22 Tiga Puluh Satu

Setelah mengantar Mega pulang kembali ke rumah orang tuanya Abdi berencana ingin langsung balik ke kota sebab perjalanan cukup memakan waktu kalau tidak dia akan kemalaman sampai di rumah. Mega sudah membereskan beberapa pakaian yang kemaren di bawa Abdi dan menyimpan beberapa bekal makanan untuk suaminya itu.

"nanti jemputnya jangan kelamaan! " pinta Mega ketika sudah berdiri menjulang di depan suaminya. Abdi yang sibuk dengan kancing bajunya mengangkat kepalanya dan memberikan senyumannya bukannya memberikan jawaban lelaki itu malah menyentuh pipinya dan melayangkan sebuah senyuman. Mega melihat baju suaminya masih ada beberapa yang belum di kancing dia mengulurkan tangannya untuk membantu suaminya itu.

"sudah beres" kata Mega ketika dia selesai membantu suaminya itu mengancingkan bajunya. Abdi menyentuh tangan istrinya, mengangkat jari-jari tangan itu dan memberikan kecupan lembut pada tangan mungil itu, Abdi menarik perempuan itu kedalam pelukannya, memberikan kecupan lembut di kepala istrinya yang terlapis kerudung itu dia mengelus pundak istrinya dan menyalurkan ketenangan. Lama pelukan itu belum berakhir sepertinya Mega akan merindukan suaminya ini.

"ingat pesan saya, jangan sering bergadang"

"iya" sahut Mega, tapi tak ayal perempuan itu juga membalas pelukan suaminya. Mencari sebuah ketenangan di dada kokoh lelaki yang mulai mencuri hari-harinya.

Abdi melepaskan pelukannya dan keluar kamar beserta tas yang baru saja di berskan oleh istrinya tadi Mega mengikutinya dari belakang. Mobil sudah siap untuk di bawa berjuang menuju kota. Setelah berpamitan Dan mencium punggung tangan kedua mertuanya Abdi berangkat untuk pulang dia ingin sore ini sudah samapi rumah.

"hati-hati " kata Mega berujar ketika dia mengekori suaminya yang akan masuk mobil.

"iya, famit dulu assalamualaikum "

Mobil itu melaju dengan pelan dan akhirnya hilang di telan belokan. Dia pergi dan seperti biasa ketika Abdi pergi untuk suatu tugas pasti ada kegundahan yang bergelayut sadis di hati Mega. Lelaki itu mungkin membaca kegelisahan yang di rasakan Mega tapi dia bisa apa.

Setelah suaminya itu pergi Mega harus menunggu satu minggu lagi untuk berjumpa dengan lelaki itu.

***

Hari ini panas begitu terik setelah pertemuannya dengan Jec Necolas membahan tentang kerjasama mereka kini Faris memutuskan untuk pulang dulu ke desa untuk menemui Mega karena menurut teman-temanya Mega masih ada di kampung sampai akhir libur sekolah itu jadi kesempatan untuk memberitahukan kepada perempuan itu agar berhati-hati memang ini salahnya coba dulu dia tidak membatalkan pernikahan dengan Dhea mungkin gadis itu tidak akan mengganggu kehidupan Mega yang sudah tentram.

Panas terik di siang itu tidak membuat Faris patah semangat untuk memacu mobilnya menuju desa.

Setelah menempur perjalan yang cukup lama yaitu empat jam akhirnya pintu gerbang desa itu terlihat menandakan bahwa Faris sudah mulai dekat dengan desa itu.

Faris mencoba menelpon Mega dengan nomor lama dengan harapan Mega belum mengganti nomornya.

Terdengar sahutan suara lembut di seberang sama dan sekali lagi getaran di hati Faris masih ada untuk gadis itu, tapi dia buru-buru menepis perasaan yang salah ini.

"assalamualaikum " sahut Mega di seberang sana.

"Waalaikum salam" Faris tak mampu melanjutkan kata-katanya lagi tapi dia mencoba untuk menormalkan perasaannya sendiri. " ini aku Faris" jawabnya singkat, orang di seberang sana terdiam ketika Faris menyebutkan namanya.

"ada apa bang? " sahut Mega

"bisa kita bica? ada banyak hal yang tidak kamu ketahui dan aku perlu meluruskan ini"

"apakah ini tentang Dhea? tanya Mega mulai gelisah ketika nama Dhea tersebut di mulutnya, terus terang Mega sangat takut katika akan bertemu dengan Dhea masalah yang dulu membuat Mega sangat takut untuk membahan wanita itu lagi, dulu saja Dhea bisa sangat sadis dalam menghukum orang apalagi sekarang, tapi Dhea tidak pernah muncul lagi dalam kehidupannya ketika Faris memutuskan untuk menikahi gadis itu tapi setelah mendengar cerita dari Desi tentang pembatalan pernikahan itu Mega mulai takut.

