1 Sembilan

"setidaknya Mega lebih sedap di pandang ketimbang Mala" sahut Abdi yang ikut bicara ketika susana itu mulai memanas.

"Ayu setuju" sahut Ayu yang dari tadi sudah di tahanya emosi. Ada aura ketidak sukaan ketika kedua cucunya membela Mega.

"kita perlu bicara sekarang" Abdi mencondongkan sedikt badannya agar lebih dekat ke arah Mega dan neneknya tidak curiga.

"ikuti aku!" ajak Abdi pelan yang di angguki oleh Mega, ia sangat berterima kasih kepada Abdi yang mengajaknya pergi dari hadapan nenek Ara yang nutabenya tidak suka dengannya.

Mega mengikuti langkah Abdi ternyata menuju halaman belakang, tapi sebelum Abdi bicara telpon milik Abdi berdering sebuah panggilan dari atasanya yaitu Kapten Ditto.

Abdi mengangkat telpon itu sementara Mega menunggu Abdi selesai. Cukup lama Mega menunggu Abdi masih belum selesai juga kesempatan ini di manfaatkan oleh Mega untuk melihat-lihat halaman belakang yang begitu hijau karena pohon-pohon berdiri tegak dan rindang serta angin sejuk kadang-kadang terasa hingga fikiran Mega sedikit tenang karena di halaman belakang itu cukup sejuk. Mega memilih untuk duduk di sebuah Ayunan dekat kolam renang. Tak lama Abdi sudah berdiri di dekat ayunan memperhatikan Mega yang sibuk mengayun di ayunan yang biasanya ia duduki ketika ia sendiri.

"kamu senang di situ? " tanya Abdi yang masih menampilkan wajah dinginnya. Mega berhenti mengayunkan ayunan yang didudukinya itu. Kepala ia tolehkan kesamping tepat Abdi berdiri. Mega hanya melayangkan sebuah senyuman manis tapi senyuman itu membuat degub jantung Abdi tidak stabil, sebuah perasaan asing menelusup relung hatinya ketika senyum itu terurai manis di wajah Mega.

"geser" instruksi Abdi ketika Mega seolah menguasai ayunan yang cukup untuk tiga orang itu. Setelah mendapatkan perintah seperti itu dengan cepat Mega menggeser dusuknya agar Abdi juga bisa duduk di sana.

" sekarang apa yang ingin kamu ketahui tentang foto yang tadi malam kamu kirim ke saya? " tanya Abdi tapi pandangannya lurus kedepan. nyali Mega mulai menciut tadi malam ia cukup menggebu-gebu untuk tau hubungan Abdi dengan model cantik yang bernama Mala itu tapi sekarang ia malah kehabisan kata-kata ketika di hadapan Abdi.

"kenapa diam saja? " tanya Abdi tanpa meninggikan suaranya tapi aura dingin tetap menyelimuti.

"Mega... Mega cuma... cuma ingin tau saja" sahut Mega, rasa gugup itu selalu ada dan Mega tidak menyukai ketika kegugupannya tak bisa ia kendalikan.

"Mala Agustina dia teman SMA, dan selama ini saya tidak pernah ada hubungan apapun dengan dia, masalah ini harus di luruskan sebelum kita menikah" kata Abdi memberikan sedikit penjelasan tapi bukan itu yang ingin Mega dengar.

"tapi bagaimana foto itu bisa ada di akun Mala dengan capsion Imamku? " tanya Mega yang mulai meremas tangannya karena ia mulai takut. arah pandangan Abdi ke tangan Mega ia melihat Mega menyembunyikan kegugupannya.

"saya tidak tau soal itu, sebab saya tidak mengikuti akun milik Mala, saya tidak punya waktu untuk itu dan dulu Mala memang pernah menyatakan perasaannya kepada saya tapi itu dulu waktu kami sama-sama kuliyah dan dari awal saya hanya menganggab Mala itu hanya teman. Apa ini sudah jelas? " tanya Abdi.Mega diam saja ia perlu waktu untuk mencerna kata-kata yang barusan di utarakan Abdi.

"kalian disini" saat perbincangan itu belum sepenuhnya selesai bu Dara datang.

"ayo masuk! sudah selesai kan? " tanya bu Dara. Mega dan Abdi berbarengan mengangguk.

***

Suasana makan siang itu begitu canggung Mega duduk dekat Ayu sementara nenek Ara masih tidak bersahabat dengan kehadiran Mega di tengah keluarganya.

"ayo mba Mega di makan! " kata Ayu berujar ketika melihat Mega tidak terlalu bersafsu memakan makananya.

"Apa Mega mau makan yang lain? " tanya Bu Dara yang cemas melihat Mega tidak berselera dengan makannya, sementra Abdi diam saja melihat ke adaan itu.

"tidak bu.. ini sudah cukup " Sergah Mega tidak ingin merepotkan ibu mertuanya itu.

"Abdi kok Nenek tidak pernah bertemu dengan Mala lagi? kalian masih memiliki hubungan baikkan? " tanya Nenek Ara, semua mata ke arah nenek Ara begitu juga Abdi yang tadinya ia akan memasukkan nasi ke mulutnya tapi ia batalkan ketika mendapat pertanyaan dari neneknya itu. Sekilas Abdi melirik Mega yang aura wajahnya mulai berubah tapi wanita itu tetap terkesan tidak perduli dengan pertanyaan neneknya.

