17 St. Petersburg, Russia ( 4 )

Text whatsapp grup

Mia

[" guys, aku tunggu kalian di Commode Jazz Clubs pukul 16.00, besok pagi aku akan terbang kembali ke Germany bersama Yura. See u Soon " ]

Joseph

[" Sampai ketemu di CJ "]

Olga

[" k " ]

Valter

[" Aku akan disana dengan Jade. "]

Joseph

[" Sepertinya kita akan merayakan sesuatu 🤣 "]

Olga

[" Sesuatu terjadi ? 👀"]

Mia

[🥳🥳🥳 " ayo lah Valter, sebaiknya kamu jujur " 😋👏👏 ]

Valter

[ 😊 ]

-

Valter dan aku baru saja tiba di Commode Jazz Clubs, suasana nya relax, dengan fasilitas lengkap, kamu bisa karaoke, board game, nonton film, nonton live music jazz, bahkan perpustakaan.

Jenis minuman yang tersedia juga lengkap, dari koktail sampai berbagai merk minuman keras. Orang Russia sangat suka Vodka, bahkan mereka memiliki Museum of Russia Vodka.

Kami disambut oleh Mia, Yura dan Olga yang memberi selamat atas resmi nya Aku dan Valter.

" Aku ikut senang dengan kabar hari ini ." Bisik Mia di telingaku sambil melirik ke arah Valter dan mengedipkan mata.

" Terima kasih Mia ". Sahutku sambil tersenyum dan tersipu.

" Aku menunggumu di Germany. " bisik Mia lagi.

Ini malam perpisahan buat kami karena Mia dan Yura akan ke Germany esok hari. Olga pun akan pulang, Liana dan Joseph akan meneruskan perjalanan ke Moskow.

" Aku akan merindukan kalian ". Ucapku lirih.

Yura mendekat dan memelukku.

" Kita akan bertemu kembali Jade ." Sambung Liana menatap dan tersenyum hangat kepadaku.

" Kapan kalian akan meninggalkan St. Petersburg ? " tanya Joseph sambil memandang Valter.

" Kami akan ke Finland lusa. " Valter mengengam tanganku. Kami asyik bercerita, menikmati musik live musik Jazz.

Setelah puas mendengarkan musik live Jazz kami kemudian pindah ke area bar, waktu kami isi dengan memainkan game board " Dixit " sebagai tantangannya siapa yang kalah akan menenguk segelas Vodka.

Waktu sudah menunjukkan larut malam dan kami masih menikmati kebersamaan di Commode, nampak Yura dan aku sudah mabuk dan mulai ngelantur karena keseringan kalah.

Aku menyapu seluruh pandanganku ke setiap sudut ruangan di dalam Commode, kepalaku sedikit berat dan pusing, namun masih berada di kesadaran 60 persen, menurutku.

Tiba tiba mataku terhenti di sebuah sosok yang nampak familiar olehku, dia menatap lurus dan tajam, dan aku sempat memergokinya mengambil gambarku lewat kamera hp nya, ahhh...aku mengenalinya... dia orang yang sama ketika di kanal, di grocery dan di kedai makan. Aku yakin dan pasti. Ini bukanlah sebuah kebetulan ! Ini KESENGAJAAN !

" Hey... kamu ...STOP " teriakku dengan keras, seketika semua orang memandang ke arahku. Aku melangkah geram mendekatinya...aku merasa seperti berjalan diatas awan, tubuhku lebih ringan dari biasanya setelah minum vodka. hampir saja aku menangkap kamera hp yang di pegang orang itu kalau saja Valter tidak buru buru menarikku ke pelukannya dan menenangkanku.

" Maaf, dia hanya mabuk. " jelas Valter dingin ke orang tersebut sambil menyeretku pergi dari tempat dimana orang itu berada.

Aku tidak bisa meronta dan berteriak, pelukan Valter meredam kemarahanku. Aku tidak ingat apa apa setelahnya.

-

Aku membuka mataku perlahan, kepalaku terasa berat, dan tubuhku terasa pegal, seperti habis ditimpa 100 ton baja, aku melihat cahaya menyelinap dari gorden, aku berusaha mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.

Seketika aku baru sadar kalau aku tidak berada di apartemenku, dan Oh God, aku bahkan mengenakan tshirt yang tidak kukenal. Dimana aku?

Aku bergegas bangun walau badan terasa berat, di balik pintu kamar aku mencium aroma segar kopi, aku berjalan mencari asal aroma kopi dan menemukan Valter disana.

" Selamat Pagi Jade. " sapa Valter. Pagi itu Valter nampak segar dan sehat, aropa parfumnya mengatakan ia sudah mandi dan siap menjalani hari.

" Pagi ." sahutku pelan , aku menyeret tubuhku yang berat dan duduk di kursi meja makan tepat di depan Valter. Aku nampak berantakan dan baru saja bangun.

