18 Dua Puluh Tujuh

Siang itu setelah sholat zuhur seluruh anak-anak makan siang, beberapa kesibukan benar-benar menyita waktu makan siang yang harusnya di dapatkan Mega, tumpukan kertas makin menggunung, laporan keuangan sudah di minta Dinas pendidikan tanpa belas kasih karena mereka juga memerlukan laporan itu.

"belum selesai Mega? " tanya Willy yang kebetulan juga ada di sana.

"masih banyak Will, bahkan ini ada beberapa spj yang belum selesai dan masih dalam tahap pembuatan kwitansinya" keluh Mega

"yang sabar ya sahabtaku! " kata Willy memberikan suntikan semangat untuk sahabatnya.

"dari ujung kepala sampai ujung kaki, aku selalu sabar meskipun verifikatorku begitu menyebalkan" sahut Mega yang langsung dapat respon tawa dari Willy.

"aku mau makan duluan, kamu bagaimana? " tanya Willy mengalihkan pembicaraan

"nanti saja setelah ini selesai semuanya "

"aku duluan ya! " sahut Willy yang mulai berjalan dan menghilang di belokan ruangan, Mega masih berkutat dengan kesibukannya tapi perut mulesnya mengganggunya hingga ia dengan cepat berlari ke arah toilet yang terdekat.

Setelah menuntaskan panggilan alam yang tak dapat di hindari Mega merasa heran melihat kelas paling ujung terlihat ada yang berbicara karena penasaran dia memutuskan untuk berjalan mendekati kelas yang paling ujung itu jam makan siang hampir selesai.

Mega membuka pintu kelas yang sedikkt terbuka ternyata ada beberapa anak-anak di dalam tapi gelagat mereka mencurigakan.

"kenapa masih di kelas tidak makan siang? " tanya Mega

"kalian ngapain di dalam kelas? "

"cuma istirahat aja bu tidak ngapa-ngapain" sahut anak laki-laki yang duduknya agak ujung dia sambil memakan makan siangnya yang di bawa dari rumah. Setelah selsai dari kelas itu ada salah seorang siswi yang menghampiri Mega dia seperti agak ketakutan ada sesuatu yang ingin dia bicarakan tapi ada sinar takut dimatanya.

"ada apa Saira? " tanya Mega kepada Saira

"ibu mereka pacaran di kelas" jawab Saira

"siapa? " tanya Mega penasaran dia langsung mengikuti langkah mungil Saira menuju kelas yang ada di ujung agak jauh dari kantor guru dan kepsek tepatnya ada di lantai bawah. Ternyata ketika Mega berdiri di ambang pintu terlihat jelas ada beberapa orang di dalam kelas itu hanya saja mereka duduk dalam batas kewajaran tapi tak terlihat mereka sedang pacaran atau melakukan hal lain.

"kalian ngapain? " tanya Mega

Semua mata serempak melihat kearah Mega mereka berusaha menutupi kejadian sebenarnya.

"kami tidak ngapa-ngapain bu" sahut Dio yang juga ada di kelas itu.

"ikut saya semuanya! " pinta Mega tegas kepada seluruh anak yang ada di kelas itu. Terlihat dari wajah-wajah mereka kekhawatiran yang tergambar jelas. Mega menggiring anak-anak itu ke ruangan BK karena guru Bk mereka harus tau serta saksi yang bilang kalau mereka sedang pacaran juga di hadirkan dk tempat itu.

ada sekitar 4 pasang anak-anak yang ada di sana semuanya diam membisu. sebelum mengkalaim mereka telah berpacaran dia harus tau dulu apakah info ini benar atau tidaknya.

"sakarang kalian ibu tanya, apa yang kalain lakukan tadi di kelas? " tanya Mega, serempak mereka semuanya diam.

"kalian pacaran? " tanya Mega lagi, ada beberapa reaksi yang mereka tampilkan.

"kami tidak pacaran bu, saya sama ota lagi membahas soal matematika " sergah Aira yang juga terciduk di dalam kelas.

"benar itu Ota? " tanya Mega lagi memastikan apakah yang di bilang Aira itu benar atau hanya berusaha mencari jalan aman untuk menutupi hubungan mereka.

"benar bu, tadi saya ke kelas Aira cuma mau belajar soal matematika karena saya pikir tadi di kelas banyak orang jadi tidak apa-apa kalau di kelas saja membahasnya" jawab Ota panjang lebar dan mega tak melihat ada kegugupan atau kebohongan yang tersirat di mata dua orang yang membela dirinya karena merasa tidak bersalah.

