webnovel

Tempat Penenang Hati

Suara celoteh dua orang pemandu radio menjadi teman perjalan Alex. Lita yang semalaman tidak bisa tidur akhirnya malah pulas tenggelam dalam mimpinya.

Sesekali Alex tersenyum simpul sambil menatap wanita cantik disampingnya yang menggeliat membenarkan posisi tidurnya.

Akhirnya Alex sampai di area parkir yang terbentang Luas dan langsung memarkirkan mobilnya dengan apik.

Alex menarik nafas lega, sambil menurunkan kaca jedela mobil, kemudian menoleh ke arah Lita yang masih pulas tidur disampingnya, ia sengaja tidak mau mengganggu tidur Lita jadi ia memutuskan untuk menunggu sampai wanita yang terlihat menyedihkan itu bangun.

Alex menekuk tangan kanannya diatas kemudi mobil, dan menjatuhkan kepalanya di atas tangan agar lebih leluasa memandang wajah Lita.

Lima belas menit sudah berlalu, kelopak mata Alex perlahan mulai tertutup juga dan menit berikutnya Alex sudah ikut tertidur.

Lita menggeliat memiringkan posisi tidurnya dan sekarang ia menghadap ke sisi Alex, masih penuh kantuk perlahan Lita berusaha membuka kelopak matanya.

Pandangan Lita langsung tertuju pada Alex, lelaki tampan dengan bulu mata lentik dan Lebat serta alis hitam yang tersusun rapih itu terlihat begitu tampan.

Lita meregangkan tubuhnya sambil melirik kesekitar dan kemudian kembali menatap Alex.

'Bangunin? Enggak? Bangunin? Enggak?' Batin Lita galau sendirian.

Lita menarik nafas "oke! Bangunin" gumamnya pelan.

"Pak..! Pak Alex..! Bangun pak!" Ucap Lita berulang, sambil menepuk pelan pundak Alex namun si empunya pundak tidak merespon sama sekali.

Lita menarik nafas lagi, tangannya perlahan mendekat ke wajah Alex dan ketika tangannya berniat ingin menepuk pipi Alex Tep! Tangan Alex lebih dulu meraih tangannya kemudian menahannya, Mata Alex terbuka penuh.

"Alex, panggil aku Alex" ucap Alex kemudian melukis senyum simpul diujung kalimatnya.

Sejujurnya Alex belum pulas benar ketika matanya tertutup, bahkan ketika Lita menepuk punggungnya dan memanggil dirinya ia sepenuhnya langsung sudah terjaga, namun ia butuh waktu untuk membuka matanya yang masih terasa berat.

Dan ketika ia membuka mata malah tangan Lita yang ia lihat reflex saja tangan kiri Alex langsung menahannya.

Lita kaget ketika tangannya sukses digenggam Alex "bangun pak, kita sudah sampai?" ucapnya gugup karena tangannya masih dalam genggaman lelaki yang menurutnya arogan.

"Ku bilang panggil namaku saja ketika kita hanya berdua" pinta Alex lagi, dan meletakkan telapak tangan Lita di pipi kirinya.

Lita berusaha menarik tangannya namun tetap tertahan "kita sudah sampai Lex?" Lita mengulang pertanyaannya dengan nada pelan.

Alex melukis smirk kemenangan.

"Hm.. kurang lebih sudah tiga puluh menit yang lalu kita sampai disini, tapi kau malah tidur pulas, jadi.. aku tidak tega membangunkanmu" jawab Alex masih menahan tangan lita dalam genggamannya namun tidak merubah posisi tidurnya.

"Ke-kenapa kamu tidak bangunkan aku?!" Tanya Lita gugup.

"Aku tahu pasti semalaman kamu tidak tidur, jadi aku bersabar untuk menunggumu bangun" jawab Alex sambil menuntun telapak tangan Lita menyetuh bibir Alex kemudian menciumnya.

Degh! Degh! Degh!

Wajah Lita merona jantungnya berdegup dengan perlakuan Alex "kau!" Seru Lita berusaha menarik tangannya lagi namun tetap tak mampu karena Alex lebih kuat menahannya.

"Kenapa?! Bukankah barusan kau ingin menepuk pipiku agar aku terbangun?! Padahal cukup cium saja pasti aku langsung bangun" ucap Alex mengabaikan wajah kesal Lita yang mulai tampak.

