21 Tiga Puluh

Sepulang dari resepsi pernikahan Ma'wa tak ada pembicaraan yang berarti yang di lakukan Mega dan suaminya itu juga diam seperti biasa untuk menekan emosinya agar tidak meluap kepermukaan. Bahkan ketika di sungai tadi Abdi seolah tetap diam tapi tetap memiliki rasa peduli dengan istrinya itu.

Setelah makan malam Abdi langsung duduk di ruang keluarga berbicara dengan pak Aru yang tak lain adalah mertuanya.

Mega masih membantu Desi untuk membereskan beberapa piring dan mencucinya.

"suamimu kenapa mba? " tanya Desi

"tidak tau.. tadi juga begitu setelah pulang dari resepsi pernikahan Ma'wa " sahut Mega dengan pelan takut suaminya itu mendengar

" wah payah mba nih, tadi sudah mandi bareng di sungai kenapa tidak di manfaatkan" sahut Desi meremehkan.

"dia mandi tapi segerombol anak gadis di seberang sana saling bertukar pembicaraan sambil ngeliatin dia mandi"

Desi tertawa penuh dengan kemenangan karena baru sekarang melihat kakanya di penuhi rasa cemburu di matanya.

"kenapa tertawa? " tanya Mega

"tidak apa-apa, hanya saja lucu kalau melihat mba cemburu" sahut Desi

"aku tidak cemburu" kilah Mega

"itu mulut mu mba, tapi di sini siapa yang tau" tunjung Desi ke dada Mega mengisyaratkan hatinya.

"itu kamu, kebanyakan nonton drama" sahut Mega

"tadi ketemu siapa saat di resepsi Ma'wa ? " tanya Desi mengalihkan pembicaraan

"ketemu" Mega berfikir sebentar dan baru menyadari sesuatu.

"astaga apa mungkin pak tentara itu cemburu" kata Mega.

"jangan geer mba, bukannya mba yang cemburu? tadi ketemu siapa? " kata Desi lagi

"ketemu Anwar, Hans, Uje dan Bang Faris" sahut Mega tanpa dosa sama sekali.

"bang faris juga ada di sana? " tanya Desi

"iya" sahut Mega sambil mebilas tangannya setelah mencuci piring dan dia langsung duduk di salah satu kursi yang ada di dapur.

"bang Faris itu saat pernikahan mba dia datang, hanya saja dia tidak mau bertemu mba" kata Desi

"kenapa? " tanya Mega

"kurang tau, apa dia pernah cerita sama mba kalau dia membatalkan pernikahannya dengan Dhea? " Mega keget mendengar penuturan Desi sebab dia sama sekali tidak pernah tau akan masalah itu, lagian ini bukan urusannya itu urusan Dhea dan Faris.

"tidak pernah" jawab Mega santai.

"saat Bang faris memutuskan untuk tidak jadi menikah, Dhea datang ke sini mengamuk karena dia fikir mba yang sudah membuat Faris membatalkan pernikahannya"

"Mba tidak tau urusan itu"Mega berdiri mengambil gelas lalu mengisinya dengan air kemudian meminumnya, ada kekhawatiran yang tidak jelas di hatinya. Kenapa Bang Faris membatalkan pernikahannya dengan Dhea.

Sebelum mereka berbicara panjang lebar bayi Desi menangis kencang hal itu membuat Mega dan Desi kaget mereka berlari kearah kamar.

Desi dengan cekatan memangku bayinya yang baru dua minggu dia lahirkan.

"dia kenapa dek? " tanya Mega

"mungkin haus" kata Desi sambil memberikan asupan gizi untuk anaknya.

***

"jadi besok sudah mau pulang? " tanya pak Aru kepada menantunya yang bernama Abdi itu.

"rencana sebelum besok pulang mau jenguk ibu dulu" sahut Abdi sopan.

"itu bagus lebih baik yang muda yang menjenguk karena kami ini sudah pada tua lelah kalau harus kesan kemari" sahut pak Aru.

Pak Aru melihat Mega menuju kamarnya dia memanggil putri sulungnya itu untuk duduk dan melepas rindu Karena sejak menikah Mega belum ada kesempatan untuk pulang.

