26 Tiga Puluh Lima

Siang itu saat waktu makan siang Abdi dan teman-temanya memutuskan untuk makan siang di sebuah rumah makan yang sederhana, senda gurau sudah terbiasa terjalin di antara mereka, rumah makan itu terlihat ramai Abdi dan kelima teman-temanya duduk di antara pengunjung di rumah makan itu tentunya mereka menjadi pusat perhatian karena suara tawa mereka membahana tanpa beban, sesekali Abdi juga ikut tertwa ketika ada hal yang membiat lucu.

Setelah makan siang itu selesai Abdi siap untuk masuk mobil untuk kembali kekantornya tapi sentuhan tangan pada pintu mobil terhenti ketika mendengar suara panggilan dari seseorang, suara yang sangat lama dan hampir dia lupakan itu suara Tania, detak jantung Abdi berpacu lebeh hebat, punggungnya menegang tanpa menoleh ke arah suara dia sangat tau kalau itu suara Tania perempuan yang telah hilang tanpa kabar ketika dia kembali dan perempuan itu juga yang mengoyak sakit hatinya begitu dalam hingga dia seolah putus asa tapi Mega dengan kelembutannya menyirami hatinya yang mulai gersang. Dengan mengumpulkan seribu keberanian dia menoleh kebelakang dan benar saja perempuan itu berdiri menjulang tapi ada yang berbeda dengan penampilannya sekarang, perempuan itu memakai hijab.Abdi mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku-buku tangannya memutih tapi suasana emosional itu buyar ketika panggilan temannya membuyarkan.

"Abdi ayo balik! " pinta teman satu angkatannya itu.

"tunggu sebentar aku menemui teman dulu! " Abdi mencoba memberikan pengertian kepada temannya itu.

"baiklah, balik lebih cepat kita apel lebih cepat hari ini" kata temannya itu, Abdi mengangguk pasti. "baiklah, ini hanya sebentar "kata Abdi lagi. Dia membalikkan badan dan berjalan menuju Tania perempuan itu perempuan dari masalalunya, perempuan yang saat ini sudah mulai di lupakan. Abdi berdiri menjulang di depan perempuan itu tapi dia tidak mengatakan sepatah katapun, Abdi memindai Tania dengan matanya dari ujung kepala sampai unjung kaki ternyata perempuan ini tidak berubah sama sekali meski dia tidak pernah melihat dan tidak ada keinginan untuk bertemu lagi tapi sepertinya takdir begitu kejam mempertemukan mereka lagi setelah hatinya hanya dipenuhi oleh Mega tapi bagaimana pun dia pernah mencintai perempuan di depannya ini tapi cinta itu telah hilang seiring dia melupakan Tania.

"maafkan aku! " Suara Tania bergetar dia mencengkaram tali tasnya agar biasa mengendalikan emosinya,dia begitu merindukan lelaki di depannya tapi dia tidak bisa menyentuh lelaki itu. Tania mengangkat tangannya untuk menyentuh tangan Abdi tapi laki-laki itu malah menghindar dan hal itu membuat Tania sakit hati. "ada apa? " tanya Abdi singkat.

"aku ingin menjelaskan yang sebenarnya! " pinta Tania dengan putus asa.

"aku tidak kenal kamu" sahut Abdi cepat, tapi hal itu membuat Tania bagai di sambar petir, sebegitu bencinyakah Abdi kepadanya hingga kata-kata itu yang kelaur dari mulutnya. "Abdi kamu harus dengar penjelasanku! " pinta Tania lagi ketika itu Abdi siap berbalik tapi belum jalan untuk meninggalkannya. tak ada sahutan dari mulut Abdi justru lelaki itu dengan mantap berjalan meninggalkan Tania, tadi dia ingin marah, ingin membentak Tania dan ingin mendengar penjelasan perempuan itu tapi hal itu buyar dalam otaknya dan tidak pernah keluar dari mulutnya dia justru mengatakan hal yang lain yaitu "aku tidak mengenalmu" ini mungkin terdengar konyol tapi dia tidak akan mau mendengar apapun itu.

Abdi masuk kedalam mobil yang dia dan temannya tumpangi tadi untuk balik kekantor karena hari sudah mulai siang. Tanpa kata dia duduk di jok penumpang dan membiarkan kelima temannya kebingungan tapi mereka tidak ada yang berani bertanya karena suasana hati Abdi terlihat buruk.

Temannya langsung menghidupkan mobil dan meninggalkan area parkir tapi sekilas dia dapat melihat seorang perempuan yang baru saja di tinggalkan Abdi begitu saja, perempuan itu menangis sambil memandangi kepergian mobil itu. Temannya Abdi melirik menggunakan spion yang ada, terlihat Abdi memejamkan matanya disamping temannya yang dari tadi juga diam.

***

Kepala Mega benar-benar pusing, setelah mendapatkan pemeriksaan rutin laporan Bos dia dengan guntai berjalan menyusuri anak tangga yang ada di kantor dinas pendidikan tadi dia meminta antar Willy untuk memenuhi panggilan rutin yang diminta pak Zikri, lagi-lagi Mega harus melihat perdebatan Khayla denga Zikri yang seolah tidak ada ujungnya kadang dia sampai geleng-geleng kepala melihat itu hanya Khayla yang berani menjawab setiap omelan maut dari pak Zikri sementara yang lain akan mengapit mulutnya rapat-rapat jika pak Zikri sudah mengomel tanpa henti.

