webnovel

BAB 3 : Tak Bisa Dihindari

Aku sangat terkejut saat aku bertemu Tito tanpa sengaja di pusat perbelanjaan kala itu. Aku merasa seperti kembali ke masa lalu. Aku hanya bisa terdiam melihat dirinya berdiri tepat di hadapan ku. bahkan sapaan nya pun tak ku gubris sama sekali karena aku terlalu shock pada saat itu. Aku merasa malu karena aku memakai pakaian sehari - hari yang biasa aku kenakan di rumah. ditambah lagi, wajah ku yang sama sekali tidak menggunakan makeup sedikit pun. Aku merasa sangat tidak percaya diri.

Kemudian Ibuku datang menghampiri diriku dan juga menyapa Tito. Ibuku sangat asyik mengobrol dengan Tito, sedangkan aku memilih untuk menyingkir perlahan dari hadapan Tito. tapi sayangnya Tito memanggil diriku dan mencoba untuk menghentikan langkahku. kemudian, dia membisikkan sesuatu ke telingaku. Dia mengatakan " Aku merindukan mu " dengan nada yang sangat lembut sehingga sekujur tubuhku terasa merinding. seperti aku di dekati sesosok makhluk tak kasat mata, wajah ku pun memerah.

Setelah dia membisikkan sesuatu kepadaku, aku menarik tangan ibuku dan menggiring nya ke meja kasir untuk segera pergi membayar barang belanjaan nya dan meninggalkan tempat itu. Tito masih saja mengikuti dari belakang. Entah kebetulan atau apa pun itu aku merasa tidak tepat bertemu Tito sekarang. Jujur Aku merasa senang akan tetapi perasaan kesal pun masih terlintas dibenak ku.

Kemudian Fildza dan Ibunya membayar sedangkan Tito nampak memperhatikan mereka dari depan swalayan itu. Tito merasa senang karena ia bisa bertemu Fildza secara tidak sengaja. Dan menurut Tito, Fildza masih terlihat seperti Fildza yang ia kenal dahulu.Tito merasa mungkin ia telah menyakiti hati Fildza itu sebab nya ia tidak pernah bisa melupakan Fildza sekalipun ia sempat pergi begitu saja tanpa pamit dengan Fildza.Tito ingin sekali menceritakan semua nya pada Fildza. Setelah Fildza dan Ibu nya selesai membayar Tito menghampiri mereka berdua dan meminta izin pada Ibu Fildza untuk mengajak Fildza pergi. Tanpa basa - basi Fildza langsung menolak nya dan mengajak ibu nya pulang. Akan tetapi ibu nya menghentikan nya dan menyuruh Fildza peergi dengan Tito. Raut wajah Fildza berubah dan ia mulai mengerutkan dahi nya tanda bahwa ia tidak suka. Fildza paling tidak bisa menolak permintaan orangtuanya. Kemudian Fildza menerima permintaan ibu nya untuk pergi dengan Tito sedangkan ibu nya pamit pulang dan memilih untuk naik taxi.

Keadaan sudah mulai terasa canggung diantara Fildza dan Tito. Fildza tetap memasang mimik wajah datar nya sedangkan Tito tak ada habis nya tersenyum - senyum sendiri karena senang. Tiba-tiba Fildza mulai membuka pembicaraan.

" Jadi kita mau kemana? '' tanya Fildza dengan ketus

'' Hmm ,,, bagaimana kalau kita nonton? '' jawab Tito.

'' No !. '' sahut Fildza sambil menatap ke arah Tito.

'' Terus mau kemana? Atau mau bermain game? '' tanya Tito lagi.

'' Gak tau lah! Terserah! '' jawab Fildza dengan nada ketus nya.

'' Oke. Kita nonton. '' kata Tito sambil menarik tangan Fildza.

'' Ehh, tung-tunggu. '' sahut Fildza lagi.

Akhirnya Tito menarik tangan Fildza dan mengajak Fildza nonton bioskop. Karena saat itu hari valentine Fildza sudah menebak bahwa film yang diputar pasti hampir rata - rata film romantis. Fildza merasa sakit kepala karena ia sama sekali tidak ada persiapan apapun dan ia memakai pakaian tidak untuk pergi ketempat yang seharusnya. Fildza mulai merasa frustasi sendiri. Kemudian Tito menghampiri nya setelah ia membeli Tiket bioskop beserta cemilan nya yaitu berondong jagung dan tak lupa juga satu minuman soda berukuran besar.

'' Ah, sudah ku duga. Film romatis. '' kata Fildza dalam hatinya.

Fildza terus saja menggerutu dalam hatinya.

'' Ayo masuk film nya sudah mau mulai. '' ajak Tito sambil memberi dua tiket kepada Fildza.

'' Iya. '' jawab Fildza dengan terpaksa.

Mereka berdua akhirnya memasuki pintu teater bioskop dan mencari tempat duduk mereka. Tak lama mereka duduk, film pun diputar. Fildza yang saat itu tidak mau fokus dengan film nya memilih untuk fokus memakan berondong jagung nya sambil memandangi sekitar nya. Sedangkan Tito sangat fokus dengan film nya. Padahal menurut Fildza dulu setiap mereka pergi menonton film, Tito tidak pernah fokus dengan film nya ia lebih memilih di ceritakan kembali oleh Fildza. Fildza menyadari ada sesuatu yang berbeda dari Tito.