"Bagaimana bu Nurul? " tanya Mega untuk memastikan guru Bk itu juga sependapat dengan pikiran Mega bahwa Aira dan Ota tak termasuk dalam ranah virus merah jambu yang sekarang mulai mewabah anak bangsa terutama anak-anak yang masih sekolah mereka bahkan tidak tau akibat apa yang mereka dapatkan ketika pacaran sudah menjadi candu mereka.

"saya rasa apa yang di katakan mereka berdua bisa kita percaya tapi jika ada bukti mengarah bahwa kalian memiliki hubungan ibu akan kembali memanggil kalian" kata bu Nurul berujar, memang terdengar kejam tapi beginilah cara yang ampuh untuk menyelamatkan generasi muda.

"kami tidak bohong bu " sahut Aira mantap dan juga mendapatkan anggukan dari Ota.

"kalau begitu kalian boleh pergi, kembali kekelas kalian masing-masing untuk pelajaran matematikanya kalian bisa mengajak bu Riris selaku guru matematika kalian untuk menemani agar tidak terjadi lagi hal yang seperti ini" kata Bu Nurul

"baik bu" sahut Aira dan Ota berbarengan mereka berdua pun berdiri untuk meninggalkan ruang Bk tak lupa mereka berdua juga mengucapkan salam ketika meninggalkan ruang itu bagi Aira karena dia perempuan jadi dia berpamitan sambil mencium punggung tangan kedua gurunya itu.

"sekarang tinggal kalian,Dio ada yang ingin kamu sampaikan? " tanya Bu Nurul ketika melihat gelagat gelisah Dio, tak ayal ketika namanya di sebut Dio hanya tersenyum masam karena sudah terciduk saat ini.

"shinta, Aziz, Remi kalian ngapain tadi? " tanya Mega tak sabar untuk mendengar penjelasan mereka.

Semuanya diam dengan kepala menunduk tak ada yang berani membela diri sampai-sampai bu Nurul mengancam untuk melaporkan ke kepala sekolah kalau mereka tidak mau juga buka mulut.

"apa perlu saya giring kalain ke ruangan kepsek? " ancam bu Nurul hal itu membuat semua anak berbicara serempak untuk tidak di bawa ke ruangan kepsek yang pastinya akan berbuntut panjang..

"kalau kalian tidak mau bicara tidak ada pilihan lain lagi, ibu tanya sekali lagi apa yang kalian lakukan di kelas tadi.... pacaran? " tanya Mega ikut menimpali

"diam kalian seperti ini sudah membuktikan kalau kalian pacaran di kelas tadi" sergah bu Nurul.

"iya bu kami... kami pacaran " sahut Remi yang mulai ketakutan.

"sudah berapa lama ini? " tanya bu Nurul

"sudah dua bulan" jawab Shinta, mendengar itu bu Nurul dan mega kaget luar biasa dan hal ini di luar kesanggupan mereka untuk mengetahui apa saja yang mereka lakukan, kalau di sekolah mungkin bisa di minimalisir tapi kalau di rumah tergantung orang tua masing-masing.

"tapi kami tidak ngapa-ngapain bu" sahut Dio

"kalau tidak ngapa-ngapain, ngapain pacaran" sahut Mega cepat

"tidak ada untungnya kalian pacaran cuma bikin dosa setiap hari, kalain tidak kasian dengan orang tua kalian. mereka berharap kalian jauh lebih baik dari pada generasi yang lain makanya mereka rela bayar mahal demi bisa masuk ke sekolah ini agar ahklak kalian terdidik dengan baik, tapi apa balasan yang kalian berikan. pacaran... apa coba untungnya pacara itu." Mega tidak habis pikir apa keuntungan yang mereka dapat Ketik pacaran.

"kami ngaku salah bu" jawab mereka serempak, sementara bu Nurul sudah tidak bisa berkomentar apapun.

"kalau begitu kalain putus sekarang! " pinta bu Nurul

"Dio, Shinta, Aziz Dan Remi kalian dalam pemantauan ibu untuk sekarang" kata bu Nurul berujar.

"sudah bu Nurul kasi hukuman saja, ibu pinta kalian hafalkan surah at takwir dan besok sudah kalian setorkan ke ibu kalau kalian besok tidak menyetorkan hafalan itu saya dan bu Nurul akan menambah hafalan itu lagi" kata Mega berujar.

"wah itu kepanjangan bu" keluh Aziz

"kalau begitu ibu tambah lagi" sahut Mega cepat.

"jangan" sahut Dio dan Shinta berbarengan.