Khayla berjlan di belakang Mega yang menuruni anak tangga dia melihat sepertinya Mega kurang enak badang, biasanya kalau Mega uring-uringan begini jadwal datang bulannya telat.

"kamu kenapa? " tanya Khayla yang sudah berhasil menapaki lantai dasar dinas pendidikan dan berjalan di samping Mega yang mulai tertatih.

"sakit kepala dan perutku kram" jawab Mega sambil mendudukkan dirinya di kursi tunggu, Khayla juga ikut duduk di samping Mega.

"aku antar pulang ya! " tawar Khayla

"tidak perlu.. aku sudah telpon mas Abdi untuk menjemput di sini" kata Mega masih menaham perutnya yang sakit.

"aku temani sampai kamu di jemput saja ya! lagian ini sudah sore aku juga mau langsung pulang saja" Mega gangguk dengan usul Khayla. Cukup lama Abdi belum datang juga Mega menelpon suaminya itu sekitar setengah jam yang lalu tapi Abdi belum juga datang. kram di perut Mega sudah sangat sakit dan dia merasa sudah tidak tahan lagi, dia mencengkram tangan Khayla cukup kencang hal itu membuat Khayla panik.

"Mega.. kamu tidak apa-apa? ya Allah Mega"

"ada apa ini? " tanya Abdi yang baru masuk di lobi dinas pendidikan tempat yang dikatakan Mega tadi bahwa dia menunggu disana.

"anu... ini... anu... " aduh kenapa aku gugup begini" umpat Khayla pada dirinya sendiri ketika melihat Abdi tanpa ekspresi sama sekali dan itu sangat menakutkan. Mega terus saja memegang perutnya, Abdi berjongkok di depan istrinya terlihat peluh membasahi kening istrinya itu " kamu kenapa? sakit perut? " tanya Abdi, Mega sudah tak bisa menjawab lagi, tapi Khayla menjawab dengan cepat " dia datang bulan kalau sudah sakit perut begini"

"datang bulan" Abdi bingung, apakah wanita kalau datang bulan itu sakit seperti ini.

"pulang! kita pulang" kata Mega lemah sambil mencengkram lengan baju Abdi.

"kamu bisa jalan? " tanya Abdi

"bisa" jawab mega singkat, tapi tetap saja dia tertatih-tatih untung Abdi membantunya kalau tidak dia pasti akan merasakan kram lebih hebat lagi karena di bawa berjalan begini. Abdi lupa kalau dia membawa motor hari ini dan keadaan Mega apakah bisa duduk dengan nyaman kalau menggunakan motor untuk pulang sementara dia masih sakit begini.

"kamu bisa naik motor dalam keadaan begini?" Mega mengangguk karena dia sudah sangat sakit, kebiasaan datang bulan begini sudah sering dia alami tapi kali ini sangat sakit, mungkin akibat stres yang dia rasakan akhir-akhir ini. Mega duduk di atas motor agar tidak jatuh dia berpegangan pada baju bagian pinggang suaminya itu.

***

Azan magrib berkumandang dengan merdunya, membelah keheningan antara siang dan malam. matahari mulai meredupkan cahayanya di gantikan oleh pekatnya malam. Suasana malam kian sunyi hanya ada suara jangkrik yang bersahutan. Setelah pulang dari Dinas Pendidikan tanpa melepas seragam kerjanya Mega langsung meringkuk di dalam selimut tebal ranjangnya, seperti biasa jika dia mengalami kram saat haid begini maka dia akan terus memejamkan matanya tanpa ada keinginan untuk melakukan apapun, sebab jika dia bergerak sedikit saja nyeri itu datang lagi.

Terlihat Abdi sudah menyelesaikan sholat magribnya, tinggal menunggu sholat isya yang hampir datang tidak ada pergerakan atau gelagat dari Mega untuk turun dari ranjangnya. Dia pun mendekat dan duduk di samping perempuan itu, Mata Mega terpejam rapat tapi kadang keningnya berkerut seperti sedang menahan sakit. Abdi menyentuh kening istrinya.

"Mega? " panggil Abdi, Terlihat perempuan itu mencoba untuk membuka matanya. Setelah mata bening istrinya itu terbuka.

"sebaiknya kamu mandi dulu! setelah itu lanjutkan tidur lagi" pinta Abdi kepada istrinya itu. Mega mengangguk dia memaksakan untuk duduk dan nyeri itu masih ada tapi sepertinya sudah berkurang. " bisa jalan sendiri? " tanya Abdi lagi, karena dia melihat Mega begitu tertatih menyeret kakinya ke kamar mandi.

"bisa" jawab Mega singkat, dia membawa dan memaksakan tumbuhnya untuk mandi karena sudah seharian dia tidak mandi. Guyuran air dingin di atas kepalanya seolah menjadi hawa sejuk yang begitu dia dambakan. Ternyata mandi itu menyegarkan dan membuat tubuh lebih tenang.

***

avataravatar
Next chapter