17 Dua puluh Enam

Riak rintik hujan membasahi bumi, hari menjelang sore kesibukan yang menguras tenaga sepertinya akan terbayar dengan istirahat. Mega bergegas untuk pulang sebelum hujan makin lebat, rasa lelah benar-benar telah menggelayuti perasaan Mega belum lagi Abdi yang sampai dekit ini masih bungkam tentang perempuan yang ada di hatinya. Mega merasa terkesan seperti perempuan tak tau diri dia sangat malu ketika menanyakan siapa yang di cintai suaminya itu tapi justru jawaban Abdi tidak memuaskan dahaga Mega dia meninggalkan pembicaraan dengan tanda tanya besar.

Mega tak mau ambil pusing lagi dengan urusan itu mungkin Abdi hanya ingin mempelajari hatinya sebenarnya untuk siapa.

Ketika sampai di ambang pintu rumah dan membukanya lagi-lagi rumah itu terlihat sepi dan sunyi seperti sebelumnya.

Abdi baru saja menelponnya bahwa dia akan pulang mungkin lebih malam dari sebelumnya.

Mega meletakkan tas dan barang bawaannya di sofa ruang keluarga dia mendudukan dirinya di sofa itu matanya menerawang jauh "inikah kehidupan yang telah dia pilih" hembusan nafas. Air mata bening menetes membasahi pelupuk mata.

Dengan gontai Mega melangkahkan kaki menuju kamar mandi dia harus segera menyiapkan makan malam.

Setelah selesai dengan ritual mandinya yang cukup lama sebab air dingin cukup menenagkan kesegaran terpancar dari wajah putinya. Mega bersiap untuk melaksanakan sholat Magrib saat ini belum ada tanda-tanda suaminya itu akan pulang. Mega memutuskan untuk memasak dulu menghilangkan rasa takut sendirian di rumahnya yang mulai terasa.

***

Makanan itu tersaji dengan cantik di atas meja tapi Abdi belum juga ada tanda-tanda pulang. Mega menuju kamarnya untuk mengambil Hp miliknya dan menekan panggilan untuk suaminya itu tapi dia harus menelan kekecewaan sebab panggilan itu terputus tanpa ada sahutan dari orang yang diinginkan.

Tanda waktu sholat isya sudah tiba Mega menutup makanannya dengan penutup saji dia melangkah untuk melaksanakan sholat isya. Selesai melaksanakan ritual sholatnya Mega keluar kamar lagi-lagi kesunyian yang dia dapatkan. Dia mendudukan dirinya di sofa dan menyelakan Tv agar tak ada kesunyian yang di rasakan. Tayangan demi tayangan tak ada yang memuaskan hati Mega memutuskan untuk menunggu Abdi tapi seiring berjalannya waktu rasa kantuknya mulai datang padahal perutnya belum di isi apapun dari tadi siang.

Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 Abdi berusaha memanggil istrinya itu tapi tak ada sahutan dari dalam rumah padahal Abdi yakin istrinya itu ada didalam karena sudah terlalu malam Abdi memutuskan untuk membuka pintu rumah menggunakan kunci cadangan yang selalu dia bawa.Hujan sudah mulai reda katika dia mulai sampai di rumahnya tapi rasa dingin dan basah akibat hujan saat latihan tadi masih menyisakan di sekujur tubuh Abdi.Dia merasa saat ini membutuhkan mandi air hangat,ketika langkah kakinya sampai di dekat sofa Abdi melihat istrinya tidur meringkuk di dalam selimut tebal di atas sofa sepertinya wanitanya itu sudah tertidur.

Abdi membiarkan Mega tidur di sana sementara dia ingin mandi dulu.

***

Selesai Mandi Abdi masih mendapati Mega tidur dengan nyaman di sofa. Saat dia mulai mendekati istrinya itu dia melihat ada bekas airmata yang sudah mulai mengering di sisi pipinya,Abdi mencoba memutuskan jarak dengan istrinya itu berjongkok begitu dekat dengan Mega tangannya pun terulur untuk menyentuh pipi Mega.

"Mega" panggilnya lembut tapi tak ada sahutan apapun dari Mega sepertinya dia begitu lelap dalam tidurnya. Abdi mencoba memanggil Mega lagi untuk membangunkan perempuan itu.

"Mega" panggila Abdi sambil menyentuh pipi istrinya itu. perempuan yang sering dia tinggalkan sendiri di rumah.

Ada sebuah pergerakan halus dari bulu mata Mega dan akhirnya mata indah itu terbuka sempurna karena di tarik dari alam mimpi.

"kenapa tidur di sini? " tanya Abdi

"menunggu mas pulang tapi ketiduran " sahut Mega yang masih setengah sadar antara mengantuk.

"kita ke kamar ya" pinta Abdi dengan lembut

"mas sudah makan? " tanya Mega ketika dia sudah berhasil mendapatkan kesadarannya dan duduk manis di depan suaminya.

Abdi teringat tadi saat di dapur dia melihat tudung saji masih tertutup dan di sana masih ada makanan yang sepertinya belum di sentuh Mega sama sekali.

"apa kamu belum makan? " tanya Abdi sedikit khawatir, Mega genggeleng pelan sebenarnya dia menunggu lelaki ini pulang untuk makan bersama tapi sepertinya Abdi sudah makan di luar.

"saya temani kamu makan!" ajak Abdi sambil berdiri tapi Mega belum mau beranjak berdiri dari sofa itu hingga Abdi mendesaknya lagi untuk makan.

"Mega... ayo! kenapa masih bengong? "

"ah iya" sahut Mega sambil berjalan cepat mengikuti suaminya itu menuju dapur.

Mereka makan dengan dalam keadaan diam sementara Mega masih menyimpan rasa malunya ketika menatap mata suaminya itu, pertanyaan yang kemaren itu masih membuat dia merasa sangat malu dan malu.

