1 Awal dari segalanya

Di pagi hari, di suatu rumah yang besar dan bisa dibilang cukup mewah, di dalam sebuah kamar yang bernuansa hitam dan putih terdapat seorang gadis berusia 13 tahun dengan surai rambut coklat nya yang indah, serta matanya yang berwarna merah, badannya yang tinggi, terlihat ia seperti menatap dirinya di kaca kamar.

Tetapi ia memiliki tatapan benci terhadap dirinya, ia tak suka terhadap rambut panjangnya itu...karna ia pasti akan di suruh oleh ibunya memotong rambut lagi, ia sebenarnya sangat ingin merasakan menjadi perempuan walau hanya sekali, tetapi ibunya tidak akan mungkin mengizinkanya.

Ibunya memiliki tekanan batin, ibunya sangat menginginkan anak lelaki karna di keluarga ibunya hanya dia anak perempuan, dan dia ingin menjadikan anak perempuannya sebagai laki laki juga.

Pintu kamar gadis itu berbunyi, tanda bahwa akan ada seseorang yang masuk, dan benar saja, seorang wanita masuk kekamar tersebut sambil membawa gunting, "Rambutmu sudah panjang, potonglah-!", ucap wanita itu sembari melempar gunting ke kasur dan pergi, "Cepat bersiap Rei-! Ini hari pertamamu di SMP-!", teriak wanita itu sambil pergi menjauh dari kamar.

"Ck, tidak usah teriak juga aku sudah tau...", gumam gadis itu, ya! Nama gadis itu adalah Rei Ranara, nama itu diberikan agar ia lebih terlihat seperti lelaki.

"Aku rindu ayah....", lirih Rei sambil memotong rambutnya, Rei terlihat lesu spark mata Rei menghilang, mata Rei hanya menatap kosong, ia sangat rindu ayahnya, sudah sejak Rei berusia 8 tahun ayahnya pergi dari rumah, alasan ayah Rei pergi adalah karna ayah Rei sangat membenci pertengkaran dengan ibu Rei setiap hari setiap saat.

Saat Rei di daftarkan di SMP, lagi lagi ibu Rei mengatakan bahwa Rei itu laki laki, Rei sebenarnya muak dengan ini semua, dia adalah perempuan tetapi kenapa seolah ibunya tidak mengizinkan Rei menjadi perempuan. Rei merasa ibunya sudah tak menyayangi Rei lagi, walau begitu Rei tetap ingin membuktikan pada ibunya bahwa suatu hari nanti Rei akan bisa membahagiakan dan mengembalikan romansa keluarganya kembali.

Pukul 07.00 pagi, bel berbunyi tanda masuk kelas, Rei itu adalah gadis yang pandai IQ Rei tergolong Superior dia menduduki kelas 7.1 di sekolahnya, ia sebangku dengan gadis bernama Luisa Icha atau biasa di panggil Lui, dia memiliki rambut hitam yang panjang matanya yang sedikit ke abu abuan itu membuatnya terlihat cantik dan manis, terlebih lagi dengan tinggi badan Luisa yang ideal tidak pendek dan tidak tinggi.

Pukul 09.30 kelas akan segera istirahat, terlihat Rei sudah mulai bosan, ia pun melirik sana sini untuk menghilangkan kebosanannya, lirikan Rei terhenti pada gadis bernama Shuzu Aiko yang sedang menyembunyikan tanganya dan mengambil sebuah pisau, "Heran, dari tadi aku lihat anak ini memandangi guru dengan serius, dan dia menyembunyikan pisau...", batin Rei sembari mengalihkan pandangannya ke arah jam.

Selang beberapa jam, tidak terasa bahwa sekolah sudah selesai, Rei berencana untuk memberi tahu ibunya bahwa Rei ingin memakai pakaian wanita, walaupun masih tetap celana dan kaos, tanpa berlama lama Rei cepat cepat pulang, dan mengatakan pada ibunya. Rei sudah mencoba menjelaskan baik baik tetapi ia malah terkena hinaan dan pukulan lagi dari ibunya, "HARGAI SAJA APA YANG SUDAH KUBERIKAN, ANAK TIDAK BERGUNA-!", bentak ibu Rei, rasanya hati Rei seperti ditusuk menggunakan pedang, sakit sangat sakit di pukul dan dihina apalagi oleh ibu Sendiri. "Aku baru memohon satu hal, bu", ucap Rei lirih pada ibunya, lagi lagi tamparan meluncur pada pipi Rei, dan seucap kata keluar dari mulut ibu Rei. "AKU SANGAT MEMBENCI MU REI-! KAU SAMA SEKALI TIDAK MENGHARGAI IBU MU INI-!", bentak Ibu Rei sembari meninggalkan Rei...