"dia baik" jawab singkat Abdi tidak perduli

"sekali-kali ajak ke sini ya! " pinta Nenek Ara

"ngapain ngajak Mala? nenek"tanya Ayu yang mulai jengah mendengar neneknya membahas tentang Mala.

"kitakan harus tetap berhubungan baik" kata nenek Ara mencari alasan.

"itu alasan nenek ajakan" kata Ayu

"sudah.. sudah... selesaikan makannya dulu! ibu kita tidak usah membahas tentang Mala sebab Mala bukan siapa-siapa di sini, oh ya Mega untuk persiapan pernikahan kalian sudah selesai di urus oleh ibu dan ibumu jadi saat kamu tidak usah kawatir soal itu, kamu tinggal urus cuti saja ini sudah mendekati hari H nya" kata bu Dara

"iya bu" sahut Mega

Suasana makan siang itu berjalan dengan lancar Mega membantu Ayu untuk membereskan piring kotor, memcucinya dengar bersih melap meja yang tadi kotor bekas makan. Semua itu selesai dengan sempurna.

***

"kenapa pilih wanita itu untuk Abdi? " tanya Nenek Ara yang sudah duduk di sofa ruang tamu, Bu Dara ikut duduk di sofa itu tadinya ia hanya mau mengantarkan teh untuk ibu mertuanya itu tapi ketika mendapatkan pertanyaan seperti itu ia langsung duduk di dekat ibu mertuanya.

"saya suka dengan sifat Mega" jawab Bu Dara

"apa yang kamu suka dari gadis itu, dia orang biasa tidak seperti kita. ibu suka melihat Abdi dengan Mala gadis itu terlihat baik-baik saja" tanya nenek Ara yang mulai emosi menghadapi menantunya itu

"dulu kita melarang Abdi kuliyah desain, tapi sekarang Abdi sudah mengikuti adat keluarga kita setidaknya jodohnya Abdi tidak di paksakan jugakan" kata Nenek Ara

Memang di keluarga Ayahnya Abdi yaitu keluarga nenek Ara bahwa anak laki-laki harus menjadi tentara ketika sudah beranjak dewasa.

"saya tidak memaksakan ibu, tapi saya juga sudah bicara dengan Abdi dan itu di setujui oleh Abdi"

"kalau begitu kenapa tidak dengan Mala? " tanya Nenek Ara

"saya tidak suka dengan model iklan itu, dia sendiri tak bisa menjaga tubuhnya dari mata laki-laki lain, dia tidak berkerudung dan ahklak serta ilmu agamanya di pertanyakan zaman sekarang bukan hanya cantik untuk jadi patokan tapi ahklak juga perlu di pertimbangkan. Abdi sering pergi dengan tugasnya saya ingin Abdi merasa tetap aman jika meninggalkan istrinya di rumah sebab istrinya tau agama dan aturan dan kreteria itu ada di diri Mega. Saya tidak sembarangan memilih Mega saya juga sudah mencari tau tentang Mega dan hasilnya Mega memang cocok untuk Abdi" Bu Dara menerangkan panjang lebar kepada ibu mertuanya itu. Nenek Ara diam seribu bahasa memang ia akui keilmuan agamanya Mala pastinya terbatas sebab gadis itu tak terlihat belajar agama dengan baik, bahkan ia pernah melihat Mala malas melaksanakan sholat yang hanya di kerjakan 5 waktu dalam sehari.

Tanpa mereka ketahui Mega mendengar itu semua, ia beruntung memiliki calon mertua yang membelanya, menerimanya bukan karena fisiknya yang menurut orang lebih dari pada yang lain. jika semua orang memandang fisik adalah segalanya maka itu salah, fisik yang sempurna ini tidak ada apa-apanya jika roh meninggalkan jasad. Cantik bagi sebagian orang itu adalah hal utama tapi hidup itu tidak hanya mengandalkan kecantikan, sebab yang di tanya di alam kubur bukan tentang ke cantikan tapi apa yang kamu lakukan, masa mudamu di habiskan untuk apa. Mega beruntung ia didik dari kecil untuk selalu bersyukur dengan apa yang ia dapatkan sekaranga.

Siang itu pembicaraan bu Dara dan Nenek Ara terdengar tak sengaja oleh Mega, Abdi juga mendengar apa yang di bicarakan ibu dan neneknya ada sebuah senyuman terbit di bibir Abdi ketika ia mendengar penuturan ibunya mengapa memilih Mega untuknya.

***

Setelah acara pertemuan kelurga itu Abdi mengantar Mega pulang.

tak banyak yang Abdi dan Mega bicarakan sebab mereka sibuk dengan fikiran mereka masing masung. tak lama mobil Abdi berhenti di halaman rumah kontrakan Mega, setelah mengucapkan terimakasih Mega turun dari mobil Abdi langsung menuju rumahnya dan membuka pagar rumah itu menutupnya dengan pelan, membuka pintu rumah itu dan menutupnya kembali, setelah memastika Mega sudah masuk ke dalam rumahnya barulah Abdi melajukan mobilnya meninggalkan rumah kontrakan sederhana tempat tinggal Mega ketika jauh dari orang tuanya.

Martapura

avataravatar
Next chapter