Alex mengangkat kepalanya yang semula ada di atas kemudi mobil "jangan kesal begitu, kita kesini kan mau menenangkan hatimu, ayo turun!" Lelaki yang selalu berlaku seenaknya itu melepas genggaman tangan Lita kemudian turun dari mobil.

Bukan hal aneh lagi bagi Lita jika lelaki yang sedang bersamanya itu selalu seenaknya saja bersikap padanya.

Melihat Alex sudah berada diluar akhirnya Lita ikut turun dari mobil, matanya berkeliling melihat sekitar parkiran luar ruangan yang terlihat hampir penuh dengan bermacam merk mobil, dan disisi lain parkiran yang penuh dengan berbagai macam merk motor.

Lita menatap ramai muda-mudi yang rata-rata jalan bergerombol ada yang memakai kaca mata dan topi pantai.

"Kenapa bengong! Ayo kita masuk!" Seru Alex seraya menggenggam tangan Lita dan menuntunnya berjalan.

"Kita ada dimana?" Tanya Lita bingung sambil matanya sibuk mengamati sekitar, namun tetap ikut berjalan disamping Alex.

"Nanti juga kamu bakal tahu"

"..?"

Sampailah mereka di area tiket, meskipun hari ini bukan weekend tapi tetap ada barisan antrian disana.

Alex mundur satu langkah sengaja mensejajarkan tubuhnya kebelakang Lita "ayo kita antri dulu beli tiketnya" ucap Alex seraya mendorong pundak Lita masuk ke baris antrian.

"Serius kita mau masuk kedalam?" Tanya Lita menoleh ke wajah Alex yang ada di belakangnya setelah tahu dimana dia berada sekarang, melihat begitu banyak sepanduk yang bertuliskan nama tempat itu, bahkan di depan Area tiket sudah terukir lambang tempatnya.

"He-em" jawab Alex menganggukkan kepalanya.

"Kau yakin ini tempat yang bisa menenangkan hati?" Ucap Lita setelah susah payah menarik nafasnya.

"Yup" yakin Alex menganggukkan kepalanya lagi.

Lita dan Alex menyelesaikan antriannya, kini tiket sudah ditangan kemudian mereka berdua berjalan beriringan dan sekali lagi Alex tidak lupa menggandeng tangan Lita untuk menuju tempat stampel masuk.

Akhirnya mereka berdua masuk kedalam area yang penuh berbagai macam wahana.

Alex langsung menuntun Lita menuju wahana yang sedari tadi ia fikirkan untuk dicoba pertama kali.

Alex menghentikan langkahnya menatap dua tower yang teramat tinggi diseberang sana. Lita yang jalan beriringan disampingnya pun ikut berhenti dan menatap apa yang ditatap Alex.

"Jangan bilang kau mau naik ini sekarang?!" Seru Lita sambil melirik Alex.

Tanpa menjawab Alex menoleh kearah Lita dan meninggalkan smirk Licik diujung bibirnya. Langsung saja tangan wanita yang terus saja ia genggam sedari tadi ditarik dan dituntunnya lagi berjalan mendekat ke pintu masuk wahana.

Mata Lita membulat "Nooo" pekiknya, ia tahu betul apa yang ada difikiran Alex, tanpa dijawab oleh si lelaki arogan itu nyatanya terjawab sudah dengan tubuhnya yang kini berada dalam antrian salah satu wahana ekstrim itu.

"Bagaimana bisa kau sebut ini tempat yang bisa membuat hatiku tenang?! Hatiku sekarang malah was-was ketakutan" seru Lita dengan wajah kesal.

Alex terkekeh "teriaklah sesukamu nanti ketika kau tiba-tiba tertarik keatas, luapkan semua kesal yang kau rasakan, atau kau boleh mencaci siapapun sambil berteriak nanti, aku jamin hatimu langsung plong setelah ini" terang Alex.

"Plong?!..." Lita tak sanggup melanjutkan ucapannya, melihat tower setinggi itu membuat tangannya dingin dan gemetar.

Padahal saat Lita dan teman-teman kampusnya dulu datang ke tempat ini sekalipun ia tak pernah mau mencoba naik wahana ekstrim yang ada disana.

Alex merasakan dingin yang menjalar dari tangan wanita yang ia genggam "ayolah.. masa kau takut? Memang ini pertama kalinya buatmu?" Ucap Alex.

