25 Tiga Puluh Empat

Setelah beberapa hari yang lalu bertemu dengan Dhea dan mendapatkan alasan dari gadis itu mengapa dia tidak ingin melepaskan Mega, sekaran Faris paham mengapa Dhea begitu membenci Mega dan begitu menyimpan rasa irinya kepada Mega. " Dhea harus di selamatkan dan di sadarkan, tapi bagaimana caranya? sepertinya ada seseorang yang telah mempengaruhi dia untuk berbuat demikian" Faris benar-benar gelisah dengan keselamatan Mega apa lagi dia mengetahui kalau Abdi tidak selalu berada di dekat Mega, bisa saja ketika Mega di luar rumah dan Dhea melakukan aksi gilanya.

q

Saat ini matahari begitu terik, suasana di kantor juga terlihat lenggang karena saat ini jam makan siang tentunya para karyawan telah mememakai jatah istirahat mereka. Faris duduk di balik kursinya dengan gelisah, terkadang dia melempar tatapan ke arah ponselnya yang dari tadi tidak berdering. Faris menyambar ponsel itu dan mencoba untuk menelpon orangnya dan meminta info keberadaan Mega sekarang, cukup lama akhirnya sambungan telpon itu mendapatkan sahutan dari seberang sana.

"bagaimana? "

"dia masuk kerja seperti biasa, sepertinya kali ini dia di antar oleh suaminya " sahut orang itu

"sykurlah, terus awasi dia, aku masih belum bisa leluasa bertemu dengan Dhea"

"baiklah"

Telpon itu terputus setelah kata persetujuan dari orang di seberang telpon. Faris masih belum tenang sepenuhnya, dia bergegas keluar kantor untuk menemui Jec karena siang ini dia ada janji makan siang dengan Jec dan juga Mala, Faris ingin tau banyak info tentang siapa Abdi dan bagimana kehidupan suami Mega itu dulunya.

***

Pagi itu jam menunjukan pukul 07.00 pagi Mega siap untuk berangkat bekerja, tapi Abdi menawarkan diri untuk mengantarnya sampai tujuan. Mega yang sibuk dengan sepatu hak 3 cm itu suara Abdi membuyarkan fikirannya untuk melangkah keluar.. "saya antar kamu! " kata Abdi berjalan sambil membawa kunci motor yang biasa Mega pakai untuk kesekolah. "pakai motor? " tanya Mega karena kebiasaan Abdi dia tidak pernah mengantar Mega menggunakan motor.

"kamu tidak mau? " tanya lelaki itu

"bukan begitu, hanya saja kamu tidak biasanya mengantar Mega menggunkan motor" sahut Mega mencairkan ketenangan di pagi buta.

"hanya ingin saja" sahut Abdi singkat dan berjalan lebih dulu, Mega mengikuti lelaki itu dari belakang dan menutup pintu rumah setelah keduanya keluar rumah.

Tidak ada pembicaraan yang berarti dengan suaminya itu, Mega lebih memilih banyak diam begitu juga Abdi. Dua hari yang lalu Abdi pulang di tengah malam buta setelah menelpon Mega malam itu untuk mengabarkan bahwa dia sudah dalam perjalanan pulang. Saat itu Mega sudah sangat mengantuk dan tidak sanggup untuk menunggu suaminya itu apalagi suasana rumah begitu sepi hal itu membuat Mega enggan untuk keluar kamar menunggu Abdi pulang. Ketika Mega bangun untuk sholat subuh ternyata suaminya sudah tidur di sampingnya terlihat dari wajah lelaki itu kelelahan yang luar biasa.

Lamunan itu buyar ketika suara Abdi menembus gendang telinganya.

"Mega... " pinggilnya, tapi istrinya itu masih tidak ada pergerakan untuk turun dari motornya malahan pengangan pada baju bagian pinggang Abdi di cengkaramnya cukup kuat. "Mega, kamu tidak ada keingin untuk turun? " tanya Abdi lagi dan akhirnya Mega tersadar dari lamunannya itu.

"sudah sampai? " tanya Mega gugup dan melepaskan pengangannya pada baju bagian pinggang suaminya itu terlihat baju bagian situ agak kusut karena dia memengang terlalu erat. "dari tadi sudah sampai" sahut Abdi

Mega turun tanpa kata dan memberikan helemnya kepada suaminya.

"Saya jemput kamu nanti dan jangan keluyuran kemana-mana! "

"iya"

Abdi memutar haluan untuk pergi kekantornya karena hari ini sepertinya tidak ada kegiatan apapun yang cukup memakan waktu. Mega menunggu di sana sampai suaminya itu hilang dalam belokan jalan setelah itu dia menuju gedung sekolah.

***

"maaf menunggu lama! " pinta Faris ketika sudah sampai di tempat tujuannya dan bertemu dengan dua orang penting.

