7 Part 7

*****

Kirana tidak punya pilihan lain, maka dengan terpaksa Kirana harus membawa Julian ke rumahnya Kirana untuk mengambil kunci borgolnya tersebut. Dari kejahuan Kirana melihat sebuah taksi yang ingin melintas. Maka Kirana pun segera melambaikan tangan untuk menghentikan taksi tersebut,seketika itu taksi pun berhenti tepat dihadapan Kirana dan Julian.

"Ayo ikut". Sahut Kirana sambil menghentakan tangan Kirana yang mengait borgol.

"Heey...mau kemana?" tanya Julian dengan cemas.

"Apa Kau masih belum puas menyiksaku". Gerutu Julian.

Julian beranggapan bahwa wanita yang dihadapannya itu akan membawanya ke kantor polisi untuk memasukan dirinya ke penjara.

"Tidak usah banyak tanya, ikuti saja". Jawab Kirana sambil masuk ke dalam taksi.

"Komplek Permata Indah ya Pak". kata Kirana kepada supir taksi.

"Baik Bu". Jawab supir taksi dan taksi pun berjalan menuju alamat tujuan.

"Mengapa tujuannya tidak ke kantor polisi?" Batin Julian bertanya-tanya dan merasa heran.

"Ya Tuhan...Rencana buruk apalagi yang ingin dia lakukan". Batin Julian sambil melirik Kirana.

Julian merasakan ada yang aneh atas sikap Kirana tersebut yang membawa Julian ke alamat tujuan yang bukan ke kantor Polisi melainkan ke sebuah alamat Komplek Perumahan. Sepanjang perjalanan Julian pun mencemaskan keselamatan dirinya sendiri. Julian ingin sekali menanyakan maksud dan tujuan Kirana tersebut, tetapi Julian memilih untuk tetap bersikap diam.

"Percuma saja bertanya dan berbicara dengan wanita gila ini". Batin Julian.

Taksi pun mulai memasuki gerbang utama sebuah perumahan. Perasaan Julian pun semakin cemas, sedangkan Kirana selama di dalam taksi terlihat oleh Julian hanya fokus dengan handphone saja.

"Liat saja kalau Kau sampai berani macam-macam padaku". Batin Julian.

Tak lama kemudian taksi pun berhenti didepan pagar yang berada di halaman sebuah rumah.

"Ayo turun..." kata Kirana.

"Saat ini aku hanya bisa menuruti perintahnya". batin Julian sambil melangkah keluar dari taksi.

Tidak lama kemudian taksi pun berlalu pergi meninggalkan Kirana dan Julian.

Kirana pun langsung melangkah menuju ke arah pagar rumah, tetapi Julian enggan mengikuti langkah kaki Kirana. Seketika itu juga langkah Kirana terhenti lalu Kirana pun menatap Julian.

"Dimana kita dan Apa tujuanmu?" tanya Julian dengan berusaha menunjukan sikap tenang.

"Nanti Kau pun akan tahu". jawab Kirana.

"Rencana buruk apa lagi, yang ingin Kau lakukan padaku?". Tanya Julian dengan sinis.

"Tenang saja Tuan Julian Sandra. Aku tidak punya rencana buruk apapun terhadapmu". Jawab Kirana dengan santainya.

"Mari kita masuk ke dalam, ini rumahku". sahut Kirana lalu melangkah menghampiri pagar rumah.

Maka dengan terpaksa Julian pun memberanikan diri untuk melangkah mengikuti langkah kaki Kirana. Tetapi Julian masih merasa heran dan belum mengerti maksud dan tujuannya Kirana.

"Ternyata ini rumahnya dia, lantas kenapa wanita gila ini membawaku ke rumahnya dia". batin Julian bertanya-tanya saat memasuki halaman rumah Kirana sambil memandang sekeliling halaman rumah tersebut.

"Mari masuk, Ayo kita ke kamarku". kata Kirana setelah membuka pintu rumah.

"APAAA...!!!" sahut Julian dengan kaget sambil membulatkan kedua mata.

"Ini memang terdengar sangat gila, tapi Aku suka dengan kegilaanmu saat ini yang ingin mengajakku ke ranjangmu". Batin Julian sambil berkhayal yang aneh-aneh sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Kau kenapa?" tanya Kirana merasa heran dengan sikapnya Julian sambil menaikkan satu alis mata.

"Kau begitu agresif. Tapi Kau tenang saja, nanti Aku pasti akan melakukan permainan yang terbaik di ranjangmu". jawab Julian sambil tersenyum.

"Apaaa Kau bilang?" sahut Kirana sambil menonjok hidungnya Julian. Alhasil hidung Julian pun terlihat lebam.

"Aaaww..." Teriak Julian kesakitan sambil tangan kirinya memegang hidungnya yang lebam.

"Dasar otak mesum". Gerutu Kirana sambil melanjutkan langkahnya ke kamar.

"Dasar wanita aneh. Kenapa Kau jadi marah padaku, padahalkan Kau sendiri yang nafsu mengajakku ke kamarmu". Batin Julian saat mengiringi langkahnya Kirana sambil terus memegangi hidungnya yang lebam.

Setiba di kamar, Kirana pun langsung menuju ke meja rias. Sedangkan Julian hanya mengamati hidungnya yang lebam dari cermin meja rias sambil mengelus hidungnya tersebut.

"Astaga...Kunci borgolnya tidak ada!!!" kata Kirana dengan panik sambil meraba-raba isi dalam laci meja rias.

"APAAA..." sahut Julian dengan kagetnya sambil mengerutkan dahi.

"Iya nih, kunci borgolnya tetap gak ada juga di laci meja ini". kata Kirana sambil menatap ke wajah julian yang sedang berdiri disampingnya.

"Ternyata ini tujuanmu mengajak Aku ke rumahmu". sahut Julian dengan kesal.

" Ya ampuuun...Rasanya ingin sekali Aku menghajarmu". Batin Julian sambil mengepalkan kedua tangannya.

avataravatar
Next chapter