webnovel

Bagian 2

peristiwa itu benar-benar sangat menggangguku, sejak peristiwa malam itu hampir selama kurang lebih satu minggu aku sangat kurang tidur karena setiap kali aku ingin menutup mata seolah-olah aku mendengar suara riuh yang sangat ramai dari arah jalanan namun aku sendiri tidak tahu persis darimana sumber suara tersebut karena jalanan di depan rumahku selalu sepi saat waktu menunjukan lebih dari pukul 23:00 malam.

Beranjak memasuki usia 11 tahun dengan semua gangguan yang ku alami membuat waktu tidurku berkurang bahkan terkadang aku harus terjaga semalaman penuh dikarenakan suara-suara yang kadang terdengar tanpa wujud atau kadang dengan kehadiran "mereka" yang secara tiba-tiba entah di atasku, di sampingku ataupun berdiri disisi tempat tidurku saat aku sedang berbaring. Ditambah lagi memang "mereka" lebih sering berinteraksi pada jam-jam yang pada umumnya adalah waktu untuk seseorang beristirahat. Ketidaknyamanan ini sempat membuatku frustasi sampai pada suatu hari aku meminta handphone baru ke orang tuaku, saat itu handphone yang ku gunakan hanya bisa untuk telepon dan berkirim pesan, tak berapa lama akhirnya aku mendapatkan handphone baru yang dibelikan ayahku, handphone baruku ini memiliki fitur radio, walaupun hanya radio setidaknya itu bisa sedikit mengurangi gangguan-gangguan dari mereka ataupun suara-suara berisik yang selalu ku dengar namun tidak pernah jelas darimana asal suara-suara tersebut. Dengan menyalakan radio di handphone dan memasang earphone di telingaku ini sedikit membantuku untuk menyamarkan suara-suara yang selalu ramai pada saat malam datang.

Hari berganti minggu, benar saja suara radio yang ku dengar melalui earphone cukup bisa membantuku menyamarkan semua suara-suara aneh yang biasa ku dengar dan akhirnya aku bisa tidur dengan cukup nyenyak. Namun semua kenyamanan itu tak berlangsung lama sampai suatu malam aku melihat sesuatu yang sangat menyeramkan berada sangat dekat denganku, "dia" benar-benar berada di sebelahku dengan jarak hanya beberapa centimeter. Peristiwa ini terjadi saat aku kembali tidur di kamarku, karena saat aku tidur di warung justru "suara-suara malam" sangat banyak dan terdengar sangat jelas maka dari itu aku memutuskan untuk kembali tidur didalam kamar. Tempat tidur yang ada di kamarku adalah tempat tidur yang cukup besar yang dapat digunakan untuk 2 orang. Aku memiliki kebiasaan tidur dengan lampu tidur dan memeluk guling, aku mulai mencoba membiasakan diri tidur dengan menghadap ke arah tembok. Bukan tidak ingin menghadap ke arah pintu tapi aku sangat takut untuk menghadap ke arah pintu dimana arah pintu kamarku sejajar dengan tempatku sholat, tempat dimana aku pernah melihat bayangan putih yang mengikuti gerakan sholatku dulu.

Saat aku mulai memejamkan mata aku merasa ada sesuatu di sampingku selain guling yang ku peluk. Aku berusaha untuk tidak membuka mataku dan mencoba meraih selimut yang ku letakkan di atas bantalku, saat itu aku lebih memilih masuk ke dalam selimut dan menutupi wajahku tapi semakin lama rasanya aku semakin penasaran untuk memastikan apa yang ada di sampingku. Aku mencoba memberanikan diri untuk membuka selimut yang menutupi wajahku, perlahan-lahan ku beranikan untuk buka mataku namun belum sempat aku membuka mata, aku justru mendengar suara,

"le buka'o mripatmu"(nak bukalah matamu).

Aku yang mendengar suara itu dengan usiaku yang masih sangat kecil justru semakin membuatku takut untuk membuka mata dan memilih untuk kembali memasukkan kepalaku ke dalam selimut, sampai akhirnya entah karena dorongan apa aku membuka selimut yang menutupi wajahku dan memutuskan untuk membuka mataku. Betapa kagetnya aku saat aku melihat ada sosok pocong yang tidur di sampingku, berhadapan denganku dengan jarak yang sangat dekat, ingin rasanya aku berteriak namun mulutku hanya terdiam tanpa bisa mengatakan sepatah katapun. Aku masih ingat wujud pocong itu, wajah yang sangat mengganggu dan tidak enak untuk dilihat, dengan mata yang berwarna merah, wajahnya terlihat seperti tinggal tengkorak yang kotor seperti terkena tanah pemakaman dengan dibungkus kain kafan yang juga kotor oleh tanah. Dia hanya mengatakan,

