webnovel

Seperti Keluarga

Mata Maria membulat menatap wajah Lelaki tampan dihadapannya berada tepat tertindih dibawah tubuhnya yang sukses jatuh akibat dorongan tangannya yang lumayan kuat.

Maria terpesona pada lelaki dihadapannya, degub jantungnya semakin kuat seiring matanya yang enggan berkedip.

"Apa kamu terluka?"

"Ya?" Maria terkejut dengan pertanyaan yang seharusnya iya tanyakan "oh ya ampun maaf!" Segera Maria bergerak untuk berdiri sambil membantu lelaki itu berdiri juga.

"Apa anda terluka?" Tanya Maria sopan menyadari lelaki tampan itu lebih tua darinya.

"Ah tidak, saya baik-baik saja"

"Syukurlah, saya benar benar minta maaf sudah mendorong anda, sekali lagi saya minta maaf"

"Yah pasti itu karena saya yang sudah membuatmu kaget"

"Ehm sedikit, saya agak kaget karena Anda tiba-tiba ada dibelakang saya, jadi saya reflex" ucap Maria malu-malu.

"Jadi apa yang sedang kamu lakukan disini? saya baru kali ini melihatmu"

"Ah itu... saya mau kedapur" suaranya gugup sambil mengangkat botol air yang dipegangnya "mau ambil air"

"Sayang!" Ucap Sarah sambil berjalan ke arah Maria "ada Maria juga!"

"Kamu kenal anak ini?" Tanya lelaki itu.

"Iya dong sayang, Maria ini temannya Angel dan Alex" jelas Sarah sambil merangkul tangan lelaki kekar itu yang tidak lain adalah suaminya.

"Maria kenalin ini papahnya Angel dan Alex" ucap Sarah.

Maria terkejut dengan ucapan Sarah, seolah tidak percaya apa yang didengarnya tanpa sadar wajahnya sedikit murung "iya saya temannya Angel om, nama saya Maria" ucapnya tanpa semangat.

"Saya Jefry papahnya Angel dan Alex, senang bisa kenal kamu" Jefry tersenyum ramah sambil menepuk pundak Maria.

"Kenapa kamu sendirian disini Maria?" Tanya Sarah.

"Ah ini saya mau ambil air tante"

"oh ya ampun kenapa kamu yang ambil, duh.. Angel itu bener-bener deh, tamu kok malah disuruh ambil air sendiri sih" omel Sarah.

"Angel dan Alexnya tidur tante, makanya saya inisiatif buat ambil sendiri, tapi saya gak tau dapurnya ada disebelah mana" ucap Maria kikuk sambil senyum malu-malu.

Sarah tertawa kecil "oh begitu! Biar tante aja yang ambilin minumannya, kamu balik aja kekamar"

"Gak usah tante! Saya jadi ngerepotin" ucap Maria sungkan.

"Gak kok sayang, udah sana kamu naik.. nanti minumannya akan diantar keatas" jelas Sarah sambil merangkul Maria.

"I-iya tante" angguk Maria kemudian segera kembali kekamar Angel.

Hatinya sedikit kecewa setelah tau lelaki tampan yang dilihatnya adalah suami dari wanita cantik yang dikenalnya "yah wajarlah tante Sarah juga terlihat muda dan cantik wajar kalau suaminya pastinya setampan itu" gerutu batinnya.

Seiring berjalannya waktu Maria semakin dekat dengan keluarga Angel dan Alex bahkan diakhir weekend dia selalu menginap dirumah Angel.

walaupun Maria sering berada dirumah itu tapi dia jarang bertemu dengan Jefry, namun hatinya tak bisa berbohong dia selalu merindukan dan berharap bisa bertemu Jefry setiap dia melangkah masuk kedalam rumah besar itu.

Kilat matanya yang berubah sangat antusias dan senang ketika melihat lelaki yang membuat jantungnya berdebar untuk pertama kalinya, selalu terpancar ketika menatap Jefry.