"tidak apa-apa " kata Jec menyahut dengan suara tegasnya sementara Mala mengangguk ringan karena di baru saja bertemu dengan Faris yang menurut cerita Jec kalau Faris ini sahabat Mega dari kecil. Faris menarik kursi dan duduk di seberang meja menjadi pembatas mereka bertiga.

"apa yang ingin kamu ketahui tentang suami Mega? " tanya Mala tanpa mau basa basi karena tujuan pertemuan ini tentunya ingin membahas masalah ini, masalah tentang Siapa Tania dalam kehidupan Abdi dan hal itu tentunya sudah di ketahui Faris dari orang -orang suruhannya.

"banyak yang ingin ku ketahui, kita mulai dari hubungan Tania dengan Abdi dan bagimana Tania bisa hamil di luar nikah tanpa Abdi ketehui karena masalah ini belum sampai ketelinga Mega, aku ingin info yang akurat sebab aku tidak ingin Mega menangis untuk kesekian kalianya" Jawab Faris panjang lebar. Mala menampilkan senyum yang misterius. bukannya menjawab dia malah mengajukan pertanyaan di luar dari pembahasan yang akan mereka bahas.

"apa kamu mencintai Mega? " tanya Mala tanpa ragu, Faris kaget sedangkan Jec hampir tersedak karena mendengar pertanyaan itu.

"kenapa bertanya seperti itu? " selidik Faris, Mala mengangkat bahu mencoba mencairkan suasana. "hanya penasaran saja"

"Maksudnya? " Sahut Faris

"oky... oky jangan bahas masalah itu, kamu ingin tau hubungan Tania dengan Abdi kan? kita langsung ke intinya saja"kata Jec mencoba untuk menengahi mereka.

"oky.. " Mala berjeda sejenak dia menghembuskan nafas dan memulai ceritanya. Cerita itu mengalir begitu saja, apa yang di dengar dari Mala sama dengan info yang dia dapat, setidaknya Abdi bukan lelaki yang sembarang meletakkan tangan kepada sesuatu yang haram untuknya.

"Aku kenal Abdi bukan 1 atau 2 tahun, tapi sudah bertahun-tahun hingga aku kenal dia luar dalam, ketika dia menjalin hubungan dengan Tania dia bahkan tidak pernah menyentuh tangan perempuan itu apalagi melakukanhal yang haram" kata Mala menutup ceritanya dan Faris terlihat tenang karena Mega mendapat seorang suami yang memang faham tentang halal dan haramnya serta hak dan tidak hak.

"apakah ini sudah memuaskan dahaga kamu tentang Abdi? " tanya Jec

"setidaknya ini menutupi kegelisahan ku" sahut Faris

"terus apa yang akan kamu lakukan? " Tanya Mala

"Membawa Dhea pulang dan memberikan pengertian kepada gadis itu bahwa dia sudah di cuci otaknya oleh omongan Tania"

"apakah kamu pernah bertemu dengan Tania?" tanya Mala

"tidak pernah " sahut Faris sambil menyeruput tehnya mulai dingin.

"kamu mungkin akan tertipu dengan penampilannya sekarang, aku tidak tau apa alasan di sekarang menggunakan kerudung apakah untuk mengalihkan perhatian Abdi atau ada hal lain yang sedang dia rencakan"

Faris cukup terkejut dengan penuturan Mala selama ini dia mengira kalau gadis itu sudah memakai kerudung dari dulu ternyata tidak

***

Tania melempar kerudungnya dengan kasar ke sofa di ruangan itu nafasnya memburu, sepertinya dia sedang marah.

"mengapai kamu mengabaikanku? " Tania benar-benar frustasi karena hari ini dia memberanikan diri muncul di depan Abdi tapi reaksi lelaki itu di luar dugaan itu membuat Tania sangat marah, marah dengan ke adaan dia ingin menjelaskan mengapa dia pergi tapi Abdi seolah-olah tidak mengenalnya, mengabaikannya seperti orang asing. Dhea yang baru datang dia sedikit bingung karena baru kali ini Tania lepas kendali dengan emosinya.

"ada apa? " Tanya Tania sambil meletakkan belanjaan kebutuhan dapur.

"aku muncul di depan Abdi" sahut Tania cepat.

"apa? sudah ku bilang jangan muncul dulu kenapa kamu tidak menghiraukan perkataanku" kata Dhea

"tapi aku sudah tidak sabar, Abdi pasti sudah mendengar info yang tidak-tidak dari Mala" Sahut Tania

"sabar... ku bilang sabar Abdi tidak seperti lelaki pada umumnya yang mau dengan begitu saja memaafkanmu, tunggu waktu yang tetap! tunggu sampai Abdi tidak punya pilihan lain selain kembali kepdamu! kamu faham? "

"iya" Sahut Tania lemah, dia sudah kehilangan kesabarannya untuk muncul di di depen Abdi. Dia ingin menjelaskan, dia ingin Abdi tau yang sebenarnya dia ingin Abdi tau dari mulutnya bukan tau dari orang lain karena kejadian sebenarnya dia yang tau.

***

avataravatar
Next chapter