"kalian harusnya mikir pacaran itu dosa kenapa di lakukan, asal kalian tau segala sesuatu yang di mulai dengan pacaran itu tidak akan berakhir baik sudah banyak contohnya kalau pacara itu merugikan" kata bu Nurul

"kalau begitu kalian putus sekarang dan tidak ada kata pacaran lagi! " pinta Mega.

Meski berat hati akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang sudah mendekati dosa ini, tapi Mega dan bu Nurul masih belum puas sepertinya masih ada beberapa anak yang menjalin hubungan tanpa sepengetahuan mereka.

Sepeninggal anak-anak itu Mega dan bu Nurul masih menyusun rencana untuk menciduk anak-anak yang terkena virus merah jambu.

***

"bu Mega pulang duluan ya" kata bu Nurul berujar katika berpapasan dengan Mega yang baru saja keluar dari mesjid.

"langsung pulang bu Nurul? " tanya Mega

"iya, soalnya ada yang di kerjakan di rumah. saya duluan ya bu Mega"

"iya, silahkan"

Sesampainya di ruangannya Mega membereskan beberapa berkas yang perlu dia bawa pulang dan di kerjakan di rumah terutama laporan Bos yang sudah di minta Zikri dari kemaren.

Sesampai di rumah hari sudah sore dan tidak di sangka Abdi sudah pulang lebih dulu.

"tumben pulang lebih cepat" pikir Mega katika berdiri di ambang pintu rumahnya melihat suaminya seperti sedang mengerjakan sesuatu Mega ikut berjongkok di dekat Abdi.

"apa itu? " tanya Mega

"paket" sahut Abdi

"dari siapa? " tanya Mega penasaran

"tidak ada nama pengirimannya" kata Abdi

"coba sini " pinta Mega dan langsung berinisiatif untuk membuka paket itu setelah paket itu terbuka Mega agak bingung karena di dalam kotak ada kotak kecil lagi. Dia makin penasaran dan membuka kotak yang di sangkata itu yang terakhir. Sungguh isi didalam itu membuat Mega kaget tak terkira.

"astagfirullah " teriaknya dan langsung melempar paket itu.

"ada apa? " tanya Abdi, dia dapat melihat kekagetan yang lauar biasa hingga tangan istrinya itu bergetar. Abdi dapat melihat paket itu yang isinya seekor tikus mati yang masih meninggalkan darah segar di dalamnya.

"sudah... tidak apa-apa! " pinta Abdi sambil membawa perempuan itu kedalam pelukannya.

Mega mulai terisak tangisannya pecah dalam pelukan suaminya itu dia begitu kaget luar biasa siapa yang tega mengirimkan itu kerumahnya dan untuk tujuan apa. Abdi juga bingung tiba-tiba mendpatkan paket tanpa pengirim.

***

"apa kira-kira dia sekarang ketakutan" kata perempuan yang berbaju biru dia baru saja mengirim paket untuk menggangu kehidupan Mega.

"sudah pasti aku kenal baik dengan Mega dia pasti akan sangat ketakutan " kata perempuan berbaju merah yang menjadi lawan bicaranya.

"dia harus di ingatkan atas dosa yang telah dia lakukan" sahut perempuan yang barbaju merah

"tapi Dhea kamu sudah janji untuk membantu ku memisahkan Abdi dengan istrinya itu,kamu harus ingat itu"

"itu pasti Tania kamu tenang saja, sebelum kita ke tahap itu yang menjadi penghalang berat kamu itu adalah Mala dia pasti akan melakukan segala cara untuk menjauhkan mu dengan Abdi, kita akan mulai dari Mala dulu saat ini Mala sudah benar-benar hancur aku hanya meminjam tangan Maria untuk menghancurkan Mala, setelah Mala hancur untuk menyingkirkan Mega itu perkara gampang"kata Dhea berujar penuh dengan misteri. Entah dosa apa yang telah di lakukan Mega hingga orang yang bernama Dhea ini bergitu berkeinginan untuk menghancurkan hidupnya ada apa di masalalu Mega hingga perkara itu terbawa sampai sekarang.

Sementara Tania orang di masalalu Abdi siap untuk kembali tapi apakah Abdi siap dengan kedatangan orang yang paling menyakiti hatinya orang yang membuat dia menutup hati untuk perempuan manapun hingga datang lah perempuan yang bernama Mega mengonyak benteng hatinya yang dulu dia pagari tinggi dan kuat kini perlahan mulai runtuh dengan sifat manis dan polos Mega yang di luar dugaan Abdi.

***

avataravatar
Next chapter