28 Munich, Germany ( 4 )

Bunyi Klik dari arah pintu depan membuatku langsung melompat turun dari kamar tidur bergegas menuju ruang depan apartmen, kutatap Valter yang melangkah tenang masuk ke dalam ruang tengah apartemen.

" Hai Jade. " Sahutnya riang sambil berjalan ke arah ku.

" Hai ." Sahutku tersenyum dan memeluknya. " Bagaimana harimu ? " bisikku pelan.

" Semuanya baik, Jade. Aku pastikan pekan depan, jadwalku lowong, kita bisa ke Frankfurt, juga bisa menghadiri pernikahan Mia. " ucapnya lagi.

"hmm...kamu terlihat panik, ada apa Jade ? " tanya Valter.

" Penguntit itu ada lagi, dia ada disini di Munich. Aku melihatnya siang tadi, dari dalam kereta. Ia menatapku tajam. Aku takut, Valter. Apa yang harus kulakukan ? " sahutku sambil terisak dan menghamburkan ke pelukan Valter yang duduk di atas sofa.

" Wah, kukira dia sudah berhenti mengikutimu ketika di Finland. Orang yang mempekerjakan pasti punya dana yang cukup besar hingga mengejarmu sekian lamanya. " ucap Valter dengan raut berpikir. " Apa mungkin dalang dari semua ini adalah Deniz ? mantan tunanganmu ketika di Istanbul. "

" Aku rasa dia tidak cukup kaya untuk menjadi seorang mafia hingga mendanai seorang penguntit selama berbulan bulan. " sahutku sambil mengenang kondisi Deniz.

" Apa kau seyakin itu, mengetahui secara persis siapa dia sebenarnya ? "

" Kalau kau merasa ini sangat mengangumu, aku bisa menyelidikinya untukmu." tambah Valter.

" Tidak perlu sejauh itu. Kalaupun dia mengikutiku, suatu saat semua akan terbongkar siapa dalang semua ini. " ucapku lagi.

" Kamu yakin ? " tanya Valter, mengamati wajahku lebih dalam.

" Aku yakin Valter, aku akan baik baik saja ." ucapku membalas tatapan Valter.

" Oh ya, bolehkah aku tahu seperti apa latar belakang Deniz ? "

" Keluarga Deniz berasal dari Izmir, Turkey. Deniz menetap di Istanbul dan memiliki beberapa flat yang disewakan, ia bekerja sebagai IT untuk sebuah perusahaan di Amerika, ia lulusan University of Massachusetts, dan juga adalah lulusan terbaik di angkatannya. Dari segi gaya hidup dan pergaulan dia nampak sangat biasa, begitu juga orang tua nya di Izmir. " jelasku

" Sayang sekali motif terkuat dalang dari semua ini sementara hanyalah Deniz, Jade. Dari latar belakangnya seperti yang kamu ceritakan, ia pun memiliki kapasitas untuk itu, melakukan pekerjaan seperti ini tidak harus berdana besar atau memiliki background mafia, Jade. Dia seorang IT, segalanya mudah untuk mereka, tidak masalah sekalipun engkau lari ke ujung dunia, mereka dengan mudah menemukanmu. Dan jika dia jebolan Massachusetts, ini berarti dia memiliki koneksi dan jaringan kuat di seluruh dunia." Valter menerangkan terperinci.

Aku terdiam mendengar semua, kini semua nampak masuk akal untukku. Valter benar, hanya Deniz yang memiliki motif tertinggi sebagai dalang dibalik semua ini. Apakah dia setega itu ? Dan apa yang dia kehendaki dariku ? Sampai kapan dia akan menguntitku ?

" Apa yang harus kulakukan, Valter ? " jawabku sambil menahan tangis.

" Kamu hanya perlu menenangkan dirimu, mengontrol emosimu untuk tidak panik. Kamu sudah salah, dan apapun itu kita akan menghadapi konsekwensinya bersama, aku tidak akan membiarkanmu sendiri. Kamu jangan takut. " Valter menatapku lekat lekat dan mengengam kedua tanganku.

Entah apa jadinya aku jika tanpa pria di hadapanku. Aku memang sudah melakukan kesalahan buah dari ketidaktegasanku, aku pantas menerimanya, hidupku yang sekarang adalah manifestasi ketidak dewasanya aku yang kemarin.

Valter masuk ke dalam kamar dan kembali dengan sebuah kotak.