" Kamu mau secangkir kopi ? " tanya Valter

" Yes, please." Balasku lemah.

" Di mana aku Valter ? " tanyaku ingin memastikan

" Kamu di apartemenku, semalam kamu mabuk dan aku membawamu kesini ." jawab Valter.

" Apa maksud ini ? " tanyaku sambil menunjuk ke arah tshirt kedodoran yang kupakai.

" Oh itu, aku hanya mengantikanmu baju bersih, bajumu kotor dan bau alkohol tumpah. " sambung Valter, menuangkan kopi dari moka pot ( alat pembuat espresso manual ) ke cangkir.

" hmm..aku tidak ingat apapun... apakah kita ? " raut wajahku cemas dan panik.

" Tentu saja tidak. Aku bukan type orang yang memanfaatkan keadaan. " sahutnya santai.

" Terima kasih." sahutku pelan, sambil memandang ke ujung cangkir kopi yang di sodorkan Valter untukku.

Bagaimana bisa aku tenang, ketika kamu tanpa ijin mengantikan baju untukku , batinku dalam hati.

" Apa kamu baik baik saja , Jade ? " tanya Valter membuyarkan lamunanku.

" iya, aku baik baik saja, hanya badanku sakit... dan aku berusaha mengingat kejadian di bar. " sahutku.

" Btw, aku masih ingat jelas ketika aku berteriak... ada seseorang yang menguntitku, dan itu orangnya. Apa kau mengingatnya ? Dia orang yang sama yang hampir menabrakku ketika kita di grocery Murmansk, orang yang sama ketika antrian kasir di Teriberka, juga orang yang sama ketika bertemu di kanal di hari pertama aku berada disini. " ucapku penuh kecemasan.

" Apa kau yakin ? Kau sedang mabuk saat itu. " ucap Valter sambil berpikir

" Aku memang mabuk, kalaupun aku salah, mengapa dia mengambil beberapa gambarku , dengan hp ? " tanyaku lagi

" Apa kau punya kenalan di kota ini ? " tanya Valter

" Tidak sama sekali. " jawabku.

" hmmmm.. Sedikit aneh, tapi udahlah Jade, tidak usah terlalu cemas. Kau punya aku, aku bisa menjagamu. " tambah Valter.

" Jika kamu mau, kamu bisa bermalam disini sebelum kita berangkat ke Finland. " ujarny lagi.

" Iya, sulit untuk menerka. Bahaya bisa saja datang darimana saja. Terima kasih Valter . " ucapku lirih.

" Kamu membuat jarak, dengan mengatakan terima kasih. Bukankah aku bukan orang asing bagimu. Jika bukan, kamu tidak perlu mengucapkanya. Itu adalah kewajibanku. " balas Valter datar.

Pria ini memiliki sisi romantis yang berbeda, dingin, kaku tapi cukup menyentuh. Itu cukup !

Bayangan tentang pria penguntit itu terus menghantuiku, aku tidak pernah mabuk sebelumnya, cukup sulit untuk mengukur kebenarannya. Apa mungkin hanya salah lihat ? Sekalipun benar adanya, motif apa pria itu menguntit ku ? Jika ingin merampokku dia bisa saja membobol apartemen dengan mudah.

BEEEEEEEEEPPPPPPPPPPPP...!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Aku kaget dari lamunanku, bunyi klakson mobil dari arah belakang yang memekakkan telinga membuatku spontan melompat ke arah kiri, tubuhku oleng dan kehilangan keseimbangan. Aku sukses mendarat di tepi jalan dengan posisi tubuh duduk menyamping.

Valter berlari kecil menghampiriku dan membantuku berdiri.

" Apa kau baik baik saja ? Aku akan menggendongmu. " Ucap Valter

" Kurasa aku tak apa, hanya sedikit shock. Tapi kenapa ? Aku tidak berjalan di areal mobil, kenapa harus membunyikan klakson hingga membuatku terpental ? " ucapku pelan.

" Kadang sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi. " ucap Valter sambil membopongku pergi.

Pikiran buruk menghantuiku, seseorang menguntit ku. sekarang ia nyaris membuatku celaka.

" Jade, Apa kau masih memikirkan hal semalam dan menghubungkannya dengan kejadian yang baru saja terjadi ? " tanya Valter.

" hmmm... iya, aku merasa tidak tenang. terlalu banyak kebetulan. Kenapa orang itu selalu berada di sekitar tempatku pergi. 4 kali pertemuan, dan 3 kota yang berbeda , bahkan berjauhan ." terangku.

" Terlalu dini untuk menyimpulkan. " tambah Valter

" Bawa aku pergi dari sini Valter , Aku cemas." Sahutku terbata.

Valter memelukku, menenangkanku dari pikiran pikiran buruk itu.

" Tenanglah Jade, besok kita akan pergi. "

👥👥👥

avataravatar
Next chapter