24 Tiga Puluh Tiga

Setelah memikirkan matang-matang akhirnya Mega memutuskan untuk pulang sendiri saja tanpa menunggu jemputan dari suaminya yang sudah 1 minggu lebih tak ada kabarnya.

Sore itu hujan gerimis membasahi tanah perkampungan, akhir-akhir ini hujan sering sekali melanda desa tapi hal itu tak menyurutkan para petani sayur untuk tetap mencangkul tanah untuk di tanami berbagai macam sayuran.

Mega baru saja membatu ayahnya untuk menanam anak tomat, saat ini Refi juga ikut membatu ayahnya adik laki-lakinya ini sudah lama tidak pulang karena menuntut ilmu di pesantren di Jawa tidak serta merta memudahkannya untuk pulang seringa karena tergantung pendapatan orang tua mereka. Jika ada uang berlebih makan Pak Aru akan menyisihkan untuk putranya itu agar bisa pulang tapi jika tidak dia harus memberikan pengertian kepada anak laki-lakinya itu.

Sambil membawa bakul tempat nasi Mega dan Refi berjalan santai menyusuri kebun cabe milik tentangga mereka dan sesekali Refi berceloteh tentang kehidupan di pesantren.

"mba Mega mau pulang sore ini? " Tanya Refi ketika sudah tidak ada topik lagi yang akan di bicarakan dengan Mega.

"sepertinya begitu" sahut Mega santai sambil berjalan bersisian dengan adiknya yang sudah tambah tinggi itu.

"tidak menunggu Kak Abdi saja! lumayan loh mba kalau pulang di jemput lebih irit"

"sejak kapan kamu perhitungan begitu dek? " tanya Mega, tapi Refi malah tertawa dengan lantangnya mendengar pertanyaan Mega.

"yah.. semenjak aku jarang pulang" sahut Refi

"tapi tandanya aku pengertian mba sama ayah" sambung Refi lagi.

"kamu memang pengertian, sampai-sampai telpon mba mu ini di abaikan terus"

"aku sibuk mba" Sahut Refi tapi Mega keburu kesal dan ingin mencubut lengan adiknya itu tapi Refi keburu lari lebih dulu.

"mau kemana? awas kamu ya" Mega ikut berlari mengejer Refi tapi percuma dia merasa sangat berat ketika berlari bernar kata suaminya kalau malas lari pagi maka akan sulit ketika memaksakan tubuh untuk berlari.

"mba gendutan, makanya ngak bisa lari" Kata Refi sambil berlari cepat meninggalkan Mega yang sudah kelelahan mengejar adiknya itu.

***

Barang-barang bawaan Mega tidak begitu banyak dia hanya membawa pesanan buah nanas yang di minta Willy sejak menikah 1 bulan lalu temannya itu seringa meminta makanan yang aneh bahkan asalnya juga harus dari desa. Apa Willy lagi ngidam hingga cara makannya berubah.

"sudah masuk semua Refi? " tanya ibunya yang dari tadi berdiri memperhatikan Refi memasukan beberapa barang yang akan di bawa Mega.

"sudah kayanya bu" kata Refi

"mba mu mana? " tanya ibunya lagi

"toh lagi gendong Ponakan cantikku" sahut Redi mengakui.

Terlihat Mega menimang kepinakannya yang cantik dan sudah pandai berceloteh tapi tidak jelas apa maksudnya.

"rasanya tidak ingin pulang kalau melihat Zerra" Kata Mega sambil menimang-nimang keponakannya itu. " mba bwa aja ya Des.. soalnya di rumah sepi"

"enak aja"sahut Desi tak terima" makanya cepat punya anak biar rumah mba reme kalau bisa dua sekaligus" kata Desi lagi berujar.

"memangnya punya anak bisa kaya beli kacang bisa langsung banyak" sahut Mega sewot ketika mendengar Desi bicara seperti itu. "kamu itu harus banyak punya anak mba, secara suamimu itu sering pergi dinas" Sahut Desi lagi memberi suntikan semangat untuk kakanya itu. Setelah puas menimang Zerra dia menyerahkan bayi mungil itu kepada ibunya. Mega berpamitan kepada ayah ibunya dan tidak lupa juga dengan kedua adiknya itu.