Lita hanya melirik jutek dan kemudian membuang pandangannya dari Alex. Baris atrian semakin menyusut, tibalah giliran mereka masuk.

Dua petugas menyambut mereka dan menyuruh mereka memilih tempat duduk. Alex menuntun Lita yang sudah pasrah memilih tempat duduk dan mendorong Lita duduk disana.

Lita menelan salivanya menoleh kearah Alex yang duduk tepat disampingnya. Sabuk pengaman sudah terkunci, pemandu wahana berceloteh memberi aba-aba sebelum mulai.

1... 2... 3...

Syuunk!

Mesin secara mengejutkan menarik mereka semua menuju ujung tower yang sangat tinggi itu.

"Kyaaaaaa" teriak Lita sejadinya diiringi histeris teriak suara orang lain yang ikut naik juga.

"Litaaa luapkan apa yang ingin kau ucapkan" teriak Alex.

"Alex brengseeeeeek...kyaaaaaaa" teriak Lita ketika mesin mendadak seolah jatuh berhenti ditengah tower.

Alex terkekeh mendengar namanya yang malah dicaci oleh Lita.

"Hahahaha kau tidak salah sebut haaah!?" Teriak Alex, dan mesin mulai menarik lagi keujung tower.

Dua kali tarikan naik keatas, dan kemudian mesin perlahan mulai turun keposisi semula.

Lita menghembus nafas lemas, kepalanya lunglai bersandar ditempat duduknya, bahkan tangannya tak mampu mendorong sabuk pengaman yang keras.

Alex membantu Lita turun dari tempatnya duduk.

"Akh.. kakiku lemas" pekik Lita mengiba merasakan sekujur tubuhnya seolah melayang dan kakinya gemetar.

Alex tertawa kecil menatap wanita ramping dihadapannya malah terlihat semakin menyedihkan.

"Kau malah tertawa!" Seru Lita menatap Alex dengan kesal.

"Aku harus apa?" Ucap Alex tanpa berdosa.

"Ish" decak Lita sambil memukul lengan Alex, dan melenggang kesal kearah pintu keluar wahana setelah mengumpulkan kekuatan otot kakinya lagi.

"Hei! Maaf.. maafkan aku.. aku tak tahu jika kau setakut itu" ucap Alex sambil mengejar Lita didepannya dan menarik tangan Lita untuk menghentikan langkahnya.

Lita diam memandang wajah tampan dihadapanya terlihat frustasi memohon maaf padanya dengan wajah melas, yah.. sejujurnya Lita tidak sungguhan marah pada Alex, dia hanya masih merasakan syok akibat wahana yang baru pertama kali ia coba itu, dan ia kesal ketika Alex malah menertawakannya seolah itu hal remeh.

"Aku lapar... dan kau sungguh lelaki tidak peka, harusnya kau ajak aku sarapan dulu jika mau naik wahana seekstrim itu" oceh Lita.

Alex tersenyum samar "oke! Ayo kita makan, tapi jangan cemberut lagi" ucap Alex menggandeng tangan Lita lagi.

"Hem" jawab Lita singkat dan ikut menyamakan langkahnya dengan Alex, ia tak menolak Alex mengenggam tangannya terus selama berada disana.

Akhirnya mereka berdua sarapan disalah satu resto yang tersedia ditempat itu.

Selesai makan, mereka melanjutkan perjalanan berkeliling sambil memilih wahana apa yang ingin di coba lagi. Walaupun dibenak Alex sudah penuh rencana mencoba semua wahana ekstrim.

Ia ingat dulu ketika pertama kali mendengar kabar cinta pertamanya menjalin kasih dengan ayahnya, tempat inilah pelarian yang paling menghibur untuknya, berteriak sesuka hati tanpa mengganggu orang lain, karena bukan hanya dia yang teriak kan?!

Makanya yang terfikir saat dirumah Lita tadi hanya tempat ini.

"Alex aku mau naik itu" ucap Lita membuyarkan lamunannya, telunjuk Lita mengarah ke wahana yang berbentuk binatang Gajah yang berputar.

"Memang kau anak kecil?!" Tanya Alex menyindir.

"Ck.. terserah jika kau tidak mau ikut" decak Lita, kemudian jalan meninggalkan Alex dibelakangnya.

