10 Sembilan Belas

Hari ini matahari begitu semangat menampakkan cahayanya, setelah dua hari yang lalu Mega cukup menguras tenaga untuk memindahkan baberapa barang miliknya dari kost lama ke rumah Abdi yang jaraknya cukup jauh, Willy yang membantu proses itu sementara Abdi sudah pergi untuk tugas ke Malang ada latihan gabungan di sana. Terhitung dari dua hari yang lalu Abdi pergi dan dia mengatakan akan datang setelah latihan itu selesai dan itu memakan waktu 4 hari dan bisa saja berubah sewaktu-waktu.

Mega datang lebih awal ia menggunakan motor metic milik Abdi yang ada di rumah, karena Mega tidak bisa membawa mobil jadi dia lebih memilih untuk memakai motor milik Abdi.

Mega menghirup udara pagi, sungguh nyaman rasanya sebab polusi masih tipis karena di lingkungan sekolah.

Disaat bersamaan ada yang menepuk punggung Mega, hal itu membuat Mega kaget tak terkira jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Ia menolehkan kepala dengan rasa takut yang masih tersisa ternyata yang menepuk punggung Mega adalah Wakasek yang bernama Delima.

"Astagfirullah " Mega mengelus dada karena kaget, tapi Bu Delima hanya senyum jahil.

"kenapa penganten baru sudah ada di sekolah sepagi ini? " Tanya bu Delima masih dengan senyuman jahilnya.

Mega tak menjawab ia hanya menampilkan senyum manisnya ke arah Bu wakasek cantik itu.

"kok senyum-senyum aja" kata Bu Delima pura-pura tidak faham.

"dia lagi tugas ke luar kota bu" jawab Mega

"apa? baru nikah sudah di tinggal, ini nih kalau nikah sama tentara. ya begini harus siap di tinggal kapanpu dan dalam kondisi apapun" Bu Delima menasehati Mega.

"iya bu"

" sudah.. mendingan kamu bantuin saya ya! hari ini saya harus ke Dinas pendidikan untuk menanyakan dana untuk sekolah sehat katanya dapat bantuan dari sana" ajak Bu Delima yang langsung di iakan oleh Mega, sebab hari ini dia juga ada sedikit keperluan dengan pak Zikri, saat resepsi pernikahannya waktu itu pak Zikri memang datang tapi Mega tidak bisa leluasa membahas pekerjaan dengan sepupunya itu.

***

Dinas pendidikan kota intan, hari cukup panas di siang itu Mega membunceng bu Delima menuju Dinas pendidikan. sesampainya di sana parkiran Dinas Pendidikan sudah penuh karena ini sudah lewat jamnya istirahat. Mega dan Bu Delima menuju lantai atas untum mengurusi dana bantuan untuk sekolah sehat.

Setelah berbincang-bincang dengan bagian pengelola dana bantuan sekolah sehat semuanya sudah klir dan selesai.

"bu Mega ke ruang pak Zikri sebentar mau menanyakan soal laporan Bos! " kata Mega yang berdiri hal itu di angguki oleh bu Delima.

pintu berwarna coklat itu di ketuk Mega, tak ada sahutan dari dalam Mega mencoba mengetok lagi pintu itu setelah beberapa menit mengetok tak ada sahutan seseorang yang kebetulan lewat di sana menyapa Mega yang masih berdiri di ambang pintu coklat yang masih tertutup.

"mencari pak Zikri ya? " tanya wanita itu

"iya" jawab Mega dengan ramahnya

"pak Zikri lagi makan siang, tadi setelah aholat zuhur dia keluar mau makan katanya" terang wanita paruh baya itu

"kapan kembalinya? " tanya Mega lagi

"telpon aja mba! soalnya saya kurang tau jadwal pak Zikri" kata perempuan itu berujar, belum selesai Mega bertanya perempuan itu sudah beranjak pergi.

Mega mencoba menelpon Pak Zikri yang tak lain sepupunya yang jarang senyum dan kaku itu. Lama terlpon itu berdering tapi tak ada tanda-tanda sahutan dari seberang sana. Telpon itu terputus Mega mencoba lagi untuk menelpon dan akhirnya ada sahutan dari seberang sana.

"Ada apa Mega? " tanya Zikri di seberang sana

"kapan kembali? Mega mau tanya soal laporan Bos yang kemaren " tanya Mega tanpa basa-basi dengan sepupunya itu.