20 menit sebelum film berakhir Fildza kehabisan berondong jagung nya, dan ia mulai memperhatikan film nya sambil memegang cola ditangan nya. Ternyata Tito diam - diam memperhatikan Fildza sesekali ia melirik ke arah Fildza dan memperhatikan nya. Sampai - sampai terkadang ia tertawa kecil melihat tingkah Fildza yang sangat lucu menurut Tito. Tito kemudian berinisiatif menggenggam tangan Fildza. Fildza yang saat itu sedang meminum cola sambil menonton tiba - tiba tersedak dan batuk sambil melihat ke arah Tito. Tito mulai panik

" Za, kamu baik-baik saja? '' Tanya Tito sambil menepuk bahu Fildza dengan perlahan.

'' Baik dari mana? Uhuk,, uhuk,,uhuk. '' Jawab Fildza sambil melepaskan tangan nya dari Tito.

'' Maaf. '' Kata Tito.

Fildza memutuskan meninggal kan Tito sebelum film nya usai. Tito merasa bersalah dan kemudian ia mengejar Fildza keluar bioskop. Setelah di luar bioskop perdebatan kecil terjadi diantara mereka dan semua mata tertuju pada mereka berdua tanpa mereka sadari. Mungkin orang - orang berpikir bahwa sepasang kekasih sedang bertengkar. Setelah mereka menyadari mereka menjadi pusat perhatian, Fildza menarik tangan Tito dan mengajak nya pergi meninggal kan tempat itu. Tanpa sadar Fildza menarik nya masuk ke salah satu restoran yang ada di pusat perbelanjaan itu.

Suasana hening seketika. mereka sama - sama terdiam sampai saat salah satu pelayan menghampiri mereka untuk memberikan buku menu.

" Silahkan mau pesan apa? kebetulan kami sedang merekomendasikan menu untuk pasangan, karena hari ini hari kasih sayang ( valentine ). " kata pelayan itu dengan ramah sambil menyodor kan buku menunya.

Fildza dan Tito terkejut dan melihat kearah pelayan itu.

'' Kita pesen menu biasa aja ada Mba, dan kita berdua bukan pasangan. '' Jawab Fildza dengan tegas.

'' Oh maaf kak. Saya kira kakak berdua ini pasangan. '' Kata pelayan itu lagi.

'' Udah Mba pesen yang tadi awal aja ya. '' kata Tito sambil menarik buku menu yang ada ditangan fildza dan memberikan nya kepada pelayan tersebut.

'' Baiklah. '' kata pelayan itu lagi.

Fildza hanya bisa terdiam dan mata nya terbelalak melihat apa yang dilakukan Tito, Fildza merasa sedikit kesal dengan apa yang dilakukan Tito. Mereka saling diam, Fildza sibuk memainkan ponsel nya sedangkan Tito terus saja memperhatikan Fildza. Kemudian hidangan mereka pun tiba. Mereka berdua fokus makan tak ada satu pun yang saling bicara sampai makanan satu sama lain habis.

Setelah selesai makan Fildza mengeluarkan dompet nya dan hendak pergi membayar. Tapi Tito mencegah nya dan bersikeras untuk membayar nya. Akan tetapi Fildza menolak nya dan tetap ingin membayar makanan nya. Namun sia - sia ternyata Tito lebih dahulu memberikan kartu kredit nya di kasir pada saat pergi ke toilet sebelum makanan datang.

Mereka berdua akhirnya meninggalkan restoran. Tito membuka pembicaraan terlebih dahulu.

" Za, maaf ya soal tadi. terimakasih udah nemenin aku di hari valentine ini. " Kata Tito.

" Hmm." Jawab Fildza singkat.

" Kamu langsung pulang? bawa mobil kan? " Tanya Tito lagi.

" Ya aku bawa mobil. kamu juga kan. so mari berpisah disini. " Jawab Fildza lagi.

" Oh aku gak bawa mobil. mungkin nanti aku naik bus. " sahut Tito.

Fildza merasa tidak tega membiarkan Tito pulang naik bis, akhirnya ia berinisiatif untuk mengantar Tito pulang karena kebetulan rumah mereka searah.

" Yasudah, ayo kuantar. rumah masih yang lama kan? " ajak Fildza sambil memastikan tempat tingga Tito.

" Ya tentu. Kamu gak keberatan? " Tanya Tito lagi.

" Tidak. lagi pula kita searah. " sahut Fildza lagi sambil berjalan menuju lantai bestment tempat ia memparkirkan mobil nya.

" Baiklah. " jawab tito.

Kemudian Tito pergi mengikuti Fildza. Selama perjalanan mereka tidak saling bicara sama sekali. suasana kali itu sangat hening. Fildza fokus menyetir dan melihat jalanan, sedangkan Tito terus saja memperhatikan Fildza. Sesampainya dirumah Tito, Tito menanyakan satu hal yang membuat perasaan Fildza terguncang kembali.

" za, boleh aku memeluk mu sekali saja?" ucap Tito sambil menatap Fildza dengan sendu.

Fildza tercengang dengan perkataan Tito dan terpaku seketika. Perasaan campur aduk menjadi satu. Bagaikan sebuah lonceng besar yang dibunyikan sehingga terdengar sangat keras di telinga Fildza.

Next chapter