Langkah Lita semakin dekat ke wahana yang ia inginkan, kemudian masuk kedalam antrian, Alex tentu saja tidak akan membiarkan wanita pujaannya itu sendirian, ia segera melangkah cepat masuk kedalam antrian tepat dibelakang Lita.

"Kau anak kecil baru ya?!" Sindir Lita sambil membalik tubuhnya menghadap Alex.

"Ini sih bukan style ku, tapi aku tak mau jika nanti ada orang lain yang duduk disebelahmu menggantikan aku" bela Alex.

Lita terkekeh "huh... dasar! Alasan kekanakan" sambung Lita kemudian berbalik memunggungi Alex lagi.

Antrian semakin menyusut kemudian Alex dan Lita naik disalah satu gajah, perlahan mesin mulai berputar naik turun saling bergantian dengan gajah lainnya.

Lita menutup kedua matanya, merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya, mengibas helaian rambut panjang yang ia ikat setengahnya.

Ia merasa hatinya lebih tenang sekarang, entah karena angin yang ia rasakan sekarang atau karena wahana yang membuatnya berteriak ketakutan diawal tadi. Lita merasa hatinya lebih plong, seperti apa yang diucapkan Alex.

Selesai sudah gajah-gajah itu berputar, Alex turun lebih dulu kemudian membantu Lita turun dengan menggenggam tangannya, bak tuan putri yang baru turun dari kereta kuda.

"Thanks" ucap Lita, Alex hanya membalas dengan senyum samar.

Sejujurnya Alex terpesona memandang Lita saat di wahana gajah tadi, wajah tanpa riasan sama sekali, tapi nampak begitu cantik dengan bulu mata lentik alami, alis mata hitam yang terbentuk alami serta bibir ranum yang berwarna pink yang alami.

'Bagaimana bisa suaminya tega berselingkuh dibelakangnya, padahal istrinya secantik ini' batin Alex.

"Lex.. sekarang kita coba itu!" seru Lita, telunjuknya mengarah ke wahana ekstrim lainnya, terlihat orang-orang disana sedang dibolak-balik dan diputar seperti kambing guling.

"Kau yakin?!" Tanya Alex, matanya membola sambil menatap gerakan mesin wahana itu.

"He-em yakin" angguk Lita tanpa ragu.

"No.. no.. itu terlalu berbahaya, kita coba wahana lainnya saja, oke!" ucap Alex menggeleng, dan menarik tangan Lita kearah berlawanan dari pintu masuk wahana yang dilihat tadi.

"Oho... ternyata ada yang kamu takutkan juga, padahal kau seperti seorang pro dengan permainan ekstrim" ledek Lita menahan tarikan tangan Alex.

"Pokoknya aku mau coba itu" pekik Lita sambil menunjuk kearah yang sebelumnya ia tunjuk tadi.

Mata Lita memelas begitu ingin, Alex menarik nafas dan akhirnya menyerah dengan pilihan wanita yang telah memenangkan hatinya, tidak adil bukan kalau ia menolak hal yang tidak ia suka, padahal diawal ia juga memaksakan hal yang tidak disukai Lita.

Alex dan Lita naik wahana yang bergerak memutar balikkan mereka, membuat kepala mereka ada dibawah dan kaki diatas kemudian di balikkan lagi berulang, dan berputar lagi berulang.

Lita dan Alex berteriak histeris diiringi teriakan orang-orang yang lain, ini pertama kalinya bagi Lita namun ini yang ke dua kalinya untuk Alex, Alex hanya tidak suka disaat posisi kepalanya ada dibawah, makanya ia anggap permainan ini yang paling ekstrim dari yang lain.

"Aku gak akan mau naik itu lagi!" Kesal Alex ketika jalan keluar menjauh dari wahana.

Sekarang giliran Lita yang terkekeh puas melihat Alex yang tengah kesal, bukan berarti tawa Lita membuatnya tidak merasakan takut juga saat itu, sensasi yang dialaminya sama seperti wahana sebelumnya kakinya lemas dan gemetar namun ia sudah mulai terbiasa.

Bahkan sensasi lain yang ia rasakan pun tak kalah lebih baik, hatinya benar-benar terasa lebih plong dari sebelumnya, setelah dibayangkan entah bagaimana jika Alex tidak membawanya kesini, mungkin ia bisa gila sendirian dirumah.

Next chapter