Mega duduk dekat dengan ayahnya dia menyandarkan kepalanya ke bahu ayahnya kebiasaan yang sering Mega lakukan jika dia pulang dan beban di kepalanya serasa berat.

"kenapa? " tanya pak Aru ketika melihat putri sulungnya bermanja dengannya.

"tidak apa-apa hanya kengen ibu dan ayah saja"sahut Mega

"makanya kalau kangen pulang lebih sering" kata bu Uty ikut bicara..

"maaf bu saya akan lebih sering mengajak Mega untuk pulang" sahut Abdi

"tapi kalau sering pulang gajih Mega bisa di potong bu" sahut Mega

"kamu ini, jangan takut gajihnya di potong ibu malah senang kamu di rumah saja ngurusin suami" kata Bu Uty

"ayah setuju dengan usul ibumu, berbakti dengan suami itu pahalanya besar Mega" sahut ayahnya menimpali

"Mega sudah berbakti kok tapi belum banyak" sahut Mega dengan tawa khasnya, hal itu tak luput dari pandangan Abdi yang dari tadi diam dan sesekali ikut tertawa.

"sudah sana istirahat " kata Bu Uty berujar karena dari siang tadi Mega dan Abdi belum ada istirahat sama sekali. Abdi lebih dulu memasuki kamarnya sementara Mega masih ingin bermanja dengan kedua orang tuanya. Setelah hari mulai malam Mega memutuskan untuk masuk kedalam kamar ternyata Abdi masih belum tidur lelaki itu masih sibuk dengan benda persegi empat di tangannya. Sekilas dia melirik saat Mega memasuki kamar, Abdi beranjak berdiri dan meletakkan Hp yang dari tadi menyita perhatiannya karena dia baru saja membalas chat dari atasannya. Tidak lupa Abdi juga melepaskan jam tangannya dan meletakkannya di nakas dekat tempat tidur sementara Mega sibuk merapikan alas kasur yang baru saja di ganti oleh ibunya karena kamar Mega sudah lama tidak di tempati.

"mas" panggil Mega agak takut karena rona bersahabat yang tadi di tunjukan Abdi kepada kedua orangtuanya seolah hilang di telan kesunyian. Abdi mengangkat wajahnya memandang penuh selidik kepada istrinya itu.

"ada apa? " tanya Abdi singkat, Mega memilin bajunya untuk menghilangkan kegugupan yang ada sementara Abdi duduk di sisi ranjang dengan tenang menunggu kelanjutan kata-kata yang akan di utarakan istrinya itu.

"maaf yang tadi siang" sahut Mega masih dengan kegugupannya.

"soal apa? " tanya Abdi lagi pura-pura lupa..

"sumpah deh mereka teman Mega semuanya, teman satu sekolah"

"tapi kenapa teman kamu laki-laki semua? " tanya suaminya itu dengan nada penuh selidik. Mega masih sibuk menenangkan debar jantungnya.

"di sini tidak banyak anak perempuan jadi Mega merasa aman kalau berteman dengan mereka, lagian kalau berteman dengan mereka itu dan tidak ada yang berani membuli atau mengganggu Mega. Tapi mereka semua baik kok tidak ada yang pernah macam-macam " kata Mega panjang lebar sementara Abdi mencerna setiap kata-kata yang keluar dari mulut istrinya itu.

"yakin tidak ada perasaan di dalamnya?" tanya Abdi lagi.

"yakin ... mereka tidak begitu, kami berteman ya berteman saja tidak berani membawa perasaan" Mega menyelidik wajah suaminya apakah Abdi percaya dengan apa yang di jelaskannya atau malah akan bertanya yang lain lagi.

"sepertinya salah satu dari mereka sedikit berbeda cara memandangmu" kata Abdi lagi menyiratkan sesuatu yang dia lihat tadi siang, menurut insting laki-laki yang menyukai perempuan itu dapat terlihat meskipun dia berusaha mati-matian untuk menyembunyikan perasaan itu.

"itu hanya perasaan Mas Abdi saja" Mega memperhatikan ekspresi yang akan di timbulkan Abdi ketika menerima penyangkalan darinya tapi diluar dugaan lelaki itu malah mengalihkan topik pembicaraan.