"ke rumah aja sore ini ya! soalnya laporannya saya bawa pulang"

"yah kok gitu? " keluh Mega yang kecewa karena usul Zikri

"sekalian ketemu sama Mama, dia sudah kangen katanya tidak melihat keponakannya yang baru menikah" sahut Zikri

"tapi bukannya seminggu yang lalu sudah ketemu sama Uwa" sahut Mega lagi

"sudah... sore kerumah... oky! saya ada pekerjaan di luar jadi tidak balik kekantor, oky sepupuku. Assalamualaikum " tutup Zikri lebih dulu, Mega manyun saja melihat Hpnya di putus secara sepihak oleh sepupunya yang menyebalkan itu.

"mas Zikri... awas kamu" Mega kesal sambil memandangi Hpnya yang sudah terputus panggilan dengan Zikri.

Mega berjalan dengan gontai menemui bu Delima yang sudah selesai dengan urusannya, dia duduk dengan santai di bangku panjang di depan ruangan PSMP. Mega duduk di samping bu Delima tanpa suara sedikitpun.

"kenapa? " tanya Bu Delima, tapi Mega masih manyun saja.

"istiqfar, kalau kesal jangan terlalu di bawa ke hati! nanti Allah marah" nasehat Bu Delima

"Astagfirullah " sahut Mega sambil mengelus dadanya, menyabarkan hatinya ketika sepupunya yang kebetulan adalah verifikator Dana Bantuan Operational Sekolah tempatnya bekerja itu tidak balik lagi ke kantor karena ada beberapa urusan yang menurutnya sangat penting itu.

"kenapa? sekarang sudah bisa cerita! " kata Bu Delima

"pak Zikrinya tidak ada di tempat, dia lagi sibuk di luar" Sahut Mega yang mulai terlihat bete dan tak ada semangat.

"Yasudah... ayo pulang! " Ajak Bu Delima, hal itu dapat anggukan oleh Mega. Bu Delima berjalan lebih dulu di susul Mega di belakang. Entah kenapa hari ini ia merasa kesal hal apa saja yang di lakukan oleh Mega hari ini selalu saja berakhir dengan kegagalan. apalagi ia sudah dua hari, bahkan hampir 3 hari tidak mendapatkan telpon dari Abdi, apakah laki-laki itu tidak ingat dengan dia sama sekali hingga saat ini pun tidak menelpon sama sekali. urusanya dengan mantan Abdi saja masih bikin repot sampai sekarang, ia masih belum terima atas tamparan yang di layangkan calon pelakor rakyat jelata itu.

Perjalanan menuju sekolah terasa jauh di rasa Mega karena fikirannya sibuk berkelana, bagaimana ia harus menjalani hidupnya jika ia sering di tinggal oleh Abdi seperti ini, inilah salah satu mengapa ia tidak suka dengan profesi ini apalagi jika mengingat nasib sahabatnya dulu. Tidak Mega menyadarkan dirinya sendiri bahwa ia tidak boleh menyesali yang sudah ia dapatkan, ia kembali mengelus dadanya menyabarkan hatinya yang ia perluka sekarang adalah ihklas, jalani, dan selalu sabar bagaimanapun ia dan Abdi sudah menikah.

"kok diam saja? biasanya cerewet " kata Bu Delima memecah kesunyian yang tadi di biarkan saja.

"hanya kurang sehat Bu Delima" sahut Mega

"kita mampir ke rumah makan Seharri dulu kebetulan saya ada sedikit rezeki, kita makan ya!" Ajak bu Delima yang di iyakan semangat oleh Mega, memang sejak tadi perutnya keroncongan meminta untuk di isi makanan yang cukup..

Sampailah di rumah makan Seharri, rumah makan sederhana yang biasanya menjadi tempat nangkring ibu dan bapak-bapak PNS ketika jam istirahat. Disini lauknya tersedia dengan jajaran yang rapi bahkan sangat menggoda lidah serta harga yang sangat terjangkau.

"kamu mau makan apa Mega? " tanya Bu Delima sambil melihat jejeran lauk pauk yang sangat menggugah selera.

"ini kayanya enak" tunjuk Mega ke arah nila panggang dengan bumbu kecap manis.

"oky kita pesan yang itu"

Setelah memesan makanan mereka menunggu di kursi yang kebetulan saat itu belum di tempati oleh orang lain.

Suasana jadi sedikit sunyi karena Bu Delima sibuk membuka chat di HPnya sementara Mega sesekali melirik Hp miliknya yang sejak dua hari yang lalu tak ada kabar dari yang masuk dari suaminya. Apakah tidak bisa menyempatkan waktu sedikit saja untuknya.

