11 St. Petersburg, Russia ( 2 )

" terima kasih atas bantuannya , aku sangat terkejut mengapa ia menyerangku. " sahutku sopan.

" ur welcome." jawab pemuda yang membantuku berlalu melanjutkan perjalanan.

Waktu menunjukkan pukul 21.00, aku berjalan cepat menyusuri jalan di sepanjang kanal, arah balik ke apartemenku, aku hanya ingin segera pulang, mandi air hangat dan jatuh tertidur.

Aku berusaha menghapus bayangan Deniz dalam pikiranku, pancaran kesedihan dimatanya ketika melepasku pergi, selalu menghantui rasa bersalahku, terkadang aku masih sering menangis sendiri mengingatnya, sangat sulit untuk memaafkan diri sendiri karena melukainya.

Selain itu aku sendiri berusaha keras melawan badai rindu tentang Deniz, kuakui Deniz terlalu indah untuk dilupakan begitu saja.

Berulang kali aku meyakinkan diriku bahwa ini jalan yang terbaik, aku harus menemukan diriku sepenuhnya, memperbaiki cara pandangku melihat dunia, memaafkan diriku, berdamai dengan masa laluku, menyembuhkan segala trauma psikologisku, menerima diriku sepenuhnya, dan meraih versi terbaik diriku.

-

Hari yang menyenangkan di akhir musim dingin, secerah warna sapuan kuas yang kupoles diatas kayu pahatan Matryoska, hari ini aku mengikuti kursus membuat Matryoska, -boneka khas Russia yang dapat diisi dengan boneka boneka lain yang sama namun memiliki bentuk yang lebih kecil.

Kami diberi materi berupa penjelasan dasar, sejarah dan praktek pembuatan boneka khas Russia.

Kerajinan khas Russia ini sangat terkenal sejak akhir abad ke -19, kursus berlangsung selama 2.5 jam di Matryoska Museum diikuti oleh kurang lebih 10 orang dalam setiap kelas.

Kebanyakan peserta kursus adalah pelancong dari negara lain yang antusias dengan kerajinan bernilai seni.

Sejarah dibalik penamaan boneka Matryoska sedikit lucu namun sarat akan nilai, Nama Matryoska berasal dari nama seorang wanita bernama 'Matryona' yang merupakan nama seorang wanita berbadan gemuk, yang telah melahirkan banyak anak, itulah sebabnya bentuk dari Matryoska lebar dan penuh figur.

Model dari boneka Matryoshka dapat bermacam macam dari mulai gadis petani Russia, gadis cantik berambut panjang, karakter dongeng, para pemimpin Soviet, karakter jahat di super hero, maupun karakter kita sendiri.

Begitupula dengan membuat sketsa bentuk wajah, model rambut, pewarnaan, dan pengulangan motif. Kita dapat bebas berekpresi secara detil.

Menurutku Matryoshka adalah satu karya authentic Russia, karena bukan lahir dari unsur adopsi budaya atau terinspirasi dari seniman Eropa, warna Matryoshka yang bersemangat ( Vibrant ) adalah ciri kuat negara Tirai Besi ini.

Matryoska adalah simbol dari babushka Rusia, seorang ibu pemimpin perempuan yang kuat, dan tokoh utama dalam keluarga Rusia, bentuk dari boneka Matryoshka yang cenderung bulat dan memanjang seperti telur adalah simbol kesuburan dan reproduksi populer sejak zaman kuno. Seperti telur, dari kehidupan boneka Matryoshka yang menumpuk dalam bentuk simbolis.

Boneka dengan telur terbesar melahirkan boneka yang lebih kecil, seperti halnya nenek / babushka yang memberikan kehidupan kepada generasi muda keluarganya, dilambangkan melalui sebuah keluarga yang penuh dengan susunan boneka dengan ukuran yang lebih kecil.