Bahkan kadang mimik wajahnya bisa berubah menjadi masam ketika sesekali mendapati Sarah dan Jefry bercumbu mesra ketika sedang bersantai ditaman yang terlihat dari balkon kamar Angel.

"Augh! Dasar ya dua sejoli itu selalu aja tebar kemesraan dimanapun" ketus Angel yang juga ikut melihat adegan mesra kedua orang tuanya.

Maria tersenyum kecut mendengar ucapan Angel sambil melangkah kedalam kamar.

"Maria, pokoknya kamu harus ikut liburan sama aku" paksa Angel sekali lagi, yah ini upaya Angel yang ke tiga kalinya dihari ini meminta Maria untuk ikut liburan bersamanya, karena sekarang adalah liburan kenaikan kelas.

"Aku gak mau ganggu liburan keluarga kalian" jawab Maria sambil duduk diujung kasur.

"Yaampun gak sama sekali lah, tahun kemarin kamu udah nolak liburan bareng aku, please.. untuk tahun ini jangan nolak lagi" pinta Angel memohon duduk tepat dibawah Maria dengan tatapan melas.

Maria tersenyum "harus banget kamu mohon-mohon begini?!"

"Iya, kamu gak punya perasaan kalo masih nolak juga, padahal mamah yang suruh aku buat maksa kamu, liburan kali ini kamu wajib ikut" cemberut Angel.

"Iya nanti aku minta izin sama ayah aku dulu" Maria menyerah.

"Pasti ayah kamu izinin, aku udah bilang duluan ke ayah kamu pas kemarin kerumah kamu"

"Serius?!"

"Yah ayahmu bilang kalau itu terserah kamu"

Bukan tanpa Alasan Maria menolak liburan yang selalu Angel tawarkan, hanya saja dia selalu menghormati dan mengingat mendiang ibunya yang meninggal saat liburan kenaikan kelasnya saat SMP kelas 2.

Ayahnya pasti selalu sedih dan mengurung diri dirumah selama satu minggu, dan melarang Maria untuk pergi ke manapun. Bahkan saat kelulusan SMPnya Maria sama sekali tidak ikut liburan perpisahan yang diadakan oleh sekolahnya.

"Ayah, apa benar aku boleh ikut liburan bareng keluarga Angel?" Ucap Maria sambil menuang air panas kedalam cangkir yang sudah terisi bubuk kopi.

"Yah pergilah, kamu pasti ingin liburan juga kan" ucap Riko (ayah Maria) tenang sambil mengganti chanel TV.

"Tap-i"

"Ayah baik-baik saja, jangan khawatirkan ayah" potong Riko

"Apa ayah benar-benar sudah melupakannya?" Isak Maria sambil mengaduk kopi dicangkir.

Riko berjalan mendekat ke arah Maria dan memeluknya dari belakang "ayah selalu ingat padanya, tapi ayah akan mencoba melupakan cara kepergiannya, maafkan ayah selama ini telah egois, lakukanlah apa yang kamu inginkan, ayah akan bahagia jika kamu juga bahagia"

"Ayah.." Maria berbalik dan membalas pelukan Riko "aku juga ingin ayah bahagia, jadi lakukan juga apa yang ayah inginkan, aku akan menerima siapapun yang akan ada disamping ayah" tangis Maria pecah disusul isakan lembut ayahnya.

Akhirnya Maria ikut berlibur bersama Angel dan keluarganya berangkat ke Jerman tempat orang tua Sarah.

"Lihat tuh si Alex nempel terus ke Maria" Ucap Sarah sambil menengok ke kursi belakang mobil, menatap tiga anak yang sedang tertidur nyenyak.

"Yah wajar dia menempel ke perempuan lain, kan dia gak pernah akur sama kakaknya" ucap Jefry tersenyum tipis.

"Lucu juga ya, Maria jadi rebutan mereka berdua, serasa seperti punya tiga anak kalau melihat mereka tidur bareng seperti itu, tapi sikap Maria yang sedikit dewasa bikin aku nyaman juga seperti aku sedang bicara dengan adik perempuan, hmm dia benar-benar perempuan yang pantas dikagumi" ucap Sarah sambil tersenyum simpul.

