8 Part 8

*****

Kirana merasa telah putus asa atas upaya pencarian kunci borgolnya tersebut. Kirana dan Julian memutuskan untuk menenangkan diri sejenak, maka Kirana dan Julian pun berinisiatif menuju ke ruangan tamu untuk mengistirahatkan tubuh mereka sejenak dengan duduk bersama di sofa. Seketika itu pun mereka saling bungkam dan Keheningan pun begitu terasa diruangan tamu tersebut. Kirana dan Julian sangat merasa letih atas peristiwa yang telah dilalui oleh mereka.

Kirana pun mencoba menyandarkan tubuhnya di sofa itu sambil matanya memandangi langit-langit rumah. Kirana masih berusaha untuk mengingat-ingat keberadaan kunci borgolnya tersebut. Kirana yakin kalau kunci borgolnya tersebut tidak mungkin juga tertinggal di kantor. Sebab saat sebelum Kirana meninggalkan kantor, Kirana sudah merapikan meja kerjanya terlebih dahulu dan Kirana tidak melihat kunci borgolnya di meja kerjanya.

"Ya ampun dimana kuncinya" gumam Kirana sambil menghela nafas panjang.

Tetapi saat itu Julian mengabaikan sikapnya Kirana yang sedang kebingungan. Julian hanya fokus dengan luka lebam di bagian wajahnya. Tak lama kemudian Julian pun merasakan perutnya berbunyi tak beraturan. Julian merasa sangat lapar, karena dari sore tadi Julian belum sempat makan.

"Hai Nona, Aku sangat Lapar" kata Julian dengan wajah mengiba sambil tangan kirinya mengelus perutnya yang terasa nyeri.

"Apakah Aku bisa memakan sedikit makanan dirumahmu?" tanya Julian dengan suara rendah.

"Baiklah, tapi Aku harus memasaknya terlebih dulu" jawab Kirana.

"Ayo ikut Aku ke dapur" sahut Kirana sambil berdiri

Sesampai di dapur Kirana segera mengeluarkan bahan-bahan makanan dari dalam kulkas. Kirana berniat ingin memasak sayur sop dan ayam goreng, tetapi sebelum memasak makanan tersebut Kirana memasak nasi terlebih dahulu dengan rice cooker. Sambil menunggu nasinya matang, Kirana pun mulai memasak dan yang pertama Kirana lakukan yaitu mengolah bumbu-bumbu masakannya. Sedangkan Julian yang berada di sisi Kirana hanya memperhatikan Kirana saja, sebab Julian sama sekali tidak mengerti soal masak memasak.

"Ada yang bisa Aku bantu" tanya Julian menawarkan bantuan.

"Tenang saja, biarkan Aku yang melakukan semuanya" jawab Kirana.

Saat Kirana sedang sibuk mengolah bumbu-bumbu masakan, seketika itu Julian melihat daging ayam yang masih dalam keadaan utuh. Daging ayam tersebut Kirana ambil dari dalam kulkas lalu diletakan oleh Kirana didekat wastafel. Maka Julian pun berinisiatif untuk membantu Kirana memasak, dengan berniat ingin memotong daging ayam tersebut menjadi beberapa bagian. Julian pun langsung segera mengambil pisau yang berada dikeranjang peralatan dapur.

"Hey...Beraninya Kau !!!" gerutu Kirana sambil memukul pergelangan tangan kiri Julian dengan sangat keras.

Kirana sangat marah dan juga khawatir atas tindakan Julian mengambil sebuah pisau. Kirana menganggap bahwa Julian ingin melakukan tindakan perlawanan dengan menggunakan pisau tersebut. Maka Kirana dengan sigap memukul tangan kirinya Julian untuk menggagalkan aksinya Julian tersebut.

"Aawww..." teriak Julian kesakitan.

"Jangan coba-coba melakukan perlawanan ya atau Kau akan tau akibatnya" gerutu Kirana sambil memegang kerah baju Julian lalu mendorong tubuh Julian ke bagian sudut dapur

"Ka...Kau selalu saja salah paham" gerutu Julian dengan suara yang bergetar akibat menahan rasa sakit pada tangannya.

"Aku mengambil pisau itu buat memotong ayam itu" Sahut Julian sambil menunjuk ke arah daging ayam.

"Hmm...Sungguh?" tanya Kirana yang masih merasa ragu.

"Iya sungguhlah, Aku hanya ingin berniat untuk membantumu memasak". Jawab Julian.

"Ooh...Aku kira Kau ingin melakukan tindakan perlawanan terhadapku" kata Kirana sambil melepaskan tangannya dari kerah baju Julian lalu tersenyum kecil.

"Menyebalkan sekali wanita ini" Batin Julian sambil mengerutkan dahi.

"Baiklah kalau Kau ingin membantuku untuk memotong ayam itu" Sahut Kirana.

Dan Julian pun mulai memotong daging ayam tersebut menjadi beberapa bagian sambil sesekali Julian merintih kesakitan karena merasakan nyeri di tangannya akibat pukulan Kirana tadi.

Kirana sudah selesai mengolah semua bumbu-bumbunya, dan Kirana langsung memulai memasak makanannya.