"Untuk sementara kau bisa memakai handphone ini." ucapnya sambil menyodorkan kotak handphone. " Kamu boleh langsung memakainya, dan besok aku akan membawa handphone yang kamu gunakan untuk bahan penyelidikan, memastikan siapa pelakunya. Tidak adil kita menuduhnya tanpa bukti yang lebih akurat."

" Engkau benar Valter. " ucapku sambil menyodorkan handphone di tanganku dan mengambil kotak dari tangan Valter.

"Mereka menggunakan handphone ini untuk melacak keberadaanmu. Tolong serahkan macbook beserta tabletmu juga. untuk sementara aku harus memastikan dia akan kehilangan jejakmu. Jika ini semua benar, kita akan meninggalkan apartemen ini secepatnya. " Sambung Valter lagi.

" Kita akan pindah kemana ? " tanyaku cemas.

" Aku punya rumah yang bisa kita tinggali, disana lebih aman, dan kamu tidak akan sendiri. Ada orang yang menemanimu di rumah nanti, kamu bisa memiliki peliharaan jika kamu mau. " tambahnya sambil tersenyum.

Sekeras inikah engkau melakukannya untukku Valter, pindah rumah bukan perkara semudah itu diucapkan, dan masalah ini serius, dan sempat sempatnya kamu tersenyum hanya untuk membuatku tenang. Valter, you are the best.

Hari ini aku disibukkan dengan beberapa pekerjaan penting di Jakarta, juga mengirimkan beberapa email ke Natalie, dan Yura. Untuk sementara aku harus menggunakan fasilitas Valter untuk menghandle pekerjaan dan meeting onlineku. Jika dugaan kami tepat, bahwa Deniz adalah dalang dibalik ini semua, kita harus segera pindah dalam 1-2 hari kedepan.

-

Namanya Carla, usianya sekitar awal 40 an, wanita asal Mexico ini akan menjadi Asisten Rumah Tangga di rumah kami. Dia merantau ke Germany demi membiayai anaknya dan pengobatan diabetes, juga jantung ayahnya.

" Nama saya Carla. Mulai hari ini saya akan bantu bantu disini. " ucapnya dengan sopan.

" Selamat datang Carla, panggil aku Jade, aku juga belum lama di Germany. Semoga kita bisa bekerja sama ya. "

" Terima Kasih, Jade." ucap Carla pelan.

Rumah yang kami tempati berlokasi di kawasan hunian tidak jauh dari pusat kota, hal yang kusukai dengan rumah ini adalah sisi taman yang hijau dan luas melebihi bangunan rumah, bonsay berbentuk bulat berjejer rapi dan ada bunga sakura tepat di depan rumah yang berbunga indah di musim semi.

Seluruh interior rumah di dominasi serba putih dan coklat muda, tidak ada yang terlalu menyolok, semuanya nampak simple, dengan kualitas furniture cukup baik.

Hal yang cukup mengejutkan untukku di rumah ini ketika memasuki kamar tidur aku menemukan bingkai besar foto tergantung di atas ranjang, pria dan wanita di dalam foto itu adalah potret close up aku dan Valter dengan wajah tersenyum lebar dengan latar belakang salju Teriberka, aku tersenyum lebar melihat foto itu, disinilah sisi romantis seorang Valter.

Aku merogoh kantong baju, meraih handphone, ada Valter memanggil.

" Hello, Jade. Maaf aku tidak bisa segera pulang menemanimu. Apa kau sudah sampai di rumah ? "

" Iya, aku sudah sampai , Jack ( sopir kantor ) sudah menjemputku dan mengantarku kesini. btw, aku sedang berada dikamar, dimana foto besar kita berada." sahutku dengan nada manja.

" Kuharap kamu menyukainya. " sahutnya dari seberang sana.

" Tentu saja aku menyukainya, sangat suka malah. Tapi... Apakah ini berarti aku akan berbagi kamar denganmu lagi ? " ucapku pelan.

" Aku bisa tidur di kamar lain jika kamu tidak nyaman berbagi ruang denganku. " sahutnya

" Bukan begitu Valter, tentu saja aku tidak keberatan ... " sahutku

" Aku mengerti, aku akan sedikit sopan untuk tidak sering memamerkan tubuhku di depanmu. " guraunya mesra membuat kita tergelak tertawa. " Walau sebenarnya diam diam kamu mengaguminya . " tambahnya lagi.

" Valteeeerrrrr,,,, awas kamu." sahutku menutupi malu.

🐾🐾🐾

avataravatar
Next chapter