"sesikit banyak kita akan bahas itu" sahut Faris

"apakah Dhea mulai mengancam? " tanya Mega

"aku tidak bisa menjelaskan di telpon kita perlu bertemu, aku baru saja kembali dari kota dan aku janji akan membereskan masalah ini sebelum Dhea benar-benar datang menemuimu"

"baiklah" sahut Mega lemah, dia tetap takut dengan gadis itu.

"besok kita betemu aku akan datang kerumah mu" tutup Faris dan Mega mendesah frustasi ketika nama Dhea muncul lagi.

***

Persidangan itu berjalan alot Mala tetap berjuang untuk keadilan kedua orangtuanya apalagi ayahnya meninggal akibat trauma yang di berikan oleh Maria dan Maria harus masuk penjara bagaimanapun caranya.

Saat persidangan itu usai dan Mala memenangkannya Maria kalah telak dan dia harus menerima hukuman akibat perbuatannya. Disaat itulah Mala berjumpa dengan Tania tapi perempuan itu seolah menutupi kebusukannya dengan menggunakan kerudung lebar.

Tania juga keget karena saat ini dia berjumpa dengan Mala di saat waktu yang tidak tepat tapi mau kabur juga percuma.

"mau apa kamu kembali? " tanya Mala ketika sudah berhadapan dengan Tania

"Mau mengganggu Abdi" seloroh Mala lagi tapi di luar dugaan Tania malah menampilkan senyum manisnya seolah tak ada dosa di masalalu.

"aku kembali karena ingin mengambil sesuatu yang seharusnya menjadi milikku" sahutnya masih dengan senyuman manisnya tak ada yang berubah dari perempuan itu tapi Mala tak akan pernah tertipu oleh senyum polos dari gadis di depannya itu.

"tapi sebelum kamu mengusik Abdi, aku yang lebih dulu akan menghalanginya" sahut Mala,Jec yang ada di samping Mala menyentuh tangan perempuan itu untuk meredakan emosi karena jika terjadi perang sengit di sini maka akan menjadi konsumsi publik lagi, saat ini nama Mala masih belum bersih oleh skandal yang di buat oleh Maria..

"kita lihat saja" sahut Tania yang sambil pergi meninggalkan Mala dengan kemenangan yang puas.

Setelah langkah Tania jauh meninggalkan Mala dia masih menyimpan katakutan berhadapan dengan Mala perempuan itu masih tetap sama seperti dulu membela Abdi mati-matian dan satu hal lagi apakah Mala memberitahukan tentang hubungannya dengan pengusaha tambang asal kalimantan itu yang membuahkan hasil anak di luar nikah tapi dia dapat bernafas lega karena anak itu tak jadi terlahir kedunia karena ketakutannya dia mengambil langkah dengan cara aborsi. Itu yang di takutkan Tania apakah Abdi sudah mengetahui ini jika Abdi sudah mengetahui tentang ini maka tidak ada harapan untuk kembali karena bagaimanapun itu adalah kesalahannya menghianati Abdi.

***

Sesaat belum berjumpa dengan Mega, Faris mendapatkan kabar yang mengejutkan dari orang suruhannya untuk selalu memnatau pergerakan Dhea.

"ada apa? " tanyanya singkat kepada lawan bicaranya itu.

"Ini bukan tentang Dhea tapi tentang Tania yang ingin kamu ketahui"

"apa itu? "

"dua tahun lalau Tania menjalin hubungan dengan seorang lelaki asal kalimantan dia seorang pengusaha tambang tapi hubungan itu tanpa sepengetahuan Abdi yang tak lain adalah tunangannya dulu, saat itu Abdi harus menempuh pendidikan mileter sekitar 3 tahun jadi Abdi benar-benar lost kontak dengan gadis itu, hal ini di manfaatkan oleh Tania untuk menduakan Abdi. Sampai Abdi kembali perempuan yang benama Tania itu pergi meninggalkannya "

"jadi itu bukan anak Abdi dengan Tania? " tanya Faris memastikan jika itu benar anak Abdi dengan Tania dia tidak tau apa yang akan di lakukan Mega jika mengetahui itu.

"100% bukan, tapi jika kamu masih belum yakin kamu bisa menemui Mala dan Jec mereka adalah orang terdekat Abdi yang sangat tau dengan lelaki itu"

"syukurlah, aku akan menemui mereka nantinya. pantau terus Dhea! "

"baik" sahutnya, telpon itu terputus berbarengan dengan berakhirnya pembicaraan mereka.

***

Ketika di depan pintu rumah Mega, Faris ragu untuk Megetuk pintu itu tapi dia harus bicara dengan Mega. Sebelum tangan itu terayun untuk mengetok pintu kayu itu entah bagaimana pintu itu terbuka dan menampilkan sosok Mega yang berdiri di depan Faris, sesaat Faris menelisik wajah sahabtnya ini tidak banyak berubah, senyumnya juga tetap sama.

"Bang Faris.. " sahut Mega ketika lelaki itu di depannya tidak mengatakan sepatah katapun

"ayo masuk! " ajak Mega

"tidak perlu kita bicara di luar saja"

Mega mengikuti langkah Faris yang meilih untuk duduk di luar.

"ada apa bang? " kata Mega membuka suara ketika lelaki itu sudah mulai nyaman dengan duduknya.

