11 Musuh Sebenarnya

"Aku tidak tau, tapi aku yakin bahwa Shuna bukan musuh kita, aku bisa yakin dari tatapanya"ucapku dengan menjawab pertanyaan Rui

"Jika kerajaan kita difitnah, maka ia tidak akan semudah itu untuk ditipu, dia memiliki mata kebenaran, sama seperti mata kalian"

"Mata kami?" tanya Rui dan Penyihir Perak dengan kebingungan

"Jadi, yang terpenting, kita harus menemukan pemfitnah itu, siapa tau dia adalah pemberontak itu" jawab Mia dengan santainya

"Benar, kita harus menemukannya"

"Rui, bisakah kau gunakan mata kebenaranmu?" tanyaku dengan mengantuk

"Bisa, sebentar" ucap dia dengan mengaktifkan mata itu, dia pun mengaktifkan mata itu, tiba tiba ia terjatuh dari tempat tidurku, kami pun terkejut

"Rui!"

"Rui kamu baik baik saja?"

"Apakah ada sesuatu?" tanya kami dengan khawatir

"Mana miliku terkuras banyak sekali, pemfitnah itu memiliki pertahanan anti mata kebenaran"ucap Rui dengan memegang kepalanya dan menengok ke arahku

"Guru, maaf ya~" ucapnya dengan meneteskan air mata

"Gapapa, lagi pula aku ga maksa, dah kamu tidur aja di kasur ini, biar aku yang tidur di sofa kamar pasien ini" ucapku dengan berdiri menuju sofa

"Eh guru! gausah, aku tidur di sofa aja, biar guru tidur di kasur itu, lagipula guru belum sembuh total" ucapnya dengan khawatir

"Kamu memang murid yang paling peduli, Rui.." ucapku dengan tersenyum kecil

"A-Bagaimana denganku!" ucap Penyihir Perak dengan raut wajah yang kesal

"Kamu juga peduli kok" aku sedikit tersenyum kecil ke arahnya, dan wajahnya memerah

"B-bodoh!"

Aku pun segera menata kasurku kembali, dan aku melihat Rui yang tertidur di pangkuan Mia, sedangkan Penyihir Perak hanya duduk di kasurku

"Kenapa ga tidur?" tanyaku dengan penasaran

"Nanti yang menjaga guru siapa?"

"Kamu ingin dibilang peduli padaku?"

"Bukan begitu, hanya saja, aku takut guru kenapa kenapa" ucapnya dengan malu malu

"Dah, aku akan baik baik saja, kamu tidur aja" ucapku dengan mengelusnya, dia pun segera tidur di kursi dekat meja yang ada di sebelahku, aku pun segera tertidur, dan bermimpi, didalam mimpiku, aku terjebak dalam perang, dan ada orang berkata padaku, "dia telah menunggu, selama 300 tahun" aku pun terbangun dari tidurku dan Semua orang disana terkejut

"Ada apa Kokonoi?!"

"Guru?"

"Kenapa?! apakah ada yang sakit?"semua orang disana terlihat khawatir

"Aku mengalami mimpi yang panjang, mungkin ini hanya efek karena kalah" jawabku dengan gemetaran

"Dah kalian tidur lagi aja"setelah menunggh 10 menit akhirnya mereka kembali tertidur, aku pun segera berbaring dan memakai selimut

"Apa yang dimaksud 300 tahun?"tiba tiba saat aku tertidur aku bermimpi sama, aku mendengar teriakan histeris, mereka berteriak"Bebaskan sang pendiri" teriak mereka dengan histeris, tiba tiba ada Penyihir Tua yang mendagangiku dan berkata"kau adalah yang terpilih" ucapnya dan aku pun terbangun kembali dari tidurku, namun mereka sama sekali tidak terbangun, lalu aku merasa tubuhku merinding, aku mendengar langkah kaki dari luar, aku pun berjalan keluar dan menengok, betapa gelapnya lorong rumah sakit ini, lalu di ujung lorong aku melihat ada seorang wanita berpakaian putih dan berambut panjang, dia tiba tiba menengok ke arahku dengan mata yang menyala merah, lalu aku menutup pintuku dengan panik, dan berkata di depan pintu

"Itu bukan hantu" ucapku dengan gemetaran

"Hantu?" tiba tiba Rui ada di belakangku, aku langsung mereflek akan menendangnya, namun dengan sigap Penyihir Perak menahan tendangan itu

"Jangan menendang wanita" ucapnya dengan kesal

"Ada apa Kokonoi?" tanya Mia yang penasaran karena aku ketakutan

"Suuut ada hantu diluar" ucapku dengan berbisik, Rui dan Penyihir Perak pun ikut gemetar

"Be-benarkah?" ucap mereka berdua dengan ketakutan

"Gaada hantu di dunia fantasi ini" bantah Mia

"Ada kok, nih coba aku lihat lagi" ucapku dengan menengok keluar pintu dan melihat gadis yang aku kenal, tidak lain itu adalah Itshuna Mieko, dia pun menengok ke arahku dan berjalan menujuku, aku pun langsung menutup pintuku dengan ketakutan

"Ada apa?" tanya semua orang disana

"S-shuna!" bisiku dengan gemetaran, mereka bertiga pun semakin takut

"Aku akan menyusun rencana, kelihatanya Shuna disini mengincarku, dengar, Rui, kamu menyamar sebagai pasien dan Mia menyamar sebagai ibu Rui, sedangkan Penyihir Perak menyamar sebagai kakak dan juru bicara, yang pasti aku akan bersembunyi" ucapku dengan berbisik, dan mereka semua pun menyetujuinya,aku pun segera bersembunyi,dan menempatkan posisi masing masing, kami mendengar suara langkah kaki semakin mendekat dan semakin keras, juga terdengar suara sayatan pedang, dia semakin mendekat dan tiba tiba, dia membuka pintu kami secara perlahan dan melihatkan matanya yang bersinar merah, lalu dia masuk ke ruangan kami

"Ada apa nyonya? apakah kamu temanya anaku yang bernama Rui ini?" ucap Mia dengan mengikuti perannya

"Dia telah menunggu selama 300 tahun" ucap Shuna dengan mengnonaktifkan mata merahnya

avataravatar
Next chapter