10 Perbincangan Pertama

Krisnanda beberapa kali mengecek handphonenya, menyalakannya kemudian mematikannya lagi. Menatap lekat-lekat pada layar itu, tertulis jelas nama Sonya di sana. Nampaknya dia ingin mengirim pesan padanya, tapi dia pun masih ragu, banyak pikiran yang muncul di kepalanya. Beberapa hari berselang, dia selalu mengurungkan niatnya untuk mengirim pesan kepada Sonya.

Hari masih pagi, dia ingin menyapa tetapi takut akan menjadi canggung jika tidak ada topik yang dibicarakan setelahnya. Dia memikirkannya begitu keras, bahkan sarapan pun dia tidak fokus. Ingin hati mengoleskan selai pada roti, tapi yang dia ambil adalah saus cabai. Dia langsung memakan rotinya, setelah beberapa detik dia baru menyadari betapa pedasnya saus cabai itu. Dia langsung memuntahkannya dan terburu-buru mencari susu untuk mengurangi rasa pedas di lidahnya.

"Sial, aku kira selai strowbery, ternyata saus cabai," gerutunya, "Malas ah, mandi aja deh," beranjak dengan perasaan yang masih jengkel.

Berusaha kembali fokus dan menata kembali pikirannya. Selama mandi dia teringat sesuatu, gitarnya masih tertinggal di ruang OSIS. Seketika dia bersemangat, dia menemukan alasan untuk mengirim pesan pada Sonya. Terburu-buru menyelesaikan semua ritual mandinya, melingkarkan handuk di pinggangnya dan bergegas menuju kamar. Tanpa mengenakan pakaian, dia langsung menyambar handphonenya yang terletak di meja sebelah tempat tidur. Langsung mengirim pesan kepada Sonya.

"Hi, pagi Sonya. Ini aku Krisnanda," akhirnya dia berhasil mengirim pesan tersebut setelah beberapa kali menghapus dan mengetiknya kembali. Kini jantungnnya berdetak lebih kencang, dia bahagia sekaligus takut. "Dia mau nggak ya balas chatku?" tanyanya dalam hati.

Pesan itu sampai pada Sonya, handphonenya berdering. Sonya langsung membukanya. Dia sedikit terkejut, tertulis nama Kak Krisnanda di sana. "Kok kak Krisnanda tiba-tiba ngechat ya?" gumannya. Dia tidak bisa menahan senyum di bibirnya yang semakin merekah. "Senangnya," dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya, dengan cepat dia langsung membalas pesan Krisnanda.

"Hi, pagi juga kak. Kenapa kak?" balasnya.

Krisnanda yang menanti dengan harap-harap cemas, hingga akhirnya hanphonenya pun berdering. Jantungnya berdegup kencang, mengira-ngira bagaimanakah Sonya membalas pesannya. Membaca pesan tersebut, hatinya meledak, dia sangat-sangat bahagia. Sambil menarik napas dalam, dia membalas pesan dari Sonya.

"Nggak sih, cuma ngetes aja, hehe. Kamu di mana nih?"

(beberapa detik kemudian)

"Oh, iya kak. Aku lagi di sekolah sih, biasalah di ruang OSIS," balas sonya dengan cepat.

"Oh, lagi sibuk berarti nih? Sorry ya aku ganggu."

"Nggak apa-apa kok kak, santai aja. Aku cuma lagi ngecek beberapa surat biar bisa nyari tanda tangan nanti."

"Oh, iya. By the way, gitarku masih di ruang OSIS kan?"

"Masih kok kak, kapan mau diambil?"

"Maunya sih sekarang."

"Oh, yaudah ambil aja kak. Mumpung sempat kan, nanti kelupaan terus," saran Sonya.

"Okedeh, aku ke sana sekarang, kamu stay di sana ya," Krisnanda bergegas.

"Iya kak. Hati-hati kak ya,"

"Siap," jawab Krisnanda bersemangat.

Krisnanda bergegas, mengambil helm, keluar dari kamarnya menuruni tangga sambil berlari kecil. Dia sudah tidak sabar ingin menemui Sonya.

"Hati-hati den kalau turun tangga, pelan-pelan saja," nasehat bik Wati.

"Iya bik, hehe. Aku keluar dulu bik ya," jawab Krisnanda sambil tersenyum.

"Iya den, hati-hati di jalan," jawab bik Wati seraya berkata dalam hati, "Sudah lama sekali sejak terakhir kali den Krisnanda tersenyum seperti itu."

Melaju secepat mungkin dengan motor kesayangannya. Melewati sepanjang jalan sambil bernyanyi-nyanyi, bersama deru angin yang sedikit kencang hari ini.

avataravatar
Next chapter