Tak lama kemudian semua masakan sudah selesai dimasak dan siap untuk dihidangkan. Begitu pun lampu indikator di rice cooker terlihat sudah berpindah, yang menandakan bahwa nasi pun telah matang. Kemudian Kirana dan Julian membawa semua masakan tersebut ke meja makan untuk segera disantap.

Saat sedang makan bersama di meja makan, Kirana memperhatikan Julian yang sedang makan dengan sangat lahapnya. Tetapi Kirana bisa melihat dari raut diwajahnya Julian yang menunjukan ekspresi kesakitan pada saat mengunyah makan. Seketika itu pun batin Kirana merasa iba kepada Julian.

"Kasihan Dia, tindakan Aku begitu berlebihan kepadanya" batin Kirana.

"Makan yang banyak ya Tuan Julian Sandra" sahut Kirana sambil tersenyum tipis.

"Iya Nona, masakannya sangat enak. Terima kasih ya" jawab Julian sambil meneruskan makannya.

"Panggil saja namaku Kirana" Sahut Kirana sambil tersenyum.

"Baiklah dan Kau juga bisa panggil namaku Julian" sahut Julian sambil melanjutkan makannya.

Setelah selesai makan, Kirana dan Julian kembali duduk di bangku sofa ruangan tamu. Julian merasakan perutnya kenyang sekali. Dengan begitu Kirana pun merasa lega dihatinya, karena Kirana sudah melakukan tanggung jawab sebagai tuan rumah untuk menyediakan jamuan makan kepada Julian sebagai tamunya Kirana.

Kirana melihat jam tangannya menunjukan jam 21.18, Kirana langsung melihat handphone untuk memastikan kabar berita atau pesan yang masuk. Sedangkan Julian sibuk mengelus-elus hidungnya yang lebam dan juga mengelus beberapa bagian wajahnya yang juga lebam. Kirana melirik sikapnya Julian tersebut maka Kirana pun merasa tidak tega melihat penderitaan Julian.

"Ayo ikut Aku ke dapur" Sahut Kirana sambil bergegas berdiri.

"Mau apa?" tanya Julian dengan penasaran.

"Aku ingin menyediakan air hangat buat mengkompres luka memar di wajahmu" jawab Kirana.

"Ternyata Kau masih punya hati juga ya" Sahut Julian sambil tertawa kecil.

"Sialan Kau, kalau Aku tidak punya hati mana mungkin Aku memasak makanan untukmu yang sedang kelaparan" sahut Kirana sambil menghidupkan kompor lalu meletakkan panci berisi air.

"Sepertinya Kau tinggal sendirian ya?" tanya Julian.

"Iya, Semua keluargaku di Riau" jawab Kirana.

"Pantas saja kau galak" sahut Julian sambil tertawa kecil.

"Apa maksudmu dan apa hubungannya?" gumam Kirana sambil mengerutkan dahi.

"Kau mungkin kurang mendapatkan perhatian, makanya jadi galak" Kata Julian sambil tertawa kecil.

"Hhmmm...Bisa saja kau ini" sahut Kirana sambil tertawa kecil.

Tidak lama kemudian air pun mendidih. Kirana pun mencampur air panasnya tersebut dengan air dingin agar suhu air menjadi hangat. Kemudian Kirana membawanya ke meja makan.

"Biar Aku aja yang mengkompres lukanya" kata Kirana sambil mengambil kain dari tangan kiri Julian.

Kirana mulai perlahan-lahan mengkompres luka lebam diwajah Julian. Sesekali Julian sedikit merintih kesakitan. Tetapi Kirana terus perlahan-lahan mengkompres luka-luka lebam diwajah Julian. Seketika itu pun Julian memperhatikan sikapnya Kirana tersebut. Dari sudut pandang Julian, terlihat ada ketulusan hati dari sikapnya Kirana tersebut.

"Cukup...Aku sudah merasa lebih baikan. Terima kasih ya Kirana" Sahut Julian sambil memegang tangan kanan Kirana yang sedang mengkompres.

"Iya sama-sama" jawab Kirana sambil tersenyum tipis.

Kirana dan Julian saling bertatapan, hingga tak menyadari tangan kirinya Julian masih memegangi tangan kanannya Kirana. Tetapi setelah menyadari hal itu, Kirana dan Julian pun saling tersipu malu dan pipi Kirana pun berubah menjadi merah merona.

"Waktu sudah malam lebih baik kita istirahat" kata Julian.

"Baiklah" Sahut Kirana.

"Lebih baik istirahat di kamar saja,biar Kau bisa tidur dengan nyenyak di kasur dan Aku nanti duduk di kursi saja" kata Julian.

"Kau tenang saja, Aku tidak akan berbuat yang macam-macam padamu" sahut Julian

"Baiklah kalo begitu, Aku pun udah ngantuk dan lelah. Tapi awas saja kalau sampai kau berbuat macam-macam kepadaku" Jawab Kirana sambil menunjukan kepalan tangan kanannya ke depan wajahnya lalu berdiri dan berjalan menuju ke kamar.

Julian pun mengiringi langkah kirana. Setiba di kasur Kirana pun langsung terlelap tidur. Julian yang melihat Kirana sudah tertidur pulas langsung perlahan-lahan menyelimuti tubuh Kirana, kemudian Julian pun tertidur dikursi. Tak sadar saat mereka tidur, tangan mereka yang mengait borgol saling bergenggaman hingga pagi hari.

avataravatar
Next chapter