11 Ups..!! Sorry

"Reyyyyy....!!!" Jelita berlari kecil sambil berteriak memanggil Rey, tangannya membentang dan memeluk tubuh Rey erat.

"ehm!!" tanpa mereka sadari Danil sudah berdiri di belakang Jelita.

Jelita melepas pelukannya dan berbalik melihat siapa yang mengagetkan dia.

"Ups..Sorry, mas Danil.. kebiasaan." Danil mengernyitkan dahinya mendengar kata 'kebiasaan' yang keluar tanpa dosa dari bibir manis istrinya. Sedangkan Rey tetap tenang dan santai.

"Mas, kenalin, Rey." Kata Jelita sambil menunjuk ke arah Rey.

Rey mengulurkan tangannya dan disambut ukuran tangan Danil, namun siapapun yang melihat bisa menyimpulkan bahwa ada hawa pembunuh di dalam tatapan Danil.

"Danil, suami Jelita." Kata Danil.

"Reynald,Kakaknya Jelita." Danil seketika melongo. Rey? Kakak Jelita? namun Danil segera menguasai dirinya sendiri.

"Maaf waktu Acara pernikahan kalian saya tidak bisa pulang, karena harus menggantikan papa mengurus usahanya di luar negri."

"Oh, tidak masalah senang bisa berjumpa denganmu?"

"Rey.."

"Mama.." Rey mendekati wanita setengah tua namun masih terlihat bugar dan cantik. Rey mencium tangannya dan mencium kedua pipi mamanya.

"Papa mana?"

"Ada tuh..katanya jemputnya habis makan siang, kog jam segini sudah sampai sini sih?"

"Ada sesuatu yang harus Rey sampaikan pada Jelita, Ma, makanya Rey kesini lebih cepat."

"Ada apa Rey?" tanya Jelita.

"Ayo kita duduk didalam." Kata Danil. Jelita bergelayut manja dilengan Rey, sedangkan Danil hanya bisa menarik napas panjang saat melihat kelakuan istrinya.

"Maafkan Jelita ya, Dan. Dia memang manja sama Rey,"

"Tidak apa-apa ma."

'Semangat Danil, mereka bersaudara jelas saja kalau mereka deket.' batin Danil menyemangati dirinya sendiri.

"Rey, mau minum apa?" Tanya Danil ketika mereka sudah duduk diruang keluarga.

"Kopi boleh."

"Biar aku yang bikinkan." Kata Jelita. lagi-lagi Danil merasa cemburu dengan perlakuan Jelita pada Rey..eh..cemburu??

Tak berapa lama, Jelita datang membawa secangkir kopi hitam tanpa gula, dan meletakkannya dimeja depan Rey.

"Silahkan kopinya," Kata Jelita

"Ga ada sianida nya kan?" Kata Rey mengambil cangkir kopinya.

"Ga ada, cuma sedikit campuran kopi dan racun tikus." Kata Jelita sambil terkekeh.

"Yang bener?" Kata Rey.

"Ya ga lah.. ngapain gw ngracunin elo, ga guna tau?"

" Ga guna tapi kasih obat pencahar."

"Ye waktu itu kan sengaja biar kamu ga pergi ke Luar negeri, jadi ya aku kasih obat itu."

"Danil, kamu harus hati-hati, punya istri kelewat sadis kayak dia nih." Danil tersenyum.

Sedangkan Jelita hanya meleletkan lidahnya kearah Rey. itupun tak luput dari penglihatan Danil.

'gemes' kata Danil dalam hati.

"Oya, ada apa Rey, katanya mau ngomong sesuatu tadi." Kata Jelita, Rey meletakkan cangkir kopi ke atas meja.

"Gw udah tahu siapa yang mencoba menjatuhkan Danil."

"Siapa Rey?" Kata Danil dan Jelita bersamaan.

"He elahhh... kompak amat sih, santai dong." goda Rey. Danil dan Jelita saling pandang, sedetik kemudian mereka tertunduk karena malu.

"Jadi, siapa mereka?" kini giliran papanya yang bertanya.

"Richard Mahendra." Danil mendongak menatap Rey dengan seksama.

"Lo becanda ya.. dia itu paman gw."

"Kenyataannya itu, musuh Lo yang sesungguhnya adalah paman Lo sendiri, masalah yang sering muncul itu selama ini di komandani oleh paman Lo sendiri, mereka ingin mengambil alih perusahaan Lo. Dengan adanya skandal dan keuangan perusahaan yang menurun itu senjata yang paling tajam untuk bunuh Lo." Mendengar penjelasan dari Rey, Danil terdiam.

"Tapi Pemilik saham terbesar kedua di Perusahaanmu adalah PT. Chandra Corp." Bahkan CEO nya lah investor terbesar perusahaan mu." Kata papanya Jelita.

"Dulu Chandra Corp milik kakek dari ibu, tapi sudah dijual karena sodara ibu menginginkan pembagian harta yang rata. Dan aku sendiri tidak pernah tau siapa pemilik Chandra Corp sekarang, bahkan ketika rapat pemegang saham pun, hanya asistennya yang datang." ujar Danil. Rey dan Jelita saling tatap.

"Itu berarti kesempatan pamanmu juga sangat kecil, kecuali kalau CEO Chandra Corp menunjuk pamanmu sebagai CEO." Kata Papa.

"Sepertinya kau harus cepat mengklarifikasi tentang foto itu, mas Danil." Kata Jelita.

"Aku akan membantu kalian."

"Baiklah, aku akan menyuruh asistenku untuk menyiapkan konferensi pers besok." kata Danil

" Tuan makan siang sudah siap." Kata mbok Rahmi

"Pah. Mah, Rey mari kita makan dulu." ajak Danil. Mereka makan siang bersama, dan penuh keakraban,Danil bersyukur disaat terpuruk masih ada orang yang mendukungnya.

avataravatar
Next chapter