"Maafkan aku Mega, "

"kenapa minta maaf bang? ada apa? "

"aku membatalkan pernikahanku dengan Dhea, mungkin ini tanpa sepengetahuan kamu" kata Faris berujar

"kenapa di batalkan bang? bukankah Dhea akan berhenti mengganguku jika dia menikah denganmu"

"aku ragu dengan pilihan itu Mega" Ada rasa sakit di ulu hati Faris ketika mengatakan bahwa dia ragu dengan pilihannya, sebab menikahi Dhea tanpa ada perasaan itu sungguh sulit dia tidak mau terjebak dalam rasa sulit itu.

"apa yang membuatmu ragu bang? " tanya Mega lagi.

"kamu... kamu yang membuat aku ragu, tapi itu percuma kamu sudah menikah sekarang mungkin aku terlambat datang" jawab Faris pitus asa.

"bang aku sudah bilang, jangan pernah libatkan perasaan abang kepadaku. itu percuma bang dari dulu sampai sekarang abang itu sudah ku anggap seperti kaka sendiri dan tidak lebih dari itu"

"aku tau Mega sangat tau"

"akibat keputusan abang membatalkan pernikhan dengan Dhea mungkin dia akan menganggap aku penyebab gagalnya"

"aku akan pastikan Dhea tidak akan mengusik kehidupanmu, aku jamin itu"

"jangan membuat janji yang nantinya tidak bisa kamu tepati bang. Bukankah syarat dari Dhea dulu juga seperti ini dia akan berhenti mengganguku asal bang Faris menikah dengannya dan aku pergi jauh dari kehidupan kalian dan aku sudah melakukan itu pergi jauh"

"kali ini aku akan melindungi kamu, kamu bisa pegang kata-kata ku Mega sama seperti dulu tidak akan berubah" kata Faris mantap. Mega melihat ketulusan di mata sahabatbaiknya itu, orang yang dulu paling depan ketika melindunginya.

***

Setelah pertemuan singkat dengan Tania,Mala masih menyisakan emosi di hatinya, bagaimana mungkin perempuan itu ingin kembali setelah berkhianat.

Mala merebahkan dirinya di kasur lembut miliknya dulu dia menerawang kemasa lalu di mana cerita itu mengalir dalam benaknya. pertemuan Abdi dengan perempuan bernama Tania mereka menjalin hubungan baik hingga Abdi berniat ingin menikahi perempuan itu tapi terkendala kewajibannya pendidikan milleternya yang tidak bisa di tunda dengan penuh harap Abdi meminta Tania menunggu bahkan Abdi tertipu oleh polosnya wajah perempuan itu.

"tunggu aku" kata Abdi kepada Tania dan mendapatkan anggukan dari gadis itu.

Awalnya cinta jarak jauh tanpa komunikasi itu perjalan lancar hingga suatu hari Mala memergoki Tania menjalin hubungan dengan seorang lelaki asal kalimantan. Apalagi hasil dari hubungan gila dan terlarang itu membuahkan sebuah aib karena Tania hamil di luar nikah dengan lelaki itu dan nasib buruk masih menghantui jalan hidup Tania dia harus menerima kenyataan pengusaha asal kalimantan itu tidak mau bertanggung jawab dengan perbuatan yang telah dia lakukan.

"dasar perempuan penghianat, aku harapa sebelum Abdi kembali kamu sudah pergi dari kehidupannya dan jangan pernah datang lagi" Mala begitu sengit ketika berhadapan dengan Tania. Bagaimana mungkin dia menyerahkan kehormatannya kepada orang lain yang jelas bukan suaminya.

"aku akan pergi tapi aku mohon rahasiakan ini dari Abdi?!"Pinta Tania karena dia tidak siap dengan segunung kekecewaan yang akan di alami lelaki itu.

"pergi sejauh mungkin" pinta Mala dan dia pun meninggalkan Tania dengan segunung penyesalan di dada Tania.

Ketokan di pintu kamar membuat Mala kembali kemasa sekarang ingatan tentang masalalu itu sungguh pasti sangat menyakiti Abdi jika dia tau kenyataan Tentang Tania tapi sampai sekarang dia dan jec masih merahasiakan itu dari Abdi karena itu pilihan terbaik agar lelaki itu cepat melupakan Tania.

Mala dengan gontai berjalan menuju arah pintu kamarnya yang di ketok tadi, seorang perempuan paruh baya berdiri di ambang pintu dengan senyumannya dia adalah ibunya perempuan paling sabar dengan kelakuannya.

"ada apa bu? " tanya Mala

"sudah sholat isha? " tanya ibunya, ada sebuah senyum terbit di wajah Mala dia menyadari bahwa dia lupa shokat isha karena terlalu sibuk dengan fikirannya.

"mau sholat bareng ibu! " tawar ibunya kepada Mala

"boleh, tunggu sebentar bu mala ambil mukena dulu" Mala bergegas masuk lagi kekamarnya menggambil mukena yang baru saja di belikan Jec untuknya.

***

avataravatar
Next chapter