Air mata mulai menetes mengucuri pipi Rei, rasanya ia ingin mati saja mendengar kata kata itu. Rei baru saja memohon, permohonan Rei sangatlah kecil, ia hanya ingin memakai pakaian gadis walau sekali itupun masih mengenakan celana. Rei tak tahan, ia berlari ke atas yaitu kekamarnya, disitulah Rei bisa menangis sepuasnya, Rei mulai berkata sambil terisak, "Ibu membenci ku?", ucap Rei pada dirinya sendiri, "AKU JUGA MEMBENCI DIRIKU SENDIRI BU-!" teriak Rei sambil memcahkan kaca kamarnya.

Kamar Rei sudah diberi alat kedap suara, jadi teriakan, isakan, tangisan, bahkan pecahan barang tidak akan terdengar dari luar.

Keesokan harinya, Rei bolos sekolah, rasanya ia sudah bosan, Rei pun memutuskan untuk pergi ke toko buku, untuk membeli komik favoritnya, karna jalanan sangat macet ditambah dengan Rei yang hanya berjalan kaki, Rei terpaksa melewati gang sepi dan bisa dibilang sangat gelap, disitu Rei menyaksikan ada seorang laki laki dan suara tembakan, "Inilah akibat berkhianat-!", ucap laki laki itu sambil membawa pistol, Rei terkejud ia mencoba kabur tetapi belum sempat ia berlari tangan Rei di pegang oleh seorang lain, Rei sempat melihat korban serta orang yang menariknya, tetapi karna Rei masih sayang nyawa Rei melawan dan kabur dari situ, "K-kenapa...mereka membunuh guru matematika itu...", ucap Rei ngos ngosan setelah berlari.

Sedangkan ditempat dua orang tadi terdapat seorang perempuan yang mulai berbicara, "Bagaimana ini sekarang kak??", ucap perempuan itu sambil membuka hoodie nya.

Laki laki yang bersamanya hanya bisa tersenyum dan berkata, "Dia teman sekelasmu kan? Dia mempunyai bakat, ajak saja dia bergabung dan tutup mulut-!", ucap lelaki tersebut dengan seringai jahatnya lalu pergi, "Merepotkan", ucap perempuan itu sambil pergi mengikuti lelaki tersebut.

Keesokan harinya di sekolah, terlihat Rei yang duduk dengan menompang dagu nya, sedang memikirkan kejadian kemarin, ya benar saja guru matematika SMP itu mati tak tau kenapa, Rei hanya bisa menduga bahwa yang menarik tanganya di gang tersebut adalah Shuzu, yang dari awal menyembunyikan pisau sambil menatap serius guru yang mati itu.

Saat bel istirahat, Luisa memanggil Rei untuk bertemu di belakang sekolah, Rei hanya terheran ada apa dengan Luisa yang tiba² bersikap aneh, tak butuh waktu lama, Rei dan Luisa langsung bertemu di belakang sekolah, "Rei, begini aku ingin mengajakmu-", ucap Luisa mengangkat pembicaraan, tetapi pembicaraan Luisa terhenti saat melihat seorang guru dengan seringainya menatap Luisa, tentu saja Rei tau akan hal itu, "Ck-! Besok saja Rei aku beri tau, sekarang belum waktunya-!", ucap Luisa sembari pergi meninggalkan Rei, Rei hanya bisa terheran heran melihat perilaku Luisa yang berubah setelah melihat seringai dari wakil kepala sekolah tersebut, "Sekolah yang aneh...", batin Rei sembari memasang earphonenya dan memutar lagu favoritnya lalu pergi.

avataravatar
Next chapter