Yah tak bisa dipungkiri kehadiran Maria membuat nyaman keluarga itu. Sarah yang selalu terbuka pada Maria setiap Maria berkunjung kerumahnya selalu menyisakan kenangan manis dibenaknya, perhatian Maria kepadanya seperti seorang adik pada kakaknya membuat Sarah ikut mengagumi Maria.

"Oma, ich vermisse dich (nenek, aku merindukanmu) " teriak Angel sambil berlari mendekat ke neneknya setelah turun dari mobil.

"Oho ho...Oma hat dich auch sehr vermisst (nenek juga sangat merindukanmu)" ucap nenek ikut bahagia memeluk cucunya.

"Vermisst du mich nicht? (Apa kamu tidak merindukanku?)" Ketus Alex cemberut dibelalang Angel.

"Oho... Natürlich vermisse ich dich auch (tentu saja nenek juga merindukanmu)" ucap nenek bergantian memeluk cucu lelakinya.

"Wer ist diese schöne Frau? (siapa wanit cantik ini?)" Tanya nenek setelah melihat Maria.

Maria kebingungan dengan bahasa neneknya jadi dia langsung menatap ke arah Angel.

"Ini sahabatku oma namanya Maria, dia satu sekolah dengan ku" jawab Angel.

"Oho.. sahabat cantik cucuku, kemarilah jangan takut, peluk oma juga" balas Oma dengan lancar bahasa Indonesia.

Maria sedikit terkejut mendengar kefasihan Oma saat bicara indonesia dan langsung memeluk Oma sesuai ucapannya.

"Oma dia calon istriku" ucap Alex bersemangat.

Semua orang tertawa mendengar candaan Alex yang sebenarnya adalah ucapan yang penuh emosi didalamnya, rasa yang sesungguhnya Alex rasakan sebuah keinginan yang telah tumbuh sejak awal pertemuannya.

"Ya ya ya... Oma akan setuju karena dia wanita yang sangat cantik dan manis" balas Oma menanggapi ucapan cucunya.

Oma tinggal dengan adik perempuannya yang juga seorang janda, mereka sengaja tinggal bersama untuk menikmati masa tua sambil mengenang masa muda mereka saat dulu gadis. Karena rumah terlalu besar satu orang keponakannya bersama keluarga kecilnya ikut tinggal disana untuk menemani ke dua nenek cantik yang masih vit itu.

Maria ikut bahagia bersama mereka.

"Maria ayo jalan-jalan melihat -ihat daerah ini" ucap Alex penuh semangat.

"Hei anak kecil, mulai tidak sopan ya panggil aku kakak" omel Maria sambil memukul pelan kepala Alex.

"Aw, kan kamu calon istriku, bahkan Oma sudah merestui kita"

Maria tertawa renyah "dasar anak kecil... oke baiklah aku akan ikuti mau mu, karena Oma sudah merestuiku"

Alex segera menggenggam tangan Maria berjalan berdampingan menyusuri sebagian jalanan Berlin disekitar perumahan Oma nya.

Tiga hari berlalu di rumah Oma. Sarah yang selalu merindukan ibunya terus menghabiskan waktu berdua dengan ibunya, bahkan tidurpun disamping ibunya.

Bahkan saat suami dan anak-anaknya pergi berkeliling berlin mengunjungi tempat tempat wisata, Sarah tetap menghabiskan waktu bersama ibunya dirumah, kakinya enggan meninggalkan rumah yang penuh kenangan masa kecilnya itu.

Satu minggu telah berlalu saatnya mereka kembali ke Indonesia. Semua bersiap untuk pulang, sarah menagis terisak memeluk erat ibunya enggan melepas entahlah apa yang dirasakannya mulutnya tertutup rapat untuk mengungkap apa yang dirasakannya.

Dua hari sudah berlalu setelah pulang dari liburan mereka.

"Angelnya ada mbok?" Tanya Maria setelah gerbang terbuka.

