8 Tujuh Belas

Weekend yang di tunggu telah tiba dan hari ini hari terakhir bersama Abdi sebab besok dia sudah harus berangkat ke Malang demi sebuh tugas dan kewajiban.

Pagi Mega dengan semangat ikut Abdi joging di taman dekat komplek perumahan mereka. Mega cukup cantik dan sederhana dengan gamis berwana biru muda dan kerudung senanda, ia mengekor Abdi yang sedang berlari kecil.

"hah capek " keluh Mega ketika ia sudah tak sanggup lagi ikut berlari. Ia membuarkan dirinya duduk dengan nyaman di sebuah bangku panjang yang ada di taman itu sementara Abdi masih dengan setia melarikan kakinya.

Saat melintas di depan Mega yang sedang santai selonjoran di kursi panjang itu Abdi mengurungkat niatnya melanjutkan larinya dan duduk di dekat istrinya itu.

Keringat akibat lari tadi masih menetes membasahi kening terlihat baju kaos yang ia pakai basah oleh keringatnya.

"geser sedikit! " pinta Abdi pada Mega yang masih selonjoran di atas kursi panjang dengan berat hati dan kakinya masih belum stabil akibat lari tadi harus ia turunkan karena suaminya ingin duduk.

Abdi melihat Mega meninum air meneral di botol, setelah Mega menyelesaikan minumnya dan ingin menutupnya lagi tapi Abdi malah meminta air itu.

"berikan airnya! " pinta Abdi sambil menadahkan tangannya di hadapan istrinya itu. Awalnya Mega agak ragu memberikan karena itu bekas mulutnya.

"tapi ini bekas mulutku" terang Mega kepada Abdi yang dari tadi tidak lepas pandanganya terhadap wanita itu.

"apa itu di larang? " tanya Abdi yang sedikit bingung melihat istrinya itu belum juga memberikan air itu.

"sudahlah.. tidak apa-apa, ini bekas mulutmu bukan bekas kakimu" terang Abdi sambil menarik botol air mineral di tangan Mega, Abdi meminum air di dalam botol itu sampai habis tanpa sisa sama sekali Mega melongo melihat itu.

"ayo lanjut lari lagi" Abdi pinta Abdi sambil berdiri tapi Mega dengan spontan memegang pergelangan tangan Abdi.

"nanti Mega sangat capek! " rengetnya yang membuat Abdi sedikit mengerutkan keningnya. Ia melihat keringan membasahi kening istrinya itu.

"yah... sebentar saja, istirahat sebentar! " pinta Mega yang masih tak mau melepas tangan Abdi.

"perasaan kamu lari cuma sebentar tapi sudah capek " kata Abdi lagi berujar, Mega cemberut mendengar penuturan Abdi.

Abdi sedikit mencondongkan badanya agar sejajar dengan wajah istrinya itu dan mengatakan sesuatu.

"kalau kamu tidak lari sekarang aku akan.. " Abdi terlihat ragu untuk mengatakannya tapi Mega tetap menunggu kelanjutan kata-kata itu.

"akan apa? " tanya Mega, Abdi terlihat menolehkan kanan dan kiri karena ini akhir pekan tentunya banyak orang di taman itu, Abdi lebih condongkan lagi badannya.

"aku akan mencium mu sekarang juga" Wajah Mega langsung memerah, pegangan di pergelangan Abdi terlepas dan Mega langsung berlari cepat meninggalkan Abdi, "ini di tempat umum bagaimana mungkin Abdi berani melakukan itu" keluh Mega di dalam hatinya kakinya masih ia paksakan untuk berlari, Sementara Abdi tersenyum jahil di belakangnya ikut berlari. Hari ini ia telah sukses mengerjai istrinya itu yang sangat susah di ajak olahraga dan ada saja alasan yang ia kemukakan kalau lagi malas menggerakan badannya.

***

"aku capek " Mega sudah tak sanggup lagi ia sengaja duduk sembarangan dan Abdi juga berhenti ketika melihat mega terlihat sangat lelah.

"kita baru dua putaran dan kamu sudah capek" keluh Abdi yang melihat Mega sambil mengibaskan tangannya mengusir keringan dan memerikan sedikit penyegaran.

"kamu bisa melakukan itu dengan mudah, tapi aku tak sanggup " keluh Mega.

"satu putaran lagi! baru kita pulang" pinta Abdi yang masih berdiri di dekat Mega duduk

"tidak" sahut Mega

"membantah" kata Abdi, ia berjongkok di dekat istrinya yang masih mengibaskan tangan mengisir panas akibat keringat saat ia berlari.

"mau apa? " tanya Mega ketika melihat Abdi mencondongkan wajahnya sangat dekat.

Abdi malah menawarkan sebuah senyuman manis ke arah Mega dan halitu tidak Mega fahami, Abdi memang sangat susah di tebak sifat dan suasana hatinya.

"pokoknya jika kamu mampu mengalahkanku lari sampai ujung sana" telunjuk Abdi mengarah pada ujung tamana. " aku akan memasak jatah pagi hari ini" wajah Mega berbinar ketika Abdi dengan senang hati memasak untuknya.

"kamu tidak bohongkan? " tanya Mega lagi memastikan.

"tidak" sahut Abdi santai

Mega manggut-manggut tanda ia memahami maksud dari suaminya itu.

