7 Enam Belas

Sore itu hujan begitu derasnya membasahi jalanan tanpa terkecuali, bahkan petir juga tak malu-malu bersahutan kanan kiri. Mega memacu motornya membelah hujan, ia ingin agar cepat sampai kerumah tanggung kalau berhenti karena sudah basah. Sehabis rapat rakorda keuangan di Dinas Pendidikan Mega memutuskan untuk pulang.

Hujan yang begitu deras di tembus dengan paksa oleh Mega dan akhirnya ia sampai di rumah tepat pukul lima sore, karena hari sudah gelap lampu rumahnya tentu saja sudah menyala dengan terangnya. Mega dengan pelan-pelan memasukan motornya ke dalam garasi rumah mugil itu. Badannya basah kuyup, gemetaran karena sangat dingin, tangan Mega gemetar membuka gagang pintu depan karena mengigil akibat menembus derasnya hujan. Ia membuka pintu dengan perlahan memunculkan kepalanya di balik pintu. " apakah Mas Abdi sudah pulang? " pikir Mega ia tetap masuk kerumah setelah melepas sepatu dan menjentengnya menuju rak sepatu.

"kenapa hujan-hujanan? " Mega sangat kaget mendengan suara bariton yang khas di telinganya, jelas sekali Mega mengenali suara itu dan ketika berbalik badan untuk memastikan ekspresi apa yang di tampilkan suaminya itu. Jelas terlihat Abdi sangat tidak suka melihat penampilan Mega yang saat ini basah kuyup dan terlihat mengigil.

"tanggung kalau berhenti" jawab Mega berjalan mendekati Abdi. Mega terlihat mungil ketika berdiri di depan suaminya.

"sudah sana mandi! " perintah Abdi dengan penuh penekanan. Mega berjalan pelan menuju kamar tapi naas belum mencapai kamar miliknya untuk menaruh tas dan beberapa berkas yang ia bawa iya terpeleset lantai yang di injaknya licin akibat dari tetsan air dari bajunya yang basah.

Lumayan sakit dan jatuhnya cukup kencang, mendengar seperti sesuatu yang jatuh Abdi mengurungkan niatnya untuk masuk kebilik kerjanya dan mendatangi sumber suara. Ia melihat Mega terduduk di lantai sambil mengelus kakinya yang sakit.

"kamu kenapa? " tanya Abdi yang tiba-tiba saja berjongkok di depannya. Mega melihat kekhawatiran di wajah suaminya itu.

"tidak apa-apa, cuman kepleset aja" sahut Mega pelan sambil menahan sakit pada pinggang dan kaki kananya.

"coba berdiri kalau tidak apa-apa! " pinta Abdi memastikan kata-kata istrinya itu. Tapi yang namanya jatuh pasti sakit dan jelas sekali Mega tidak dapat berdiri dengan sempurna ia malah berpegangan pada dinding kamar.

"bisakan" jawab Mega tapi Abdi melihat istrinya itu sedang menahan sakit.

"apa susahnya sih bilang sakit, saya bisa bantu kok" kata Abdi sigap mengangkat Mega kedalam gendongannya. Kaget yang di rasakan Mega ketika tubuhnya melayang dan bertengger manis dalam gendongan Abdi.

"Mega tidak apa-apa, sudah turunkan saja! " pinta Mega dan hal itu tak di gubris Abdi sama sekali.

"diamlah! " pinta Abdi

Ia membuka pintu kamar dan menutup lagi pintu itu.

***

Setelah sholat isha Mega melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai tadi, sebenarnya badannya agak kurang enak akibat hujan tadi tapi ia paksakan untuk pulang.

Sementara Abdi ada si ruang tengah sedang menikmati siaran tv, Mega sangat ingin bersantai sebentar tapi pekerjaannya belum selesai dan itu harus di selesaikan malam ini kalauenunggu besok takutnya tidak kelar-kelar.

Sesekali Mega bersin di antara seriusnya ia di depat labtop. Mata ini sudah sangat perih Mega sudah tak sanggup memaksakan matanya lagi untuk terus fokus di depan layar labtop. Ia berusaha berdiri dan berjalan menuju keluar kamar, Abdi masih dalam posisi yang sama yaitu memandang televisi Mega mendekat dan duduk di samping suaminya itu.

"kenapa? " tanya Abdi yang melihat istrinya duduk tenang di sampingnya.

"tidak apa-apa hanya ingin duduk di sini saja"

Abdi kembali fokus dengan tontonanya, sementara Mega mulai gelisah di antara duduknya. kediaman yang terjalin di antara mereka, bahkan Abdi masih fokus dengan apa yang dilihatnya di Tv sementara Mega sudah mulai mengantuk. Sebenarnya Mega memutuskan keluar kamar karena ia merasa takut sendirian di dalam kamarnya yang cukup luas itu. Ketika masih di kontrakan selalu ada Willy dengan celotehannya menemani Mega tapi kali ini rasa itu telah hilang sementara ia dan Abdi tidak terlalu dekat.

Mega mulai memejamkan matanya yang sejak tadi begitu berat tapi takut tidur sendiri. Ia memposisikan kepalanya di bahu kiri Abdi mencari tempat aman untuk menyenderkan kepalanya yang sejak tadi terasa pusing. Tenggelam dalam tidur sambil duduknya, melihat istrinya diam saja duduk di sampingnya Abdi menolehkan kepalanya ke samping dan mendapati istrinya tidur dengan nyaman dengan cara menyenderkan kepalannya di bahu kirinya.

