8 Number Six

Pulang kerumah dalam keadaan telinga panas dan hati yang dongkol. Kayla mendiamkan suaminya karena mengomeli sepanjang jalan kenangan, karena dia yang tidak mendengarkan mas suami, Kayla kesal.

Apa salahnya dia mengendarai mobil, dia sudah tidak trauma tentang tabrakan yang dia alami empat bulan setelah menikah. Dimana kandungannya sampai gugur karena benturan keras.

Mas suamilah yang paling trauma pun khawatir, dia tidak mengijinkan istrinya mengendarai mobil atau kendaraan lainnya. Harus dia atau di supiri. Tidak boleh dengan angkutan umum, itu sebabnya Yasa marah.

Lebay, pikir Kayla yang naif.

Sikap Yasa memang memanjakan Kayla tanpa mengungkit. Tapi Kayla jadi sebal. Dia sudah bisa kok naik kendaraan roda dua maupun roda empat dengan baik, dia bukan anak baru gede yang bersemangat sekali dalam berkendara.

Sampai melewati batas rambu lalu lintas. Orang dewasa juga banyak sih, tapi anak yang belum dewasa lebih rawan karena belum paham pasti, apalagi yang nembak SIM.

Sudah di ramalkan sekali kebenarannya, kalau sering lupa, kalau jalan raya diperuntukan untuk umum bukan untuk ugal-ugalan. Memangnya jalan milik nenek moyang kau!.

Pokoknya minta gigit banget tapi nanti dia keenakan. Kayla yang 'ketempuan' melayani suaminya, yang ada nanti sakit pinggang dia.

Namun, Kayla juga dapat enaknya sih.

Kayla masuk kekamar setelah memasak makan malam, melihat suaminya yang tinggi itu tengah tengkurap diatas kasur hanya dengan celana pendek rumahannya.

Celana bahan semasa dia kuliah, ia potong menjadi pendek. Walau sudah lama itu terasa nyaman katanya.

Kayla mendekat dan membangunkannya untuk makan.

"Pusing, yang. Badanku juga sakit kaya abis digebukin satu kampung."Vokalnya hipebola.

Habis itu Kayla pijitin deh punggung suaminya, bagian pundak yang katanya pegal-pegal terus.

Setelah itu ketika Kayla merasa tangannya pegal, dia pukul lengan suaminya yang terlipat menjadi bantal. Karena tidak ada respon pasti, Kayla langsung misuh-misuh.

"Yailah, si Bambank malah tidur." Kayla tinggalkan suaminya.

Tapi sepesekon kemudian, langsung Kayla pukul mulutnya dan bergumam.

"Dosa, Kai. Suami kau itu."Kemudian mengangguk setelahnya.

Dia paham kok, gimana pusingnya jadi seorang pendidik. Apalagi jika baru menjadi honorer.

Berjalan keluar kamar, berniat untuk melakukan tugas negara.

Kayla mengambil leptop dan mulai mengerjakan tugas membuat laporan observasi untuk bab satu. Dia belum tau, akan observasi di institut paud mana.

Mungkin nanti, dia bisa tanya pendapat suaminya yang punya banyak koneksi.

Dia sudah menemukan judul yang cocok untuk observasinya, kemudian dia sudah buat daftar isi, kata pengantar. Tinggal bab satunya, dia harus cari referensi.

Tadi dia sudah ambil tiga buku dari lemari buku mas suami. Tentang emosional anak usia dini, dia membaca buku pertama.

Sejam lebih dia berkutat di depan leptop sambil memilah buku dalam pangkuan, suaminya datang berjalan kearah dapur sambil menguap dan menggaruk ketiak.

Dasar suami jorok, belum mandi sudah tidur terus sekarang sudah duduk didapur untuk makan.

Melihat itu, Kayla berdiri dan datang ke dapur yang bersebelahan dengan ruang TV.

"Sambel ada dimana, dek?."Tanya suaminya mengubah panggilan sayang jadi sebutan biasa sang suami.

"Dilemari, aku taruh disana sambel gorengnya. Kamu kaya tamu aja, masa letak sambel aja gak tau." gerutu Kayla.

Kayla mengambil buah potong dalam kulkas dan duduk menghadap suaminya yang sedang makan. Hal yang selalu dia lakukan, menemani suaminya makan walau dia sudah duluan.

Sambil menunggu suaminya menyelesaikan acara makan malam yang kemalaman. Kayla santap buah mangga hasil potongannya yang cantik, memperhatikan wajah sang suami.

Matanya yang besar, kemudian korneanya berwarna cokelat cerah. Alisnya tebal, bulu matanya juga panjang, Kayla saja kalah.

Hidungnya bangir tapi tidak mancung pun tak pesek. Bibirnya berwarna pucat tidak hitam seperti bibir laki-laki perokok.

Sedang Yasa yang diperhatikan sesekali menatap istrinya dan tersenyum, ini kebiasaan Kayla jika menemaninya makan. Waktu itu, ketika ditanya istrinya menjawab.

"Biar aku selalu inget, kekurangan dan kelebihan suamiku. Apa yang sudah suamiku lakukan untuk aku, jadi aku punya batasan dan ingat kalau hidupku sudah ada kamu yang perlu tau setiap pengambilan keputusanku nanti. Kamu kepala keluarga yang perlu aku hormati."

Mengingatnya membuat jantung Yasa berdebar tidak karuan, dia jadi tersenyum yang mana membuat istrinya yang tengah memperhatikan mengernyit.

"Kamu kenapa senyum?. Inget hal mesum ya?."Suara sang istri membuatnya menatap parasnya.

Ditatapnya sang istri yang tubuhnya tidak seperti perempuan kebanyakan, sang istri juga pernah menjadi wanita insecure pada tubuhnya. Sampai melakukan diet ketat yang membuahkan hasil masuk rumah sakit dan diagnosis terkena tipes.

Karena ketika itu, pikiran sang istri ingin diet agar dapat terlihat seperti perempuan kebanyakan serta tidak dipandang gendut lagi, namun setelah pola pikirnya berubah. Istrinya mengubah pemikirannya tentang diet, bukan untuk dipandang orang lain namun demi kesehatannya dimasa depan.

Itu terjadi ketika Yasa masih berstatus kekasihnya.

"Apasih. Kok jadi natapin gitu, serem."Ucap sang istri yang tidak nyaman dipandang seintens itu.

Kayla salah tingkah jadinya.

Plagiat silakan angkat kaki kalian dari cerita saya!!!

√ Hak cipta cerita ini di lindungi oleh undang-undang!!

Ini karya asli saya. Jadi jika ada tulisan yang sama seperti ini. Berarti dia mengambil cerita saya.!!!

Sebab ini berasal dari otak dan pikiran saya!!!

Tolong katakan atau hubungi saya jika ada cerita yang sama persis seperti cerita saya. Sebab, walau saya penulis baru. Saya tetap menulis cerita dari pikiran saya yang rumit tanpa mau susah-susah plagiat karya orang.

[karena saya sendiri masih mampu membuat karya sendiri]

avataravatar
Next chapter