23 Munich, Germany ( 2 )

Melewati Old Town Hall mataku menangkap sesuatu yang cukup menarik, aku meminta Yura untuk berhenti sebentar, ternyata ada patung tokoh utama dari karya tragedi Shakespeare , Capulet Juliet ada disini, patung ini adalah patung hadiah persahabatan dari Italy pada tahun 1974 untuk kota Munich, konon patung ini ada kembarannya tersimpan di kota Verona, Italy.

Patung terbuat dari bahan perunggu berwarna gelap, menampilkan sosok Juliet yang berdiri berbalut gaun, dengan lengan kirinya tertekuk di dada. Pada payudara sebelah kanan patung berubah warna menjadi keemasan, hasil disentuh oleh ribuan orang yang percaya takhayul. Mereka percaya dengan menyentuh payudara Juliet, akan mengalami keberuntungan dalam urusan asmara.

Percaya ngak percaya, aku dan Yura tidak melewatkan kesempatan menyentuh payudara patung Juliet. Terkadang kekuatan sugesti akan membawakan keberuntungan itu kehadapanmu.

-

Kami melangkah masuk ke dalam gedung tua tiga lantai dengan jendela kaca patri ,suasana di dalam gedung sangat ramai, nampak banyak meja panjang berbahan kayu yang penuh dengan pengunjung duduk dan makan sambil bercengkerama, tampak klasik dengan ornamen indah yang terawat dengan baik, di bagian tengah ada pertunjukan musik orkestra live show dengan pemain musik sebagian besar paruh baya membuat nuansa klasik semakin kental, tidak ketinggalan para pelayan mengenakan baju traditional khas Bavarian ('Dirndl') membuat kami merasa disedot ke masa lampau.

Disinilah tempat yang kami pilih untuk makan siang, Hofbrauhaus am Platzl, restaurant bersejarah sekaligus tertua di kota ini, yang juga adalah lokasi tempat pembuatan beer pertama kali di Germany. Kami memesan dua gelas besar bir, sosis weisswurst, sosis bratwurst, lengkap dengan sauerkraut ( makanan khas Germany berupa kubis yang diiris halus dan di fermentasi, agak mirip kimchi dari korea tapi sauerkraut bersifat asam, dicincang halus seperti salad dan tidak pedas seperti kimchi ).

" Kapan tepatnya kamu akan kembali ke Korea ?" ucapku dengan mata yang masih menjelajahi setiap sudut ruangan, ada lukisan berupa buah, sayur, dan roti terukir indah di langit langit restaurant.

" Aku akan pulang di sabtu sore ". jawabnya dengan mimik enggan dan sedih.

" Masih tiga hari lagi, kamu masih memiliki cukup banyak waktu menjelajah, maukah kamu pergi bersamaku menuju, Austria ? kita bisa menghabiskan waktu sehari di Salzburg dan sehari lagi di Hallstatt atau Vienna dan kembali di hari jumat sore ". ajakku sambil memusatkan pandangan ke arah Yura.

" Itu ide bagus, tapi bagaimana dengan Valter ? "

" Dia cukup sibuk minggu ini, aku akan pamit dulu, dan mengabarimu malam nanti. Jika segalanya memungkinkan kita bisa berangkat di besok hari " ucapku.

" Baiklah kak ". sahut Yura dengan mata berbinar binar sambil menenguk bir.

" Hey, jangan memanggilku kak, aku bukan 'Ahjumma'( sebutan untuk perempuan yang jauh lebih tua dalam bahasa Korea ). ucapku sambil melotot, Yura tertawa cekikikan.

Ada perasaan haru dan rindu di sudut sana, yang begitu sulit aku lukiskan ketika seseorang memanggilku kakak, sebuah figur yang sudah lama aku idam idamkan, aku masih ingat jelas dengan adik imajiner ku yang menemani masa kecilku yang pergi begitu saja ketika aku beranjak dewasa, meninggalkan aku sendiri dalam kesunyian. kesunyian yang membuatku tertekan.

-

Kami terus berjalan mengelilingi kota, selalu ada saja sisi menarik di setiap sudut kota ini seakan tidak pernah habis habisnya membuat kami terpana.

Terdorong oleh rasa ingin tahuku yang besar, aku mendorong pintu besar dan masuk kedalamnya, penampilan exterior ruangan ini tidak memberikan informasi apapun dari luar, hanya terjepit diantara banyaknya toko dan restaurant sepanjang jalan, suasana memukau sejak pertama kali membuka pintu, aku kehilangan kata kata, seperti menemukan harta karun indah di depan mata, tempat ini adalah 'asamkirche' / gereja asam , gereja kecil dan sempit namun memiliki interior yang luar biasa semuanya dengan ukiran rumit yang dilapisi emas.