"kemari! " pinta Abdi penuh penekanan karena istrinya itu berdiri terlalu jauh dengannya, Mega mendekat sambil matanya tak lepas menelisik respon suaminya ketika memintanya mendekat, apakah suaminya itu akan memarahinya, Mega ragu untuk melangkah tapi sepertinya Abdi seolah masih menahan kesabarannya. Abdi merasa istrinya itu masih jauh dari jangkauannya terlihat dari pandangannya perempuan itu ragu untuk mengikuti perintahnya.

"lebih dekat" pinta Abdi lagi meminta istrinya itu memdekat lagi, Mega memantapkan hati, mengabaikan rasa takutnya dia mendekat berdiri menjulang di depan Abdi yang saat itu masih duduk di sisi tempat tidur. Sejenak dia memandang perempuan yang telah mencuri ketenangan hatinya. Tanpa peringatan Abdi memeluk pinggang Mega dan menarik perempuan itu untuk berbaring bersamanya. Tak ayal Mega jatuh menimpa tubuh suaminya itu tapi pelukan Abdi begitu kencang pada sisi belakang tubuhnya hal itu membuat Mega kesulitan untuk bergerak tapi degup jantungnya serasa mau melompat bahkan dia dapat mendengar detak jantungnya sendiri karena saking kencangnya.

"Jangan terlalu kencang Mega ngak bisa nafas" pintanya saat pelukan Abdi sangat kencang sementara posisi mereka saat ini terlalu dekat. Mega berusaha bergerak sembarangan agar suaminya itu sedikit melonggarkan pelukannya.

"jangan bergerak sembarangan Mega! " pinta Abdi tanpa ada keinginan untuk melonggarkan pelukannya.

"bagaimana mungkin Mega tidak bergerak sembarang, pelukannya terlalu kencang" keluhnya.

"diamlah sembentar! biarkan seperti ini dulu! " pinta Abdi dengan suara pelannya. Istrinya itu dia memangku dagunya didada suaminya itu sementara lengan kuat suaminya masih memeluknya dengan erat. Lama tak ada pergerakan Mega mengira Abdi sudah tertidur tapi saat Mega bergerak untuk menyingkir dari tubuh suaminya itu justru Abdi mengeratkan lagi pelukannya.

"mau kemana? jangan terlalu sering bergerak sembarangan!"pintanya, Mega sedikit bingung karena mata Abdi tertutup,nafasnya teratur dia mengira suaminya itu telah tidur ternyata belum.

"mas " panggil Mega sambil menupang dagunya di dada suaminya itu.

"hemm" jawabnya singkat tapi matanya masih terpejam dengan setia tangan kokohnya masih memeluk istrinya itu dengan erat seolah -olah istrinya itu akan lari jika dia melepaskannya.

"sudah melihat bayinya Desi? bayinya perempuan cantik lagi" katanya berujar

"kita juga akan punya bayi nanti" sahut Abdi tanpa memperdulikan kekagetan serta rona malu di wajah istrinya. Mega berusaha mencari perbincangan lain dia begitu malu jika harus membahas tentang bayi. Sementara lengan kokoh milik Abdi seolah tak mau melepaskan sebagai tanda kepemilikan terhadapnya.

"mas mau dengar cerita tidak! " tawar Mega

"cerita apa? " tanya Abdi

"Mega itu punya teman namanya Rara dia juga guru di sana tapi dia itu pelit sama tenaganya masa... dia minta bantuan Mega terus tiap kali ada pekerjaan, tapi ketika giliran Mega minta bantuan dia malah mencari seribu alasan untuk tidak mau membantu kadang Mega itu sebel sama dia kok ada orang seperti itu maunya meminta tapi tidak mau memberi"

"kamu bilang saja sama dia kalau kamu juga sibuk jika dia minta bantuan lagi, bereskan... makanya jangan terlalu berharap dengan manusia kecewanya susah di obati"

"tapi kalau tidak di bantu malah menggosipkan Mega di belakang"

"itu perasaan kamu saja" Abdi meremehkan keluhan Mega.

"tapi kenyataannya begitu" Mega berjeda sejenak lalu dia melanjutkan lagi

"asal mas tau saja Rara itu tukang gosip, mulutnya kaya ember yang banyak lubangnya" sahut Mega sebal ketika mengingat rekan kerjannya itu.