Aku tersenyum mengingat insiden di malam pertama berada di St. Petersburg, betapa marahnya seorang wanita karena aku duduk di batu, yang dipercaya akan menghambat aku bereproduksi nantinya.

Begitu penting arti keluarga dan generasi untuk mereka.

"Aku suka dengan warna bonekamu. Kamu memadu madankan warnanya menjadi kesatuan yang sempurna." ucap Mia, wanita yang duduk disebelahku dalam kelas Matryoska.

"Terima Kasih, karyamu juga luar biasa." sahutku sambil tersenyum dan melirik Matryoska hasil lukisan Mia.

"Guys, aku membutuhkan lebih banyak warna hitam, apakah aku bisa meminta cat hitammu." sapa seorang pria dari arah samping yang tidak kukenal, yang kemudian kutahu bernama Joseph.

Mereka berbaur seperti sudah saling mengenal lama.

"tentu saja." sambutku menyodorkan cat hitam ke Joseph tanpa memperhatikan wajahnya.

Aku melanjutkan fokus dengan boneka boneka ku.

Sebuah kepuasan tersendiri melihat betapa cantiknya mereka, yang terpoles indah dari hasil sapuan kuas tanganku.

"terima kasih." sahut Joseph berlalu dengan cepat.

Kelas berjalan casual, dan sangat fun, dipenuhi gelak tawa dan canda dari peserta kelas yang semuanya adalah turis luar negeri.

Kami mempresentasikan masing masing karya Matryoska kami, Mentor kami seorang yang ramah dan telaten, namanya Ivanka, ia membantu kami dari membuat sketch , pemilihan pattern/ pola, pewarnaan, detailing hingga finishing karya kami.

Masing masing mereka menampilkan karya desain yang luar biasa, sesuai imaginasinya, kami tergelak menatap karya Joseph berupa Matryoska berwarna hitam bertanduk merah dan membawa trisula.

Kelas diakhiri dengan sesi foto foto bersama dengan karya yang kami buat.

"Hai, apakah kamu berminat join di grup kami." sapa Mia, teman sebangku di kelas Matryoska dengan mata berbinar berlari kecil menyusulku yang berjalan keluar di sepanjang koridor.

"grup apa? aku tak paham." berhenti sebentar dan menatap balik wanita cantik berambut blonde itu.

"Aku, Yura, Joseph, Liana dan Olga tergabung dalam travellers grup yang sama, kami berencana mengunjungi Murmansk."

"Maukah kamu bergabung ? Ini akan sangat seru, semakin ramai semakin baik." terang Mia kemudian.

"Tentu saja aku akan dengan senang hati aku akan ikut." sambil membalikkan badanku, disana sudah ada Liana, Joseph dan Yura berdiri di belakangku.

"Apa acaramu selanjutnya?" ujar Liana, wanita berambut coklat, bertubuh sedikit gemuk, bertanya kemudian.

"Tidak pasti, aku mungkin akan pulang atau menelusuri kota." jawabku sekenanya.

"Ikutlah dengan kami. Kami akan hang out di Na Vina , sekalian kita akan membahas perjalanan kita pekan depan." terang Yura sambil tersenyum antusias.

"baiklah." sahutku sambil menganguk pertanda setuju, aku berjalan mengikuti kemana langkah mereka.

Mereka nampak sudah sangat akrab satu sama lain, aku menatapnya dengan sedikit iri, ternyata memiliki teman sesama wisatawan sangatlah menyenangkan.

-

Kami kemudian berjalan bersama menuju sebuah kafe yang letaknya tidak jauh dari kelas belajar kami, Na Vina Wine Bars sangat cozy, selalu ramai pengunjung, atmosfir nya santai walau cukup padat, alunan music nya cukup baik, cocok buat berkumpul bersama teman.

Lokasinya berada di sudut jalan besar , tepat di seberang Kazan Cathedral, di pusat lalu lintas jalan utama.