Sebuah senyum terbit di bibirnya, sebenarnya tadi Abdi ingin bicara dengan istrinya ini ternyata wanita ini malah tidur. Abdi sedikit menggeser tubuhnya agar istrinya itu dapat tidur dengan nyaman. tapi melihat posisi tidur istrinya Abdi merasa tidak tega dan mengangkat perempuan itu untuk pindah ke kamar.

Setelah Mega tidur dengan nyaman di kasurnya Abdi keluar kamar lagi untuk mengbil wudhu sebelum tidur, ia menuju kamar mandi yang ada di dapur karena sekalian ingin mengambil minum. Ritual wudhu itu sudah selesai ketika membuka pintu ia kaget melihat Mega berdiri gelisah di tengan ruangan dapur, terlihat ada guratan ketakutan di wajahnya.

"Mega kok bangun lagi? " tanya Abdi, Mega masih dalam ekspresi ketakutannya.

"kenapa di tinggal? " tanya Mega yang hampir menumpahkan airmatanya. Abdi mendekat ke arah Mega.

"saya cuma mau wudhu sebentar jadi.. " belum selesai Abdi mengatakan alasannya Mega sudah memotongnya.

"saya takut di situ" jawab Mega, rasanya Abdi ingin sekali tertawa mendengar pengakuan Mega tapi ia berusaha mati-matian untuk tidak tertawa.

"iya maaf" kata Abdi lagi berujar.

"sudah ayo tidur lagi! " ajak Abdi kepada istrinya itu dan mendapat anggukan dari Mega, inilah sisi dari Mega yang baru Abdi.

Abdi berjalan lebih dulu dan di iringi oleh Mega sampai di depan pintu Abdi membuka pintu itu meminta Mega untuk masuk. Benar saja kamarnya terlihat senyap dan itu sukses membuat Mega ketakutan.

Mega naik ke atas ranjang, merebahkan tubuhnya dengan nyaman dan Abdi juga melakukan hal yang sama.

Mega berusaha memejamkan matanya tapi sepertinya mata ink tak mengantuk lagi karena saat ia bangun tadi kamar begitu sepi. Mega bolak-balik dari tadi dan itu sangat mengganggu Abdi yang ingin mendapatkan jatah istirahanya.

"sini tangannya! " pinta Abdi ketika ia sudah memiringkan badannya menghadap ke arah Mega.

"untuk apa? " tanya Mega yang merasa ganjil dengan sikap Abdi.

"Saya butuh istirahat Mega.. kalau kamu bolak-balik terus dari tadi kita tidak akan bisa tidur" kata Abdi berujar

"sini tangannya! " pinta Abdi lagi dan Mega mengarankan tangannya ke pada Abdi dan di sambutnya tangan istrinya itu. Genggaman tangan Abdi cukup hangat dan Mega merasa terbuai.

"cepat pejamkan matamu, saya di sini" perintah Abdi seketika dan Mega memejamkan matanya, berusaha percaya dengan apa yang di katakan Abdi dan hal itu sukses membuat Mega terbang kedalam mimpinya tidur dengan nyaman dan Abdi juga tertidur.

***

Pagi yang cerah matahari bersinar mengiringi langkah Mega menuju tempat kerjanya, kali ini tumpukan kertas PSB bertengger manis di meja miliknya dan itu akan di rekap hari ini. Sebenarnya Mega kurang enak badan tapi ia tetap memaksakan untuk berangkat demi menyelesaikan pekerjaan yang tertunda dan epek dari hujan kemaren masih ia rasakan.

"assalamualaikum bu Mega" sapa Dio yang baru saja datang dan menyempatkan untuk mampir ke ruang tata usaha.

"Waalaikum salam" jawab Mega dengan senyum sumringahnya.

"ada apa? " tanya Mega

"tidak ada apa-apa hanya ingin ketemu ibu saja" tawa Dio menghiasi pagi kali ini.

"ah tidak mungkin" sahut Mega tidak percaya.

"aduh bu Mega kapan sih anda percaya sama Dio" kata Dio berusaha menyakinkan gurunya itu.

"Bu Mega" panggil Dio lagi

"apa" sahut Mega yang masih sibuk menyusun kertas yang bertumpuk-tumpuk di meja miliknya.

"Dio mau tanya, " Dio berjeda sebentar kemudia melanjutkan lagi "Dio ini ganteng atau tidak bu? " tanya Dio tanpa dosa sama sekali.

"mau tau" sahut Mega, Dio mengangguk dengan semangatnya.

"sana ngaji dulu! " perintah Mega

"yah bu Mega... " sahut Dio yang pergi sambil membawa rasa kesalnya karena pertanyaannya tidak di jawab Mega.

"kenapa lagi toh si Dio? " tanya Bu Meldi yang saat itu masuk ke ruangan tata usaha.

"bikin ulah lagi? " tanya bu Meldi

"biasalah bu" sahut Mega dengan santainya

Pagi itu Mega habiskan untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tadi malam belum selesai dan sekarang di hadapanya setumpuk berkas PSB yang meminta untuk di rekap.

Hari ini Mega benar-benar sibuk turun naik tangga padahal kakinya masih terasa sakit akibat jatuh kemaren tapi ia tak mungkin berleha-leha dengan santai karena pekerjaan adalah amanah yang akan di pertanggungjawaban di akhirat kelak.

****

Martapura

kalsel

avataravatar
Next chapter