"ngajakin gosip malam-malam begini,bikin dosa saja. sudah mending kamu tidur! " pinta Abdi.

Mega memiringkan kepalanya mencari ketenangan di dada suaminya yang tidak mau melepaskannya itu. Detak jantung di rongga dada suaminya itu terasa seperti nyanyian pengantar tidur untuknya.

***

"aku ingin lebih dekat dengan Mega, pertemuan terakhir dengannya tidak buruk sepertinya Abdi akan aman jika bersama dengan Mega" sahut Mala di sela perbincanganya dengan Jec. lelaki yang menjadi lawan bicaranya itu agak sedikit tercengang dengan keputusan yang di ambil Mala, sejak ayahnya meninggal perempuan ini lebih banyak diam dan merenungi kesalahan demi kesalahan yang telah dia lakukan apalagi dia pernah berniat untuk memisahkan Abdi dengan istrinya karena obsesi Mala ingin memiliki lelaki itu.

"apa aku tidak salah dengar? kamu ingin dekat dengan Mega apakah Abdi mengizinkan itu? " tanya Jec Necolas dia seolah ragu tapi melihat aura pertemanan yang di berikan Mala kepada istrinya Abdi itu seolah memecahkan keraguan yang bertengger di hatinya.

"sepertinya permintaan maaf itu tidak cukup, aku ingin dekat dengan dia, aku ingin belajar dengan dia" sahut Mala terlihat dalam pelupuk matanya kesungguhan yang nyata.

" aku akan selalu mendukung jika itu kepitusanmu, hanya saja mungkin Abdi akan membentengi Diriny agar tidak terlalu dekat denganmu" sahut Jec Necolas

"setidaknya aku yakin Abdi akan bahagia dengan istrinya itu dan sebagai teman yang baik aku akan mendukungnya 1000% malahan" senyum Mala menghiasi wajahnya. kini tak ada lagi Mala yang penuh dengan emosi dan obsesi. Jec yang melihat perubahan dari temannya itu ikut senang karena tidak akan ada gunanya memisahkan Abdi dan Mega karena dua orang itu memiliki ikatan hati yang kuat.

"jadi kapan aku bisa bertemu dengan mereka lagi?" tanya Mala lagi

"kita lihat nanti, aku akan bantu kamu untuk bertemu denganya dan sebaiknya kita fokus untuk kasus Maria lebih dulu sepertinya perempuan itu memang harus sedikit di beri pelajaran agar dia faham"

"setuju, aku mau lihat Maria masuk penjara dengan kebodohannya itu"

****

Setelah pernikahan Ma'wa Faris memutuskan untuk kembali ke kota Banjarbaru dia harus mencari Dhea karena perempuan itu pasti akan menggangu Mega, perempuan itu begitu berbahaya jika sudah menyangkut dengan Mega. Dulu saja Mega habis menjadi bahan bulian oleh Dhea karena orang tua Dhea adalah seorang pengusaha rumah makan yang cukup terkenal di kotanya. Dia membuli Mega dengan kekuasaannya apalagi setelah tau Mega dekat dengannya Dhea makin menjadi membuli Mega.

Faris menemui teman lamanya, dia meminta bantuan temannya itu untuk mencari keberadaan Dhea. Faris memarkirkan mobilnya di sebuah caffe sederhana di kota itu hari ini dia berjanji untuk bertemu di sini.

Faria memasuki caffe itu dia mencari sosok yang di kenalinya dan akhirnya dia bertemu dengan orang itu. Orang itu melambaikan tangannya ketika dia melihat Faris di ambang pintu Caffe.

"dapat? " tanya Faris tak sabar, dia harus menolong Mega dari Dhea.

"ini" Lelaki itu menyodorkan map coklat ke hadapan Faris, tanpa menunggu lagi Faris dengan cepat menyambar map itu dan membukanya dengan hati-hati. Faris membuka dan membaca isi di dalam map itu dengan cepat sementara lawan bicaranya bersedekap dan memperhatikan tinglah Faris.