"bagaimana kehidupan setelah menikah dengan tentara? " tanya Bu Delima setelah ia meletakan hp miliknya.

"seperti kebanyakan orang, Mega sibuk kegian ibu-ibu parsit, kegiatan sana-sini kadang bikin pusing kepala" keluh Mega yang mendapat tawa renyah oleh bu Delima.

"ya.. namanya juga istri tentara, kalau jadi istri guru atau profesi lainnya beda lagi" kata Bu Delima di sela senyumnnya.

"Mau bagaimana lagi, Mega sudah memilih ini terlepas bagaimanapun cara di pertemukannya, yang penting usaha dan ihktiar telah di lakukan biarkan do'a dan takdir bertarung di langit " tutup Mega dengan perasaan tenang.

"duhh... tambah pinter aja" canda Bu Delima.

"makan yang banyak biar badan kamu itu ngak kurus " kata Bu delima berujar lagi dan mendapatkan anggukan manis dari Mega.

"ibu sendiri bagaimana, sudah berencana untuk menikah? " tanya Mega

"jangan tanya saya soal pernikahan sepertinya saya tidak minat" jawab bu Delima sambil memasukkan nasi kemulutnya.

"tapi menikah itu separuh agama bu " kata Mega lagi.

"setelah dua kali gagal di pinang sepertinya saya mulai jera, saya tidak faham isi kepala laki-laki maunya itu bagaimana yang cantik... bukankah kalau sudah tua tidak cantik lagi, terus yang pinter entar udah tua pikun. kalau mau cari yang sempurna saya tidak memilikinya" jawab Bu Delima, Mega mendengarkan dengan khitmad pembicaraan ringan itu.

"Mega harap ibu Delima tidak jera karena beberapa kali gagal, mungkin yang gagal itu bukan jodoh"

"kamu benar Mega, mungkin niat saya yang masih salah hingga Allah belum mendatangkan yang pas untuk saya" kata Bu Dara.

Setelah menyelesaikan makan siang yang tertunda karena pekerjaan mereka berdua memutuskan untuk pulang kembali ke tempat kerja.

Tak terasa sampailah mereka ketempat kerja saat itu audah berkomandang azan ashar, menandakan kewajiban harus di laksanakan meski rasa malas menggerayap hati tapi tetap paksakan diri untuk menjalankan perintah sholat.

"bu Delima saya sholat dulu ya! " izin Mega kepada bu Delima yang sudah meletakkan tasnya di ruangannya.

"iya Mega duluan aja" kata bu Delima

Mega berjalan menuju tempat wudhu, Mega membasuh mukanya berwudhu dengan sempurna setidaknya fikirannya lebih tenang setelah wudhu selesai.

***

Suasana rumah terlihat hening, rumah Abdi memang tidak terlalu besar hanya ada dua kamar, satu raung kerja merangkap perpustakaan Abdi hobinya adalah baca jadi koleksi buku di ruangan itu cukup banyak dan rak itu lumayan tinggi terhitung hampir satu minggu mega menempati rumah itu, satu minggu menunggu Abdi datang itu sangat lama di rasa Mega. Ia baru menikah dan baru pertama kalinya di tinggal untung Ayu beberapa hari ini ada di rumah menemaninya karena Ayu ada finel test di universitasnya jadi dia harus Ke Banjarbaru.

Mega melamun memandangi buku yang berjejer rapi di rak buku.

"mba kenapa? " panggil Ayu ketika melihat Mega melamun sambil memandangi rak buku.

"tidak apa-apa " jawab Mega, Ayu mendekati Mega yang dari tadi berdiri di dekat rak buku yang di pandangnya tanpa minat.

"mas Abdi belum nelpon sama sekali? " tanya Ayu yang melihat kegelisahan di wajah cantik Mega.

"belum" jawab Mega nada suaranya terdengar lemah.

"mungkin masih sibuk, biasanya juga seperti ini kalau mas Abdi ada tugas" kata Ayu memberikan ketenangan kepada Mega.

"nanti kalau sudah jadwalnya agak longgar dia pasti menelpon" kata Ayu lagi berujar, memberikan angin segar untuk Mega.

Terus terang apakah Mega sanggup berlama-lama dalam posisi seperti ini hatinya mulai menggelitik untuk mengeluh, tapi ia manusia biasa yang juga tak mampu menaham amarahnya.