Tidak ada sedikit spasi kosong disana semua penuh dengan patung malaikat, patung berbentuk hati, patung tengkorak, dan patung lainnya yang menggambarkan kehidupan orang suci, segala di dalamnya dilapisi emas membuat semua benda memercikkan kilauan cahaya.

Suasana begitu sakral dan hening, seperti menyimpan beribu misteri. tidak ada jendela atau kaca patri di dalamnya, tempat ini sangat berbeda. berjalan di sepanjang lorong gereja menuju altar terasa seperti berjalan di sebuah karya seni.

-

Aku jatuh cinta sejak pertama kali menginjakan kaki di kota ini, seperti seluruh elemen dalam kota ini memiliki cahaya mistis yang menarikku masuk ke dalam lingkarannya.

Aku sedang tidak di alam mimpi dan dalam kesadaran penuh menjalani indahnya rasa nyata. Mengutip kata dari pemimpin nazi 'Adolf Hitler', " Munich is the closest to my Heart", mungkin itu salah satu persamaan aku dengan sosok diktaktor itu terlepas dari pandangan politiknya tentunya. 'Munich adalah kota terdekat di hatiku'.

Aku melirik jam tanganku, waktu sudah menunjukkan pukul 19.10, udara dingin mulai berbisik lembut, hanphone ku mati kehabisan baterai, aku mempercepat langkah kakiku setelah mengantarkan Yura di station kereta terdekat, Valter mungkin saja sudah pulang dan menungguku untuk makan malam. Aku begitu terlena dalam buaian kota Munich hingga lupa waktu untuk kembali.

Aku membuka pintu ruangan dengan sangat pelan hingga tidak menimbulkan bunyi, melangkahkan kaki ke dalam apartemen Valter, nampak Valter sedang tertidur di sofa ruang tengah, aku bersyukur tidak membuat bunyi di pintu yang dapat mengagetkan Valter dari tidurnya. Dia nampak sangat lelah hingga tanpa sadar tertidur di sofa dengan pakaian kerja yang masih melekat di badannya.

Kudekatkan diriku dan duduk perlahan di sampingnya, aku menatapnya lekat lekat, wajah yang biasanya tampak serius itu kini tanpa ekspresi, tanpa beban, begitu polos.

Berbagai macam perasaan menyeruak ketika memandangnya, pria pemalu ini memiliki perasaan yang tulus, simple dan apa adanya. Aku bukanlah siapa siapanya, tapi dia menerimaku tanpa syarat, tanpa tuntutan juga tidak berusaha mengambil alih seluruh kebebasanku. Satu satunya manusia yang paling mengertiku dan semua keinginan keinginan, pemikiran pemikiranku yang tidak pernah kumuntahkan kepada orang lain. Dia seperti hidup dalam nadiku, memperhatikanku tanpa kata.

Aku berdiri dari sofa dengan perlahan, dan melangkah pelan menuju kamar.

" Kau sudah pulang ? " itu suara Valter dari arah belakang.

" Iya, aku baru saja kembali. Maafkan aku sudah terlalu lama di luar sana. " ucapku membalikkan badan dan kembali ke sofa.

" Tidak ada yang perlu dimaafkan, kamu berhak mengunjungi Munich. Aku harap kamu betah disini. " tambahnya lagi sambil bangkit dari posisi tidur, dan duduk di sebelahku.

Aku membelai rambutnya yang sedikit tidak beraturan, dan memberi kecupan singkat di pipinya sambil tersenyum.

" waw, kamu baru saja mentransfer energi besar untukku Jade ." sahutnya tersenyum dan meraih tanganku dalam gengamannya. " Dari tingkah lakumu aku bisa menebak kalo kamu baru saja mendapatkan pengalaman yang menyenangkan bersama Yura. "

" Kurang lebih seperti itu. ucapku sambil memain mainkan tangan Valter yang sebelumnya mengengamku. btw, aku ingin minta restumu, jika kamu mengijinkan, bolehkah aku bepergian bersama Yura esok hari ke Austria ? " tambahku lagi

" Tentu saja. Kuharap kamu bisa berada di sini ketika weekend, aku ingin mengajakmu ke Frankruit mengunjungi orang tuaku . " sahut Valter mengiyakan.

Aku memeluk Valter, sambil berbisik " terima kasih, sayang "

👌👌👌

avataravatar
Next chapter