Orang orang bisa memilih untuk hang out di bagian dalam maupun teras.

orang Russia sangat suka hang out di Bars atau Club, kurang lebih seperti budaya masyarakat kita Indonesia, cenderung berkelompok dan kurang suka sendirian.

Cafe in cukup populer dengan Wine nya, beragam jenis Wine dari seluruh dunia ada disini, kualitas yang baik dan harga yang masuk akal.

Merekapun sangat update dengan jenis Brand baru atau jenis terkini.

"Sudah berapa lama kalian disini?" tanyaku membuka percakapan

"aku sudah dua bulan disini, aku dari Munich, Germany. sahut Mia, gadis blonde berambut panjang dengan postur tinggi semampai yang menawarkanku ikut bergabung, ia sepertinya nampak menonjol dan begitu aktif dari yang lain.

"Aku sudah sebulan disini, mahasiswa tingkat tiga di Busan , Korea Selatan."

Sapa Yura tak mau kalah, Yura berbadan mungil, manis bermata sipit, senyumnya riang. dia adalah termuda dari kami ber enam.

Pria yang duduk disamping Liana ikut memperkenalkan dirinya.

" Aku dan Liana dari Spain, kami sepasang kekasih yang travelling bersama, sebelum kita menikah dan punya bayi. " sahut Joseph.

Seorang wanita di sampingku pun ikut buka suara,

"Aku Olga, aku dari Kiev, Ukraine." timpal seorang wanita berambut warna warni sedikit bergaya tomboy.

"Apa yang membawamu kesini, Jade? Indonesia sangatlah jauh dari sini." tanya Mia kemudian.

"Aku travellers, baru lima hari aku berada disini, sebelumnya aku mengunjungi Turki dan menetap selama sebulan disana. Aku tertarik dengan Museum, Seni dan Sejarah. Itulah mengapa aku berada disini." jawabku dengan mantap.

"Aku pernah ke Bali ketika aku lulus High School delapan tahun silam. Aku suka kehangatan disana. Pantai dan keunikan budayanya." aku berharap dapat kembali lagi." ucap Mia sambil menerawang.

"ya, aku pernah membaca betapa eksotisnya Bali. " sahut Liana sambil melirik Joseph seolah memberi kode untuk berkunjung.

"iya, Bali memang indah, kamu bisa menikmati pantai , gunung sepuas hati, penduduknya ramah, dan biaya hidup yang murah." terangku lagi.

"interesting untuk dikunjungi, aku sudah sering mendengarnya sebelumnya." Olga ikut menambahkan.

"Apa yang kalian lakukan weekend ini, kenapa kita tidak ke club bersama, sebelum perjalanan ke Murmansk?" potong Joseph.

"ide bagus." sahut Olga mengiyakan dengan antusias.

"sepakat?" tanya Joseph memastikan.

Aku memandang Yura , mencoba mencari tau apa ia akan ikut serta apa tidak. Yura dan Mia menganguk pertanda tidak keberatan.

Aku mengiyakan, demi kekompakan.

Kami saling bertukar kontak whatsapp, mereka menambahkan aku di grup whatsapp dan sepakat untuk sering bertemu dan berbagi informasi.

Aku pulang bersama Mia dalam satu Taxi, Mhia menginap di apartemen di sekitar apartemen dimana aku tinggal.

Mia bercerita tentang latar belakang sebagai seorang penulis dan juga jurnalis, aku mendengarkan sambil sesekali melirik Mia, mengagumi gadis cantik berambut panjang blonde asal Germany, dari cara dia bercerita dan menangapi sesuatu, sangat nampak bahwa Mia seorang wanita kuat, genius, disiplin juga dewasa.

Kehidupannya lebih keras dariku, tapi dia mampu melewatinya.

"hebat." gumanku.

Aku mengucap syukur atas hari ini, Tuhan mengirimkanku teman teman baru yang bisa memberi warna dalam perjalanan selanjutnya.

🍷🍷🍷

avataravatar
Next chapter