13 Kola Peninsula-Murmansk, Russia ( 1 )

Dari jendela pesawat sudah terlihat bentangan putih salju di sepanjang perjalanan dari St. Petersburg menuju Murmansk, aku begitu excited ditambah sedikit takut karena landasan pendaratan tertutup salju.

" Aku cemas, apakah kita bisa mendarat." ucapku dengan raut wajah khawatir dan dada yang mulai berdebar.

" Tenanglah, pilot nya pasti sudah sangat berpengalaman menghadapi cuaca ekstrim." timpal Valter yang duduk disebelahku,mencoba menenangkanku.

" Apakah kau pernah ke Murmansk sebelumnya ? " tanyaku, berusaha ngobrol menghilangkan kekhawatiranku dengan pendaratan.

" iya, aku pernah ke Murmansk beberapa kali ketika malam kutub-polar night, mereka mengalami malam selama empat puluh hari dan siang selama enam puluh tiga hari." tambah Valter lagi.

Aku mengamati pria di sebelahku ini, dia banyak tau, seperti sebuah kamus berjalan.

" Apa rasanya ? " selidikku lagi, membuat obrolan semakin intens, berusaha melupakan ketakutan ku akan keadaan cuaca yang mengancam.

" Sedikit menyedihkan dan lesu, angin dingin yang menusuk, dan gundukan es di depan rumah dan jalan sedikit merepotkan. " sahutnya lagi sambil melirik ke arahku, menangkap mataku yang memandang ke arahnya.

" Separah itukah ? Bukankah itu menyenangkan. Menikmati malam yang panjang ." Kataku lagi.

" Jika hanya sekedar berkunjung mungkin terasa sedikit unik, namun jika menghabiskan empat puluh hari lamanya dengan malam terus terusan dan musim dingin minus empat puluh derajat, kau pasti akan mengeluh. " jawabnya lagi.

" Berita baiknya , jika kau memandang langit, kau akan melihat kilauan cahaya utara yang indah." tambah Valter lagi.

Aku mangut mangut sambil berusaha membayangkan rasanya.

" Apa yang kau lakukan disana." tanyaku membetulkan posisi kursi sebelum pendaratan.

" Hanya sekedar berkunjung seperti alasanmu berada di tempat ini. " balasnya singkat.

Getaran kuat pesawat mengeraskan badanku yang duduk tegang di dalam kursi pesawat. Tidak sengaja aku meremas tangan Valter yang berada di lengan kursi tepat di sebelahku. Sayup-sayup, suara pilot yang memerintahkan penumpang untuk mengencangkan sabuk pengaman terdengar.

" Aduh.. Maaf aku tidak sengaja menyentuhmu. Aku takut. " ucapku dengan suara bergetar.

" Tenanglah Jade. Tidak akan ada apa apa."

Kami mendarat dengan selamat, meski penumpang sempat panik dan histeris karena landasan tertutup oleh salju, untunglah pilot yang mengemudikan sudah cukup terampil dan berpengalaman di cuaca ekstrem, membuat kami semua bertepuk tangan ketika melakukan pendaratan dengan sempurna.

Kami kemudian dijemput oleh seorang tur agen dari bandara menuju pusat kota dimana apartemen kami berada. Cuaca berkisar minus tiga puluh derajat celcius membuat aku sedikit kurang nyaman dan ingin segera sampai di apartemen. Kami memesan apartemen dengan empat kamar di dalamnya, dua kamar mandi, satu ruang makan dan satu ruang tengah yang cukup besar untuk menampung kita ber tujuh.

" Aku akan pergi sebentar membeli bahan makanan untuk kita." sahut Valter.

" Kenapa kita tidak pergi keluar ke restaurant dan makan disana." tanya Liana sambil mengelanjut manja di bahu Joseph - Liana dan Joseph adalah sepasang kekasih.

" Sepertinya tidak mudah menemukan restaurant terdekat disekitar sini, lagipula sebaiknya kita menyimpan tenaga untuk berburu aurora malam nanti ." Valter menjawab sambil bersiap mengenakan sepatu.

" Maukah kau pergi bersamaku ?" Tanya Valter sembari menengok ke arah Mia.

" Hm.. aku akan memanaskan air dan membereskan beberapa barang, ajaklah Jade bersamamu " jawab Mia memandangku sambil berlalu menuju dapur.

Valter menoleh ke arahku, Aku memandangnya dan menganguk.

" Baiklah." sahutku bangun dari kursi dan berjalan menuju pintu depan dimana Valter berada.

" Bisakah kamu membelikanku rokok dan Vodka." sahut Olga setengah teriak yang tiba tiba nongol dan berdiri di depan pintu kamar.

" Tentu saja ." Sahut Valter sambil menganguk.

-

"Kola Peninsula terletak di ujung barat laut Russia dan hampir sepenuhnya berada di dalam lingkaran kutub utara-arctic circle yang biasa disebut laplandia [ Norwegia, Swedia Finlandia bagian utara]. Semenanjung ini merupakan teritori Murmansk Oblast dengan ibukota Murmansk.

Walaupun memiliki keindahan alam yang luar biasa, namun tempat ini bukan merupakan destinasi utama para wisatawan, mungkin karena cuacanya yang ekstrem dan fasilitas yang tidak se 'fancy' kota lain di dunia. Kamu tidak akan menemukan store branded atau butik dengan tas elegan keluaran terbaru di dalamnya." sahut Valter, ketika kami melangkahkan kaki ke luar.