Ayu duduk di dikursi didalam ruangan itu sementara Mega mengambil satu buah buku untuk ia baca. Belum sempat 1 lembar Mega menyelesaikan bacaannya Hp yang Mega letakkan di meja bergetar tanda panggilan pasuk.

tertera di layar itu nama Abdi, Mega langsung mengangkat telpon itu terdengar salam dari seberang sana.

"Mega.. Assalamualaikum " kata Abdi di seberang sana, rasanya Mega mau menangis ketika mendengar suara laki-laki yang beberapa hari ini mengoyak fikirannya tanpa kabar sedikitpun. Salam yang di lontarkan Abdi tak mendapat balasan dari Mega hingga Abdi memanggil lagi.

"Mega.. Mega kamu mendengar saya? " tanya Abdi lagi, tetap tak ada sahutan yang keluar dari mulut Mega.

"Mega.. kamu masih di sana? " tanya Abdi lagi mengulang pertanyaannya.

"kenapa baru telpon sekarang? " tanya Mega, ia dari tadi sudah menaham air matanya yang mau jatuh, apakah Abdi tidak ingat dengannya ia di tinggal tanpa kabar oleh laki-laki ini.

"maaf! saya benar-benar tidak ada waktu istirahat inipun untuk menelpomu saya menggunakan waktu setelah sholat ashar" terang Abdi di seberang sana.

"Ayu masih ada di sanakan? " tanya Abdi memastikan adiknya menemani Mega.

"iya" sahut Mega pelan

"kamu sehatkan? " tanya Abdi

"iya " jawab Mega lemah

"makan yang teratur, kurangi bergadang jangan paksakan diri kalau pekerjaan belum selesai kamu juga perlu istirahat " nasehat Abdi kepada istrinya itu.

"iya, kapan pulang? " tanya Mega

"saya akan pulang dalam dua hari ini, jaga diri kamu baik-baik! " pesan Abdi yang di angguki oleh Mega padahal anggukan Mega itu tak bisa di lihat oleh Abdi.

"saya tutup dulu, ini mau persiapan apel, assalamualaikum " kata Abdi yang dapat balasan dari Mega.

"Waalaikum salam " sahut Mega telpon itu terputus tapi setidaknya Mega lega Abdi sudah memberi kabar kepadanya setidaknya Mega tidak buta akan kabar suaminya.

Siang itu berlalu seperti biasanya sunyi tak ada pembicaraan yang berarti dengan Ayu, Mega memutuskan untuk kekamarnya setidaknya ada sesuatu yang ia kerjakan hingga malam tiba dan siang datang seperti biasa agar ia tidak mati kebosanan.

***

setelah pulang dari kantor Mega memutuskan untuk sedikit istirahan karena ia sangat lelah, hari ini Bimtek BOS yang tidak dapat di wakilkan oleh orang lain karena ini berhubungan dengan penyusunan laporan 4 triwulan.

Ketika punggung ini di rebahkan rasa nyaman menelisik, setelah sholat ashar itu terlalu banyak godaannya salah satunya mengantuk kepala Mega terasa pusing ketika menahan kantuk yang datang menyerang hingga Ketukan di pintu kamar terdengar bertubi-tubi dengan langkah gontai Mega berjalan untuk membuka pintu kamar itu karena tadi ia menguncinya.

"Ayu ada apa? " tanya Mega melihat Ayu berdiri di ambang pintu kamarnya.

" Ayu harus pulang hari ini juga, ibu lagi sakit" kata Ayu, Mega melihat kegelisahan di wajah Ayu.

"saya temani kamu pulang ya! " pinta Mega

"tidak usah mba... besok mba kerja kan? Ayu pulang sendiri saja"

"tapi takutnya ibu kenapa-kenapa kalau kamu pulang bareng saya itu lebih gampang dan ibu juga tidak khawatir kamu di jalan sendirian " terang Mega tapi Ayu bersikeras untuk pulang sendiri saja.

"tidak apa-apa mba Ayu pulang sendiri saja, tapi mba tidak apa-apa di rumah sendirian? " tanya Ayu kepada Mega

"tidak apa-apa " jawab Mega cepat

"kalau begitu Ayu pulang dulu ya! " pamit Ayu sambil berjalan ke arah luar membawa tas ranselnya. ia menggunakan motor untuk perjalannya kali ini memakan waktu empat jam di tempuh menggunakan motor.

Setelah berpamitan, melepas peluk Ayu langsung pulang menggunakan motornya membelah jalan raya.

****

avataravatar
Next chapter