawah langit yang besar itu ada sesuatu yang lebih mulia daripada apa yang kita bicarakan bersama teman-teman kita, maka sungguh aku akan berusaha mencarinya.

Telah berkata Syeikh Shaqli ra dalam kitabnya yang bernama Anwaarul-Quluub Fi Ilmil-Mauhuub (Cahaya hati dalam ilmu mempersembahkan Ilahi), katanya: Setiap orang yang telah membenarkan ilmu ini (ilmu tasawuf) berarti dia 'manusia yang khusus', dan setiap orang Yang memahami ilmu ini maka ia dapat dikatakan 'manusia yang lebih khusus', karena telah dapat menyesuaikannya, dan setiap manusia yang dapat mengungkapkannya berarti ia 'bintang tinggi yang tidak dapat dijangkau dan lautan yang tidak dapat mengeringkan udaranya'.

Berkata Sufi yang lain: Apabila Anda melihat manusia yang telah meninggal terungkapnya kejujurannya yang luar biasa dalam sistem ini, maka

gembiralah ia. Apabila Anda melihat pemahaman manusia terbuka pada ilmu tasawuf, maka berikanlah keberuntunganku. Apabila Anda melihat manusia yang dibukakan dia dapat bertutur dengan ilmu itu, maka besarkanlah dia dan apabila Anda melihat ada orang yang tidak senang pada ilmu tasawuf, maka larilah Anda daripadanya, laksanakan Anda lari dari singa dan tinggalkan dia.

Pada bila-bila masa orang boleh mengatakan tidak perlu terhadap ilmu pengetahuan, kecuali ilmu tasawuf, manusia setiap detik membutuhkan ilmu itu (karena ilmu tasawuf mengandung akhlak dan budi pekerti, baik yang berhubungan dengan Maha Pencipta dan juga berhubungan dengan semua makhluk—khususnya manusia) .

Jadi adalah ilmu tasawuf ilmu yang termulia dari semua ilmu kerana ilmu tasawuf Berkaitan dengan Pencipta Sang Maha, di samping MencintaiNya, yang merupakan pokok bagi keterkaitan semua ilmu yang bermanfaat dengan ilmu tasawuf itu sendiri. Sedangkan mengenal Allah dalam arti yang luas, Mendalam dan menyentuh iman lebih mulia dari semua hal yang bersifat mutlak.

avataravatar
Next chapter