"ojo wedi le, aku cuma meh ngekek'i ngerti kowe nek aku ki enek" (jangan takut nak, aku cuma mau ngasih tau kamu kalau aku itu ada),

aku yang masih tidak tahu apa-apa tentang "mereka" tentu saja takut apalagi melihat sosok pocong yang benar-benar berada hanya beberapa centimeter saja di depanku dengan posisi berhadap-hadapan. Aku yang tidak tahu harus bagaimana aku hanya bisa kembali menutup mataku dengan membaca ayat-ayat suci agar "dia" pergi, tidak seperti di kebanyakan film yang pernah ku tonton dimana saat kita mulai berdoa "mereka" akan langsung pergi namun "dia" yang kulihat ini berbeda, "dia" masih terdiam dan justru mengikutiku membaca ayat suci yang ku baca, sampai pada akhirnya aku merasa dia mengatakan sesuatu padaku,

"enek makhluk seng luweh medeni seko aku le, mungkin mengko pas wes wektune kowe bakal terbiasa deloki wujud-wujud seng rak kabeh wong iso deloki(ada makhluk yang lebih menyeramkan daripada aku nak, mungkin suatu saat nanti pada waktunya kamu akan terbiasa melihat wujud-wujud yang tak semua orang bisa lihat).

Setelah aku merasa "dia" sudah pergi aku memberanikan diri untuk membuka mataku dan benar saja "dia" sudah tidak ada di depanku, namun karena peristiwa malam itu membuatku tarjaga sampai pukul 3:00 pagi.

Pada saat aku berusia 12 tahun adikku lahir, karena tepat memasuki masa libur sekolah kami sekeluarga menghabiskan masa libur sekolah di tempat mbah, aku dan keluargaku pergi berlibur ke rumah mbah di daerah Surabaya, kami sampai di rumah mbah pada sore hari. Sesampainya kami disana ternyata ada tetangga mbah yang sedang memiliki hajat. Di sebelah rumah mbah ada rumah budhe yang kebetulan punya anak yang selisih satu tahun lebih tua dariku namanya Edo, saat aku sedang berlibur ditempat mbah kami sering bermain bersama. Keesokan harinya seperti biasa kami bermain bersama, aku dan mas Edo bermain kelereng bersama dengan teman-teman mas Edo, saat hari mulai gelap dan memasuki waktu maghrib mbah putri menyuruhku untuk masuk rumah (karena kebetulan mbah kakung sudah meninggal saat umurku masih 7 tahun). Di daerah jawa ada anggapan,

"nek wayah maghrib ojo dolan neng njobo omah" (bila saat waktu memasuki masa magrib jangan main diluar rumah)",

orang yang tinggal di daerah jawa pasti tau tentang hal ini, mbah memanggilku dan mas Edo untuk segera pulang

"le ndang balek wes meh maghrib" (nak cepat pulang udah mau maghrib), perintah mbahku.

aku berpikir permainan sedang seru dan akan sangat tanggung jika berakhir sekarang, aku menjawab,

"sedilit mbah dilit meneh menang" (sebentar mbah sebentar lagi menang), jelasku.

Tak berapa lama permainan kami selesai aku memunguti kelereng yang ku gunakan untuk bermain bersama mas Edo lalu aku bergegas untuk masuk rumah tapi saat aku akan masuk rumah ada hal yang menarik perhatianku, aku melihat ada seorang wanita yang menggendong anak kecil seolah-olah anaknya dilempar ke atas lalu ditangkap(biasanya orang jawa menyebutnya dengan dikudang) yang sedang berjalan menuju ke arah orang yang memiliki hajat, saat itu aku tidak berpikir macam-macam sampai pada akhirnya aku melihat orang itu menembus tenda yang digunakan untuk hajatan, aku memanggil mas Edo,

"mas, kowe deloki wong mau rak seng ngudang anake?" (mas kamu lihat orang tadi nggak yang lagi gendong anaknya?), tanyaku.

sambil berjalan masuk ke rumah Mas Edo menjawab,

"rak ono wong dek, ngelindur yak'e kowe" (ngak ada orang dek, kamu ngelindur kali), jawab Mas Edo.

Aku yang ketakutan setalah melihat itu langsung lari masuk ke rumah mbah meninggalkan mas Edo, saat mandi aku masih terbayang dan berpikir,

"benar juga kata mas Edo jika memang dia manusia seharusnya dia berputar untuk menuju ke rumah tetangga mbahku yang sedang punya hajat karena tenda itu rapat dan tak mungkin bisa dilewati manusia, tapi yang ku lihat dia bahkan tidak berputar melainkan menembus penutup yang digunakan untuk menutup tenda tersebut".

Bersambung...

Next chapter