6 Lima Belas

Pagi ini Mega bergegas untuk berangkat pagi, Abdi juga demikian ia sudah siap dengan seragamnya untuk berangkat, Abdi mengajak Mega untuk berangkat bareng dan tentunya Mega mengiyakan ajakan langka yang di tawarkan Abdi kepadanya.

"sudah siap? " tanya Abdi ketika melihat Mega keluar rumah membawa tas dan menjenteng sepatu berhak lima senti.

"iya" sahut Mega yang sudah memakai sepatunya, ia berjalan membuka pintu mobil bagian kiri dan ia duduk nyaman di kursi samping pengemudi. Abdi ikut menyusul masuk, duduk dengan rapi dan menstarter mobil itu tapi deringan telpon berbarengan dengan Abdi menyalakan mobilnya. Abdi merogoh Hpnya yang tadi ia masukan ke dalam kantong celananya.

Terlihat ekspresi Abdi berubah datar, ternyata itu panggilan dari atasannya meminta ia untuk datang lebih cepat karena adahal yang harus di bicarakan.

Setelah telpon itu di tutup dengan hormat Abdi mengalihkan pandangannya ke pada istrinya. Ada guratan bingung di wajah Mega sementara Abdi sibuk berfikir untuk menjelaskan.

"ada apa? " tanya Mega yang dari tadi masih melihat kebimbangan di wajah Abdi.

"Kapten Ditto menelpon, memintaku untuk.." belum juga Abdi selesai menjelaskan maksudnya Mega sudah berujar dengan hati yang sedikit kecewa.

"sudah tidak apa-apa Mega berangkat sendiri saja" terang Mega dan ia langsung ingin beranjak keluar dari mobil tapi pintu mobil tidak bisa di buka ternyata Abdi menguncinya secara otomatis.

"kenapa di kunci? Mega mau keluar" sahut Mega dengan hati yang masih di lumuti kekecewaan.

"Mega.. tolonglah jangan seperti ini! " pinta Abdi kepada istrinya itu.

"Mega sudah faham maksud mas Abdi jadi buka pintunya! " pinta Mega lagi dengan suara yang masih rendah.

"sudah Mega berangkat sendiri" pinta Mega dengan lembut dan menampilkan sebuah senyuman agar Abdi luluh hati dan membuka kunci pintu mobilnya dengan berat hati Abdi membuka kunci mobil.

"sini tangannya! " pinta Mega tapi Abdi malah memberikan tangan kirinya ke arah Mega.

"bukan yang ini, tapi yang itu" tunjuk Mega ke arah tangan kanan milik Abdi yang masih setia mengenggam ster mobil. Abdi mengarahkan tangan kanannya itu dan Mega mencium punggung tangan itu ada sedikit getaran di dada Abdi ketika Mega mencium punggung tangannya, perasaan nyaman menguasai hatinya, ia tak pernah sebelumnya mendapatkan perlakuan seperti ini tapi Mega sepertinya sedang berusaha merobohkan pertahanan hati yang Abdi kunci rapat-rapat.

Setelah itu Abdi bengung sendiri dan Mega keluar dari mobil ia langsung menuju garasi untuk mengambil motornya.

"assalamualaikum " pamit Mega dan di balas lembut oleh Abdi

"Waalaikum salam " sahutnya kaku

Abdi memandang perempuan yang baru saja keluar dari mobilnya saat ini mereka berusaha saling mengenal satu sama lain, saling memahami dengan kondisi.

***

Pagi itu Mega berangkat dengan hati yang masih cemberut, awalnya tadi Abdi berniat mengantarnya ke tempat kerja tapi tiba-tiba ada panggilan dari atasanya yang tak bisa ia hindari karena itu kewajiban akhirnya pagi tadi Mega mengurungkan diri naik ke mobil Abdi ia langsung membawa motor miliknya yang baru saja di belikan Abdi ketika melihat Mega harus pulang pergi naik angkot.

jam sudah menunjukkan pukul 07.15 Mega memarkirkan motornya dan berjalan cepat menuju kantor karena jam 07.15 itu sudah hampir telat ia datang ke sekolah.

"Mega" panggil salah seorang guru yang bernama Meldi.

"kenapa bu? " tanya Mega yang dari tadi sibuk membereskan debu yang menempel di komputer miliknya.

"bisa gantiin aku mengawas UTS? " pinta ibu Meldi kepada Mega, terlihat di wajahnya menaruh harapan agar dapat di gantikan oleh Mega.

"memangnya bu Meldi mau kemana? " tanya Mega

"aku mau ke KUA pengurusan nikah, sebenarnya sudah dari kemaren tapi aku selalu menundanya. Bapak ku sampai ngamuk Gara-gara aku selalu menunda pengurusan ke KUA. yah Mega tolong gantiin atau tukeran deh! " ajak Meldi untuk barter.

