16 Bersama

Krisnanda semakin sibuk mempersiapkan diri untuk test yang tidak terasa akan berlangsung beberapa hari lagi. Dia lebih sering menghabiskan waktu di kamar, walau sesekali belajar di luar sambil ditemani oleh Sonya. Ketika Krisnanda memintanya untuk ditemani, Sonya selalu meluangkan waktunya untuk menemani sambil mendengarkan setiap keluhannya. Sejatinya mengeluhkan hal yang sama, tapi tidak pernah membosankan bagi Sonya, justru dia senang. Walau tidak bisa membantu banyak, melihat senyum Krisnanda yang lega selepas bercerita, cukup untuk mengundang senyum dan memacu degup jantung.

Bukan hanya menemani belajar, ketika mengurus berbagai berkas dan surat-surat pelengkap lainnya, Krisnanda pun meminta Sonya untuk menemaninya. Krisnanda mulai terbiasa ditemani oleh Sonya, bahkan selalu ingin bersamanya. Dia juga tidak ingin membuatnya kecewa dengan mengingkari janji mereka. Berjanji untuk selalu memberitahu Sonya apabila dia memerlukan bantuan. Berawal dari janji hingga menjadi sebuah kebiasaan.

"Pagi kak Krisnanda. Semangat untuk hari ini. Ingat sarapan juga, kakak pasti bisa."

Kalimat itu selalu menghiasi pagi Krisnanda, bahkan tanpa dia sadari, dia selalu menanti kalimat itu untuk memulai harinya.

"Pagi juga Sonya. Kamu juga semangat ya, ibu ketua OSIS. Ingat makan yang banyak."

Mereka saling menyemangati, saling mendukung satu sama lain. Tidak peduli seberapa sibuk diri masing-masing, mereka selalu ingat untuk mengabari, untuk saling berbagi cerita hari ini. Bukan hanya Krisnanda, Sonya pun mulai disibukkan dengan berbagai acara dan kegiatan OSIS. Tapi itu bukan masalah baginya, lagipula dia sudah terbiasa. Dia juga sering berdiskusi perihal OSIS dengan Krisnanda, ketika mereka bertemu atau ketika berbincang lewat telpon.

"Ternyata seperti ini rasanya jadi ketua OSIS," keluh Sonya, "Ternyata capek banget."

Krisnanda hanya tertawa, "Rasakan, haha," ledek Krisnanda, "Itulah yang aku rasakan dulu," ucapnya.

"Iya-iya," Sonya menatapnya dengan ekspresi datar, "Tapi entah kenapa aku suka, seru banget, ya walaupun capek," ucap Sonya kembali bersemangat.

"Aku tahu kamu menanggung beban yang berat. Kamu juga harus bisa memutuskan dengan tepat berdasarkan berbagai pertimbangan. Tapi bagus kalau kamu suka, itu nggak akan terlalu menjadi beban," jawab Krisnanda, "Tetap semangat ya Sonya."

"Iya kak, semangat juga untuk kakak," Sonya tersenyum begitu manisnya, "Oh iya, testnya kakak beberapa hari lagi kan?" tanya Sonya.

"Iya, tiga hari lagi. Doakan semoga lancar ya," jawab Krisnanda.

"Iya, pasti kak. Doaku selalu menyertai kakak. Semangat, do your best" dukung Sonya.

"Terimakasih ya Sonya, kamu selalu menemani dan bantu aku ini itu."

Dukungan dari Sonya selalu membuat Krisnanda bersemangat. Dia sangat siap untuk mengikuti test esok hari. Memeriksa kembali perlengkapan yang harus dibawa untuk test, setelahnya dia memutuskan untuk tidur lebih awal. Sempat bertukar pesan dengan Sonya, hingga akhirnya perlahan dia pun terlelap. Dia ingin sekali agar Sonya menemaninya besok, tapi apa daya, Sonya selaku ketua OSIS harus mewakili sekolah untuk menghadiri sebuah acara. Sedikit kecewa, tapi setiap kata dari Sonya selalu terngiang-ngiang di kepalanya. Membuatnya semakin bersemangat dan ingin melakukan yang terbaik.

Pagi cepat sekali menyapa, Krisnanda bangun dengan wajah yang berseri, tidurnya cukup nyenyak semalam. Langsung membersihkan diri kemudian sarapan. Hari ini bik Wati memasak makanan kesukaannya.

"Mari den, sarapan dulu. Ini makanan kesukaan aden. Semangat untuk testnya ya den," ucap bik Wati.

"Iya bik, terimakasih banyak. Aku akan melakukan yang terbaik hari ini," jawab Krisnanda dengan senyum yang begitu lebar.

"Iya den, makan yang banyak. Bibik lanjut dulu," jawab bik Wati berlalu.

Menyelesaikan sarapannya dengan cepat, kemudian menuju tempat di mana test itu dilaksanakan. Bertempat di auditorium sebuah kampus di Bali. Dilaksanakan secara serentak, mengingat begitu banyak peserta yang mengikuti test tersebut. Sepanjang perjalanan, Krisnanda terus meyakinkan dirinya, mengumpulkan semua semangat, apalagi pagi-pagi buta Sonya sudah mengiriminya pesan.

"Kakak, bangun, udah pagi," sapa Sonya, "Semangat, aku percaya kakak pasti bisa," dukungnya.

Serasa hatinya akan meledak, dia begitu bahagia. Semangatnya bertambah berkali lipat. Dia semakin yakin, dia pasti lolos, dia tidak ingin mengecewakan Sonya yang selalu membantu dan mendukungnya. Ketika sampai, dia sempat berkeliling beberapa saat kemudian menuju auditorium. Dia tidak percaya dengan pandangannya sendiri, dari kejauhan dia melihat sosok Sonya di pintu masuk auditorium. Terlalu nyata untuk disebut sebuah mimpi atau hanya sekedar imajinasi. Dia langsung menelpon Sonya, setelah beberapa saat terdengar lembut suara Sonya di kejauhan.

"Kakak, coba tebak aku di mana?" ucap Sonya.

"Em, di mana ya? Aku nggak tahu," jawab Krisnanda berpura-pura tidak tahu sambil terus melangkah mendekati Sonya. Tiba-tiba Sonya berbalik menatapnya.

"Aku lihat kakak dari sini," ucap Sonya sambil melambaikan tangan.

"Iya, aku ke sana sekarang," (Krisnanda berlari).

"Kamu ngapain di sini? Katanya ada acara," tanya Krisnanda.

"Acaranya jam 10:30 kak, kebetulan juga dekat sini. Ini untuk kakak ingat diminum ya," kata Sonya sambil menyodorkan susu rasa cokelat kesukaan Krisnanda.

"Terimakasih banyak ya," (Krisnanda mengelus kepala Sonya)

"Iya kak, semangat," dukung Sonya dengan begitu semangat, "Yaudah, kakak masuk sekarang," sambil mendorong Krisnanda masuk.

Senyum itu sedikitpun tak lepas dari bibir Krisnanda. Melihat itu, Sonya begitu lega. Dia melambaikan tangan, sekali lagi memberikan semangat untuk Krisnanda. Masih memandangnya, hingga sosoknya menghilang diantara kerumunan peserta lainnya.

avataravatar
Next chapter