"dia ada di kota ini dan menurut pengamatanku dia sudah lama mengincar Mega, itu foto-foto ku ambil saat dia mengintai Mega, sepertinya perempuan itu akan melancarkan aksinya untuk meneror Mega. Beberapa hari yang lalu ada paket sampai kerumah Mega sepertinya dia sudah mulai mengganggu Mega" terang Lelaki itu, Faris meremas ujung kertas itu dia harus menyelamatkan Mega dari Dhea seperti dulu yang dia lakukan menyelamatkan Mega dari usaha Dhea untuk menyakiti Mega. tapi yang menjadi masalah sekarang Mega sudah menikah apakah dia masih berhak untuk ikut campur dengan hidup Mega.

"lanjutkan penyelidikan! sepertinya Dhea mulai berbahaya" pinta Faris kepada lawan bicaranya itu.

"satu lagi, kamu liat foto perumpuan di sampingnya dia itu mantan tunangan suami Mega yang pergi, entah bagaimana mereka bisa bertemu itu masih menjadi penyelidikanku tapi perempuan itu sepertinya baru saja melakukan sesuatu yang besar"

"maksudnya " tanya Faris

" Tania namanya Tania dia pernah aborsi dua tahun yang lalu" Tapi Faris sedikit tidak percaya dengan kata-kata lawan bicaranya ini sebab terlihat didalam foto itu orang yang bernama Tania bergitu cantik dengan kerudung panjangnya.

"selidiki lagi perempuan yang bernama Tania ini!

"beres "

Sepertinya orang-orang ini berputar dalam kehidupan Mega dan akan melakukan sesuatu yang besar jika tidak di cegah. Faris membulatkan tekatnya dia harus melindungi Mega apapun itu dan bagaimanapun itu.

Faris membawa beberapa berkas itu untuk dia pelajari dan hari ini dia akan bertemu dengan teman bisnisnya yaitu Jec Necolas untuk membahas pekerjaan. Mungkin saja Faris bisa meminta bantua Jec Necolas untuk menyelidiki keberadaan Dhea karena Jec itu ahli dalam bidang itu selain dia cerdas dalam mengelola bisnis ayahnya.

***

"kamu kenal Mega? " tanya Jec ketika sudah berhadapan dengan Faris.

"sangat kenal dia teman satu sekolah denganku waktu di desa" jawab Faris

"aku akan bantu kamu" kata Jec cepat karena masalah ini harus di selesaikan bagaimanapun istrinya Abdi itu adalah tamannya juga.

"terimakasih, tapi bagaimana dengan bisnis kerjasama kita? " tanya Faris.

"wah hampir lupa aku saking bersemangat untuk membatu kamu, aku setuju saja dengan usul kamu untuk pembangunan hotel cabang"

Dua orang itu tertawa dalam perbincangan ringannya, ternyata mereka diikatkan selain dalam bisnis tetapi juga dalam urusan pertemanan.

****

Sebelum Abdi pulang dia memutuskan untuk mengunjungi ibunya dulu dan tidak lupa membawa Mega serta.

Abdi mengetok pintu rumah ibunya tapi belum ada sahutan dari dalam dia mengulang lagi ketokannya barulah ada jawaban dari dalam.

"Waalaikum salam" jawab bu Dara ketika mendengar panggilan salam dari arah luar betapa senang hatinya anak dan menantunya berkunjung kesini.

Abdi dan Mega bergantian mencium punggung tangan ibunya itu.

"ayo masuk, kebetulan ibu masak banyak jadi kalain makan dulu ya! "

"Ayu kemana bu? " tanya Abdi ketika tidak melihat adik perempuannya itu.

"lagi ada tugas di rumah sakit,tapi katanya akan pulang kalau sudah selesai"

Setelah berbincang ringan dengan ibunya Hari sudah mulai siang dia harus mengantar Mega pulang ke rumah ibunya karena hari ini dia harus pulang ke kota Banjarbaru karena hari senin besok dia akan kembali tugas keluar kota.

"nanti ibu akan ke Banjarbaru mengunjungi kalian " kata Bu Dara setelah Abdi dan Mega berpamitan, memang mereka tidak bisa lama setidaknya mengobrol panjang lebar tadi sebagai obat rindu ibunya kepada menantu dan juga anak laki-lakinya.

***

avataravatar
Next chapter