"baiklah" jawab Mega, sebenarnya juga banyak pekerjaan yang menanti tapi melihat teman sendiri memohon untuk di ganti jadwal mengawas, apa mau di kata meski awalnya agak berat Mega tetap melangkahkan kaki ke lantai atas untuk mengambil LJK dan soal yang akan di ujikan.

Ketika Mega masuk anak-anak sudah duduk dengan tertif, mereka membaca Al qur'an sebelum memulai ulangan hari ini.

Sebenarnya setiap hari sebelum pelajaran di mulai seluruh siswa-siswi rutin memnaca Al Qur'an dan di lanjutkan dengan hafalan surah pendek.

Waktu pembagian soal ulangan di lakukan, anak-anak siap dengan peralatan untuk menjawab.

Keheningan terjalin semua siswa-siswi diam menelaah soal yang baru saja di bagi, berbagai macam ekspresi yang mereka tampilkan, Mega duduk di meja guru dengan khitmad.

Kebetulan yang di ujikan sekarang adalah mapel matematika.

Awalnya para siswa sibuk menghitung terlihat dari beberapa perubahan ekspresi dari wajah mereka bahwa soal itu sangat sulit. Mega duduk di kursi pengawas dengan tenang memperhatikan setiap gerak-gerik siswa-siswi nya. Tiba-tiba ada seorang anak laki-laki bersuara memecah keheningan.

"Bu Mega.. " panggil salah satu murid laki-laki itu. Mega memandang kearah anak laki-laki itu untuk memastikan.

"Ada apa Dio? " tanya Mega yang penasaran dengan panggilan Dio.

"begini bu, ini soal matematikanya kok ngerjain kita ya, Dion kan datang kesekolah buat ngerjakan soal matematika tapi malah matematika yang ngerjain saya" kata Dion dengan polosnya.

Ingin sekali Mega tertwa dengan keluhan anak SMP ini.

"terus kamu bilang apa sama matematika yang sudah ngerjain kamu? " tanya Mega yang dari tadi ingin tertawa.

"saya bilang terimakasih " serempak semua siswa-siswi tertwa.Mega sudah tidak dapat menahan tawanya lagi.

"Dio kamu ini ada-ada saja" Mega geleng-geleng kepala menghadapi tingkah satu anak ini.

" ini ada satu lagi bu" kata Dio berujar.

"apa " kata Mega

"masa bu ada pertanyaan, begini bunyinya Andi berangkat dari kota A kekota B menggunakan sepeda motor, jarak dari kota A ke kota B 8 km berapakah putaran roda motor Andi untuk sampai ke kota B? " Dio berjeda sedikit dan Mega menyahut

"terus" kata Mega

"masa kita yang di suruh menghitungnya bukankah yang berangkat itu Andi, suruh Andi saja yang menghitung sepertinya dia lebih tau" kata Dio menggebu-gebu menjelaskan, sementara teman-temanya sudah memerah wajah mereka kerena menahan tawa yang hpir pecah.

"nanti kamu tanya saja ke guru matematika kalian, kenapa bawa-bawa kalian dalam masalah Andi!" pinta Mega di iringi dengan sedikit tawanya.

Kegiatan ulangan itu berlangsung dengan baik meskipun ada beberapa pertanyaan Dio yang masih membiat Mega ingin tertawa sendiri.

***

Azan zuhur berkumandang dengan merdu di mesjid sekolah, seluruh siswa-siswi mengantri untuk wudhu, sholat zuhur dilakukan dengan tertib oleh seluruh siswa-siswi.

Mega duduk dengan nyaman di ruangannya, setelah makan siang ia berencana untuk melanjutkan pekerjaannya lagi, sebab Zikri sudah teriak-teriak meminta SPJ yang belum lengkap. Mega heran melihat sepupunya itu senang bangat marah-marah.

Getaran di dalam tas mengalihkan perhatian Mega pada layar komputer miliknya. Sebuah chat wa masuk dan ajaibnya itu dari Abdi.

"sudah makan? " tanya Abdi lewat chatnya itu

Ada senyum terbit di wajah Mega mendapatkan chat seperti itu. ketika Mega ingin membalas chat itu tiba-tiba ada tepukan di punggung hal itu membuatnya kaget.

"hayo.. pacaran aja"

"eh ibu" senyum Mega mengembang.

"sudah makan belum? " tanya bu wakasek lagi

"sudah" sahut Mega

"bantu saya ya! " pinta bu Wakasek

Mega mengiyakan permintaan ibu wakasek itu, ternyata dia meminta bantuan untuk di temani belanja kebutuhan kantor.

****

avataravatar
Next chapter