"oky" jawab Mega antusias "bantu aku" kata Mega sambil mengulurkan tangannya ke arah suaminya itu dan Abdi menyambut tangan Mega untuk berdiri.

"dalam hitungan ke tiga... " belum selesai Abdi menjelaskan peraturannya istrinya itu sudah lari duluan meninggalkannya.

"itu curang Mega" kata Abdi sambil ikut berlari menyusul istrinya itu. Mega malah berbalik dan menawarkan sebuah senyuman untuk suaminya itu. tapi karena tidak hati-hati katika ia membalikkan lagi dannya untuk lanjutkan lari yang hampir ia menangkan ia malah menabrak seorang perempuan yang juga sedang berlari saat itu, tabrakan tak di indahkan Mega dengan mulus jatus ke aspal dan itu sangat menyakitkan sementara lawanya terlihat baik-baik saja bahkan hanya bergeser sesikit, karena tubuhnya lebih besar dari pada Mega.

"aduh.. " rengek Mega sukses membuat Abdi mempercepat lari menyusul istrinya itu.

"kamu tidak apa-apa? " tanya Abdi yang cemas melihat Mega kesakitan karena terduduk secara kasar di atas aspal.

"sakit" rengek Mega lagi, sementara lawannya tadi kebingungan dan ada rona ketakutan melihat orang yang tak sengaja ia tabrak jatuh.

"maafkan saya mba, tadi saya tidak menduga kalau anda akan berbalik" kata wanita itu

"tidak apa-apa " sahut Abdi

"kamu bisa berdiri? " tanyannya kepada istrinya itu. Mega megangguk pasti Abdi membimbing istrinya itu duduk di sebuah kursi panjang yang tersebar di taman itu.

"makanya ikuti aturan" kata Abdi berujar

"iya.. iya.. Mega salah" sahut Mega yang masih terlihat ke sakitan.

"Yasudah kita pulang... bisa jalan sampai rumah? " tanya Abdi, tapi Mega malah menggelengkan kepala tanda ia sungguh tak kuat jika harus berjalan sementara pantatnya mendarat mulus di aspal dan itu sangat menyakitkan.

"yasudah.. naik ke sini!" Abdi menawarkan punggungnya agar mega naik.

"apa tidak masalah, berat badanku hampir lima puluh kilo" kata Mega yang sangsi dengan tawaran suaminya itu.

"bukanya kamu sudah sering ku gendong" kata Abdi menyakinkan istrinya itu dan akhirnya mega naik ke punggung Abdi dalam perjalanan pulang yang tidak terlalu jauh itu Mega sempat membuat percakapan singkat dengan suaminya itu.

"mas" kata Mega

"hemm"

"kamu tau tetangga kita yang di sebelah kanah?" tanya Mega yang masih setia menempel di punggung Abdi.

"ada apa dengan mereka? " tanya Abdi tak ada menat membicarakan orang lain.

"begini kemaren diakan baru datang berkunjung ke rumah mertuanya tapi malah mengosip mertuanya bersikap buruk kepadanya, bicaranya sama ibu-ibu yang sedang membeli sayur, Mega yang ada di sana pastinya juga ikut mendengarnya" terang Mega antusias menceritakan.

"ngajakin suamimu ghibah nih ceritanya? " tanya Abdi

"loh aku bicara kenyataan mas" sahut Mega

"jangan bikin dosa pagi-pagi begini! " pinta Abdi pada Mega.

"pagi ini mas yang masak tadi sudah janji" sahut Mega lagi

"tapi kamu curang" jawab Abdi

"tapi aku tadi menang kalau tidak jatuh" kata Mega sambil mengembangkan tawanya di balik punggung Abdi hal itu menjadi pemandangan yang manis pagi ini, Abdi juga ikut menarik sudut bibirnya.

Sampailah mereka di depan rumah dan Abdi berniat menurunkan istrinya itu tapi Mega malah berpegangan kuat di bahunya.

"kenapa? tidak mau turun? " tanya Abdi

"sampai kesana ya! " Mega mengarahkan telunjuknya ke pintu rumah mereka. Abdi membawa Mega sampai di dekat pintu dan menurunkan istrinya itu dengan pelan bahunya terasa kebas karena harus membawa isyrinya itu.

Ketika sudah memasuki rumah Mega masih mau menagih janji Abdi yaitu memasak sarapan pagi.

"mas sudah janji... pokoknya mas Abdi yang masak hari ini" kata Mega terus saja mengikuti Abdi dari dapur ketika ia mengambil minum dan masih saja mengekorinya ketika memasuki kamar, Mega tidak putus asa dan terus saja bicara dan sampai di ambang pintu kamar mandi Mega baru sadar ketika Abdi berhenti mendadak dan ia menabrab punggung suaminya itu.

"aku mau mandi, apa kamu masih mau mengikuti ku? " tanya Abdi, Mega beberapa kali mengedipkan matanya karena baru menyadiri mengikuti Abdi sejauh ini.

"ti.. tidak"

Abdi dengan santainya masuk kekamar mandi dan Mega yang baru sadar beberapa kali memukul jidatnya sendiri.

"Mega... kamu ini kenapa" keluh Mega pada dirinya sendiri.

****

avataravatar
Next chapter