Mega memasuki mobil taksi yang sudah menjadi langananya itu ketika pulang pergi menuju kota Banjarbaru sekitar 4 jam itu kalau tidak macet karena ini sudah sore mungkin akan malam sampai kerumah.

***

Taksi itu berhenti di depan rumahnya tadi Mega meminta agar supir taksi itu mengantarnya langsung sampai kerumah karena tidak ada yang bisa menjemputnya.

"terimakasih pak! " kata Mega kepada supir yang sudah menjadi langanannya itu dengan sangat ramah supir itu mengangguk dan taksi itu meninggalkan halaman komplek itu. Sejenak Mega memandang rumah mungil di deoannya ini terlintas di kepalanya berbagai kejadian dengan suaminya itu dan bahkan sampai sekarang Abdi tak memberinya kabar sama sekali bahkan Mega dengan keberaniannya untuk memiscoll Hp suaminya itu tersambung hanya saja tak ada sahutan dari lelaki itu. Mega berjalan menuju halaman rumahnya tetap sama rumah itu sepi.Lampu depan terlihat menyala tapi ketika Mega Membuka pintu rumah itu terlihat gelap gulita dia agak ragu untuk masuk kerumah itu tapi tanggung ini sudah di depan pintu ternyata rumah Abdi sangat seram kalau tidak ada penerangan sama sekali. Mega mencoba masuk kerumah itu menggunakan senter Hpnya dia mencoba meraba dinding untuk mencari saklar lampu dan akhirnya dia menemukan apa yang dia cari rumah itu seketika terang benderang. Mega menutup pintu rumah itu dan menguncinya hingga terdengar dua klik di pintu itu menandakan pintu itu terkunci sempurna "masih sama... selalu seperti ini... sepi" gumam Mega di sela rasa lelahnya dari perjalan jauh.

Mega menuju kamarnya, meletakkan tas dan dia ingin mandi sekarang karena sudah sangat gerah akibat di dalam taksi cukup lama. Cukup lama Mega mandi karena dengan mandi lama dia bisa merasakan relexs serta pikiran lelahnya dapat terobati.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam tapi mata Mega sama sekali tidak bisa di pejamkan dia bingung harus melakukan apa jika tidak bisa tidur apalagi di rumah sendirian seperti ini. Senyap terdengar suara telpon dari atas nakas dengan cepat Mega mengangkat telpon itu dan syukurlah akhirnya suaminya itu menelponya sekarang.

"halllo Mega, assalamualaikum! " sapa Abdi di seberang sana. Rasanya Mega mau menangis suara ini sudah terlalu lama tidak di dengarnya. "Mega ini saya, kamu masih di sanakan? Mega.. "panggil lelaki itu lagj.

"kenapa baru telpon sekarang? " tanya Mega sambil terbata-bata.

"maaf Hpnya kemaren jatuh dan tidak bisa menerima atau melakukan panggilan, jadi Hp ini 1 minggu menginap di rumah teman yang kebetulan bisa memperbaikinya, tadi saat memberikan Hpnya dia juga bilang ada beberapa miscoll dari nomor tak bernama karena semua kontak terhapus semuanya, tapi saya sudah tau itu nomor hp kamu makanya saya langsung menghubungi kamu. Maaf ini keteledoran saya! kamu di sana baik-baik sajakan? " tanya lelaki itu lagi.

"baik"

"masih di rumah ibu? "

"Mega sudah balik ke Banjarbaru lagi"

"kenapa? saya sudah bilang akan jemput kamu, ini saya dalam perjalan pulang menuju Banjarbaru setelah itu saya akan jemput kamu, tapi karena kamu sudah pulang lebih dulu saya langsung kerumah saja kalau begitu"

"menunggu mas Abdi itu terlalu lama, Mega masih ada pekerjaan di sini"

"ya sudah kamu istirahat dulu sebentar lagi saya sampai" Setelah memberikan salam Mega menutup telpon itu dengan perasaan lega karena suaminya itu tidak apa-apa. Akhirnya Mega mencoba untuk merebahkan badannya, mencoba untuk tidur setidaknya pikirannya sudah jauh lebih tenang karena sudah mendapatkan asupan rindu dari suara suaminya itu. Apakah dia jatuh cinta lebih dulu kepada suaminya itu? Mega menggelangkan kepala mencoba untuk tidak berfikir sejauh itu.

***

avataravatar
Next chapter