"Ah non Angel lagi pergi sama den Alex, pesannya.. non Maria disuruh tunggu dikamarnya aja"

"Ih mbok dibilang panggil aku jangan non panggil aja nama saya"

"Ah saya gak enak non, enakanan panggil non udah kebiasaan"

"Hmm..."

"Yaudah atuh masuk non"

"Iya" jawab Maria sambil berjalan disamping si mbok "tante Sarah ada dirumah gak mbok?"

"ada non, kayaknya tadi ada dikamarnya, mau mbok panggilin buat nemenin non Maria?"

"Ah gak usah mbok takutnya nanti aku malah ganggu kalo tante lagi istirahat"

"Yaudah non naik aja duluan nanti mbok bawain minuman ke atas ya"

"Saya aja mbok sekalian bawa minumnya gapapa" ucap Maria sambil menggiring si mbok menuju dapur.

"Ih si non Maria ini biar nanti mbok aja yang bawain"

"Sstt udah ayok aku temenin kedapur" paksa Maria.

Setelah memaksa untuk membawa cemilan dan minumannya sendiri Maria segera naik keatas menuju kamar Angel.

Maria segera membuka pintu namun mendapati Sarah berdiri membelakanginya.

"Tante Sarah ada disini? Maaf aku gak ketok pintu dulu kirain gak ada orang" Ucap Maria sambil meletakkan nampan yang dibawanya keatas meja, namun Sarah tak langsung berbalik dan terus membelakangi Maria.

"Tante!" Ucap Maria mendekat memegang bahu Sarah "tante baik baik aja?" Maria melirik tangan Sarah yang sedikit gemetar.

"Iya tante baik baik aja" jawab Sarah sambil memalingkan tubuhnya sekali lagi untuk menghindari Maria.

Namun mata Maria terlalu jeli melihat ada tetesan darah mengalir ke pergelangan tangan Sarah.

"Tante berdarah!" Pekik Maria

"Ssstt... jangan teriak" ucap Sarah sedikit berbisik.

Mata Maria membulat kaget mendapati darah yang ada diwajah sarah yah terlihat keluar dari hidung.

"Ta-tapi tante itu darah tante" ucap Maria tergagap.

Sarah segera mengambil tisu dari atas meja "jangan panik oke, tenang tunggu disini tante baik-baik aja" ucap Sarah.

Maria mengangguk samar sambil mengamati Sarah yang menuju kamar mandi membersihkan darah yang keluar dari hidungnya dan darah yang ada ditangannya.

Yah ketika Maria membuka pintu sarah tidak sempat berlari kekamar mandi ketika dia menyadari darah keluar dari hidungnya.

"Tante yakin baik-baik aja? Aku khawatir" tanya Maria mendekat.

"Iya tante baik baik aja sayang" Ucap Sarah sambil membasuh wajahnya dengan tisu dan mencoba tersenyum.

"Tapi wajah tante pucat, tante sakit" khawatir Maria sekali lagi sambil menyentuh wajah Sarah.

"Dengar! tante akan ceritakan kekamu, tapi untuk saat ini jangan bilang apa apa ke siapapun oke!" Desak Sarah

Maria gugup bingung harus jawab apa, difikirannya penuh tanda tanya kalau baik baik saja kenapa harus dirahasiakan? Lidahnya tidak ingin berjanji kepalanya juga tidak ingin mengangguk karena sepertinya ini hal penting yang harus diberitahukan kepada keluarga tante Sarah.

"Tolong Maria tante mohon, kamu harus janji jangan bilang siapapun oke!?"

"Kenapa? Kalau tante baik baik saja harusnya tidak ada rahasia"

"Ini hanya mimisan biasa jadi ya gak perlu ada yang tahu, tante malu kalau ada yang tahu"

"Benarkah?!, tapi darah tadi cukup banyak"

"Benar Maria ini cuma mimisan biasa, oke kalau memang kamu mau ceritain ke yang lain gapapa kok terserah kamu" ucap Sarah pura pura merajuk.

Next chapter