"kapan jadwal liburan sekolah? " tanya Abdi karena dia tau Mega akan libur kbekerja ketika anak-anak di sekolah swasta itu libur.

"Minggu depan? " sahutnya pelan

"kamu mau pulang ke rumah ibu? " tawar Abdi yang langsung mendanpatkan anggukan dari mega.

"mau.. Mega mau pulang sudah kangen ibu dan ayah, apalagi kemaren dapat kabar kalau adek sudah melahirkan " sahut Mega antusias.

"saya antar kamu pulang tapi saya harus masuk kerja lagi hari seninnya, tidak apa-apa kalau saya tinggal kamu di rumah ibu soalnya dalam satu minggu itu saya ada tugas keluar kota"

"iya, tidak apa-apa " sahut Mega lemah dia mengahbiskan makanannya dengan cepat.

Abdi berjalan lebih dulu dan duduk di depan tv yang masih menyala ketika Mega tinggalkan tadi. Dia sibuk dengan tontonanya yang Mungkin menarik bagi Abdi sementara Mega duduk di dekat suaminya itu sambil membawa beberapa buku yang baru saja dia beli bersama Willy di toko buku tadi siang.

Mega sibuk dengan buku yang ada di depannya kadang dia tersenyum sendiri hal itu memancinga Abdi untuk melirik istrinya yang begitu asik dengan duanianya.

"kamu baca apa? " tanya Abdi

Tapi Mega tak mendengar itu karena dia fokus mengikuti alur cerita di dalam buku itu.

Abdi mendengus sebal karena tidak di hiraukan oleh Mega dengan jahilnya Abdi merebut buku itu dengan paksa hal itu membuat Mega kaget luar biasa.

"mas balikin ngak! " pinta Mega

"kamu terlalu fokus hingga tidak perduli dengan saya" kata Abdi yang masih menyimpan rasa kesalnya.

"Mega minta maaf ya.. balikin bukunya! " pinta Mega

"tidak" sahuy Abdi

Tanpa pikir panjang Abdi melempar buku itu ke pojok ruangan hingga buku itu tergeletak menggenaskan tanpa ampun bahkan terbuka sempurna ketika menghantam dinding.

"mas kok di lempar " Mega kesal dan langsung berdiri tapi hal itu terhalang dengan cekalan Abdi yang cepat ketika memprediksi ketika Mega akan berdiri. Dia menubruk isyrinya itu.

"mau apa? " tanya Mega panik ketika Abdi menggukungnya tanpa ampun, berusaha melepaskan diri juga percuka cekalan di bahu Mega terasa begitu kuat.

"kamu pikir saya mau apa? " tanya Abdi

"lepas" Mega berusaha untuk melepaskan dirinya ketika mulai terjepit antara tubuh suaminya yang bahkan tak bergeser sedikit pun ketika dia berusaha untuk melepaskan tangannya.

"bukankah kemaren kamu masih penasaran saya mencintai siapa? " tanya Abdi, Mega masih bingung sendiri.

"saya akan tunjukkan kepadamu saya mencintai siapa? " Saat Abdi sudah mulai mendekatkan wajahnya Mega panik dengan keadaannya sekarang yang terjepit di dalam kungkungan suaminya itu, sebenarnya Abdi mau menunjukkan dengan cara seperti apa.

Saat sudah semakin dekat Abdi mencondongkan wajahnya ke arah Mega terlpon di kamar berbunyi memecah suasana yang sudah di bangun, Abdi mengerjapkan matanya ketika menyadari telpon di kamar berteriak meminta untuk di angkat dan di depannya sekarang wajahnya begitu dekat dengan istrinya itu Abdi bangkit dan langsung menuju kamar arah suara telpon yang mengganggunya tadi.

***

Speninggal Abdi, Mega bengong sendiri dia berusaha untuk menormalkan detak jantungnya yang hampir melompat dari sarangnya.

"apa yang ingin di lakukan lelaki itu tadi" keluh Mega, tapi tak ayal hal itu membuat Mega menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman manis. Mega kemudian mengambil bukunya yang tadi di lempar suaminya tanpa ampun.

"kasiah kau buku jadi sasaran" keluh Mega ketika menemukan beberapa lecet di permukaan buku yang baru saja dia beli. Dia meletakkan buku itu di atas meja lalu mematikan tv dan bersiap untuk tidur karena hari sudah sangat larut ketika Mega memasuki kamar Abdi masih sibuk dengan telponnya tadi. Mega bersiap untuk tidur dia merabhkan tubuhnya dengan nyaman tapi dia malah belum bisa memejamkan matanya. Abdi meletakkan hp yang menjadi tersangka pengganggunya tadi, dia melihat Mega gelisah mencari posisi tidurnya yang nyaman.

"masih belum bisa tidur? " tanya Abdi

Mega genggeleng sebagai bukti bahwa dia memang tidak bisa tidur.

"kamu tadi sudah tidur tapi saya bangunkan lagi" kata Abdi berujar.

"mas tidur di sebelah sana ya! " pinta Mega sambil menunjuk ke arah sisi kirinya yang kosong tempat biasanya lelaki itu tidur..

Abdi sedikit mengangkat alisnya, bohong kalau dia tidak tertarik dengan wanitanya itu. Abdi merebahkan tubuhnya di samping istrinya dan seperti biasa dia akan menggenggam tangan perempuan itu hingga dia terlelap dengan nyaman di sampingnya. Abdi memiringkan tubuhnya menghadap istrinya itu dan menarik Mega kedalam pelukannya serta menghadiahkan sebuah kecupan manis di kening wanita itu dia pun ikut tertidur menyusul kealam mimpi.

***

avataravatar
Next chapter