1 Vol 1.0

Semenjak kepergian ibu, aku hidup dengan ayah dirumah dua lantai dan mempunyai halaman luas ini.

Ia ayahku selalu memberikan apa yang ada dan bisa ia berikan kepada Ku. Aku menyanyangi dirinya, Ayah memberikan Ku yang terbaik.

Namun...

semenjak kepergian ibu aku menjadi pendiam dan hanya diam dirumah, aku begitu trauma. bagai mana tidak, ia meninggal di depan mata kepala ku.

jika aku mengingat itu aku akan merasa ketakutan dan mulai menangis dengan penyesalan yang tiada akhir.

"Silahkan masuk." ku dengar dari kejahuan ayah ku sedang ada tamu yang menggunjungi diri nya. tanpa disuruhnya aku pun bermaksud membuat minuman dan menyediakan makanan ringan, "Ini kopi nya." kata ku sembari meletakan kopi itu di meja. orang itu melirik ku dan dengan agak cangung ia berkata. "ini yang bapak bicarakan?" tanya ia dan mengambil segelas kopi itu lalu meminumnya.

"iya, ini anak gadis ku yang kita bicarakan tenpo dulu." kata ayah dan menyuruh aku duduk di sampingnya dan secara tak langsung kami pun saling berhadapan satu sama lainnya.

dari waktu itu, semuanya dimulai tentang perjodohan ku dengan Pak adi, teman kantor ayah ku, "Apakah kamu mau nak menikah dengan dia?" tanya ayah ku, awalanya aku berpikir dengan begitu lamanya, namun...

"Ayah selalu memberikan aku yang terbaik setiap aku butuhkan itu, bahkan jika aku hanya berpikir dan tak berkata apa pun, ayah tetap tau apa yang aku inginkan. bahkan aku tak bisa lagi berkata bahwa ayah tak baik, malahan ayah adalah ayah yang baik. Apa yang ayah perbuat untuk ku selalu saja yang baik, aku tak mempunyai kuasa untuk menolak itu, tapi jika aku menikah ayah mungkin kesepian, bisakah setelah aku menikah... ayah bergerak mencari nya agar aku tak selalu berpikir tentang ayah yang kesepian, tapi jangan gantikan ibu sepenuhnya dengan yang lain, Janji?."

ucap ku, Ayah pun tersenyum. sembari mengelus rambutku.

"Gimana Di?"

"Aku cukup senang mendengarnya, aku berterimakasih dengan Bapak, dan juga aku ingin berkata dengan calon istri ku ini, dan sebenarnya bapak sudah tau ini tentang aku yang sudah pernah menikah, namun gagal dalam hubungan itu, kamu memang bukan yang pertama namun, aku harap kamu yang terakhir untuk ku, Aku tak mempunyai Anak karena aku mandul, oleh sebab itulah aku ditinggalkan. Kamu bisa memikirkan ini nantinya dan membatalkan ini sebelum kita sudah bersama dan aku takut akhirnya kamu menyesalkan itu dan cerita itu terulang lagi."

ucap beliau lalu menyodorkan tangannya kami bersalaman dan itu kali pertamanya aku menyentuh tangan laki-laki semenjak kepergian ibu ku.

ia tersenyum tulus kepada ku diwaktu itu.

kisah kami dimulai disini, aku dan ia sepang manusia menjalin hubungan keluarga dengan jarak yang sangat jauh 13 tahun.

waktu itu umur ku menginjak 25 tahun sudah.

pernikahan kami berjalan lancar tanpa kendala diwaktu itu jadi aku tak akan menceritakan seluk beluk dari lamaran hingga hari pernikahan kami berdua namun, aku malu mengatakannya.

hampir seminggu ini ia tak sekali pun menyentuh tubuhku selayaknya pasangan yang baru menikah, bukannya aku mesum namun aku seperti merasa bukan istrinya saja, karena aku sama sekali belum disentuh olehnya.

"Arifah, aku tidur diluar ya, kalau ada yang ingin kamu lakukan dan minta bantuan dari ku, panggil saja aku."

ucapnya membawa bantal dan selimut lalu hendak keluar dari kamar.

entah dari mana aku mempunyai keberanian

aku pegang tangan nya, mencegah dirinya.

"Apakah aku benar istrimu?"

"Kamu tak peduli dengan ku, kamu selalu menghindari ku, memang aku bukan yang pertama dihatimu, namun kamu pernah bilang mungkin saja aku yang terakhir, kamu belum pernah menyentuh tubuhku selayaknya pengantin baru, apakah aku membawa beban di dirimu, aku ingin menjadi istri yang berbakti kepada mu, mungkin kita tak akan pernah punya keturunan, namun bisakah sampai tua kita selalu bersama dan menjalani semua ini?"

mendengar perkataan aku barusan membuat nya mendekati ku, dan untuk pertama kalinya ia mencium diri ku, ciuman itu begitu lembut lama aku terbuai dengan semua ini.

"Kamu cukup peka, dengan semua ini. Aku selalu menahan itu semua, walau pun aku sangat ingin melakukannya... jadi persiapkan dirimu."

lalu membaringkan tubuhku, dan melepaskan pakai'an ku satu persatu ia menciumi setiap yang ada diriku, hingga.

"tunggu... mungkin kamu akan kesulitan karna aku yang belum berpengalaman, bisakah kamu menuntun ku?"

ucapku dan ia lalu mencium diriku

"Tahan ya."

ucapnya lagi dan memulai semua itu.

"sakit pak!!! PERIH!"

teriak ku kesakitan, ia terus saja mendorong itu dan hanya berkata tahan, Sangat sakit diwaktu itu hingga.

akhirnya ke gadisan ku, ku lepaskan kepada peria yang umurnya selisih 13 tahun dari ku.

saat itu semua dimulai aku memeluknya dengan kehangatan yang ia berikan.

avataravatar
Next chapter