Aku hanya mendengarkan sesekali mengangukkan kepala pertanda mengerti, sedikit susah untuk fokus bercakap dalam cuaca yang tidak nyaman.

" Valter, bisakah kita mencari fast food , dan segera pulang ke apartemen ? Sepertinya aku sangat letih dan kedinginan." kataku sambil sedikit memelas memandang Valter.

Valter memandangku dengan penuh iba, " Baiklah, untuk mempersingkat waktu. Tapi kita akan mampir di grocery untuk membeli bir dan Vodka untuk Olga." pinta nya kembali.

" baiklah." sahutku lega. Aku tidak akan kuat jika menunggu makanan harus di olah, perutku sudah keroncongan dan kedinginan.

Kami berjalan cepat menuju salah satu restoran fastfood paling utara di muka bumi, yaitu Mc Donald's Murmansk. Ketika masuk pintu grocery aku menabrak seseorang, karena terburu buru ingin segera menghangatkan badan.

" maaf, aku sangat ceroboh." ucapku sambil mengangkat wajah memandang pria yang kutabrak.

" tidak masalah." sahut pria itu berlalu dengan terburu buru.

" hey, wait... rasanya kamu tidak asing, bukankah kamu orang yang sama ketika di kanal ? Sewaktu aku duduk di batu. " tambahku dengan selidik.

" iya benar, tapi maaf aku buru buru aku harus pergi." sambil berlalu pergi.

Dunia ini sempit...

" Minumlah ini agar kau bisa lebih hangat. " ujar Valter sambil menyerahkan sebotol minuman untukku.

" Apa ini ?" Sambil meneguknya perlahan.

" itu Cloudberry, minuman khas Murmansk hasil fermentasi buah khas Mursmansk mirip rasberi , biasa diminum untuk menghangatkan badan. " terang Valter sambil mengamatiku.

Aku meminumnya hingga habis, rasanya seperti minum obat batuk tapi dalam jumlah banyak.

" tapi aku masih dingin. " sahutku lagi.

Aku meraih bir kaleng dalam gengaman Valter dan segera menghabiskanya, tanpa memperdulikan reaksi Valter yang melongo melihat kelakuanku.

" Ayo pulang, kita harus segera kembali sebelum aku kebelet pipis, kamu akan kurepotkan jika itu terjadi. " sahutku sambil berlalu.

Kami bertujuh menghabiskan waktu beristirahat dan bermain game, menanti malam yang indah berburu aurora.

-

Kami menembus dinginya udara Marmunsk yang mengigit demi berburu dancing aurora, pukul 10 malam waktu setempat, cuaca drop sekitar minus 40 derajat celcius.

Aurora Borealis -The Nothern Lights merupakan fenomena alam yang sangat indah. Langit bersinar dengan ribuan lampu alami ciptaan Tuhan yang menari bebas di langit Rusia.

Cahaya Aurora berpendar dalam warna kemerahan di dataran tinggi dan semakin rendah warnanya akan berubah menjadi hijau dan biru. Bentuk aurora pun bervariasi, ada yang berbentuk tirai, setengah lingkaran, pita, atau gelombang.

"Nama Aurora Borealis diberikan oleh astronom ternama, Galileo Galilei, yang diambil dari nama Aurora yang merupakan Dewi Pagi versi Romawi , Dewa Angin Utara versi Yunani." ucap Mia berada disebelahku yang juga melakukan hal yang sama, hanyut di dalam keindahan aurora.

Bagiku rasanya seperti sebuah keajaiban, seolah semua yang ada di langit begitu dekat dan real. Aku bahkan tidak menghiraukan jari tangan dan wajahku yang mati rasa kedinginan, karena saking bahagianya.

Masing masing kami sibuk terpana memandang indahnya langit, sulit dilukiskan perasaan kami saat itu. Masing masing tenggelam dalam kekaguman akan indahnya langit.

Olga menyodorkan aku Vodka untuk menghangatkan badan, yang segera kusambut baik, ini tempat terdingin seumur hidupku, hingga minuman sekeras itu terasa biasa saja melewati tenggorokan.

" Aku pernah ke Yakutsk di musim dingin." kata Valter.

" Apa itu ? " tanyaku asal, aku sudah sangat dingin, sedikit sulit untuk berkonsentrasi dalam sebuah percakapan.

" Kota terdingin di dunia di utara Russia, cuaca bisa drop hingga minus 65 derajat celcius." sambungnya lagi.

" oh " bodo amat, kutukku dalam hati, ini aja aku dah hampir mati kedinginan.

" Jangan ajak aku, aku tidak mampu lebih dingin dari ini. " sahutku bergetar.

Valter tersenyum geli, sambil memperhatikan aku yang kedinginan.

" Apa kalian setuju kalo besok kita menginap di Iglo di Aurora Village ? Jadi kita bisa sepuasnya melihat aurora dari dalam Iglo hingga tertidur." kata Joseph memberikan saran.

" idemu oke juga. " timpal Mia.

Kami bertepuk tangan tanda setuju. Hahaha... karena diam akan membuat kami semakin dingin.

Kami beranjak kembali ke apartemen pukul tiga pagi, walau letih dan dingin tapi hari ini sangat menyenangkan. Berulang kali aku mengucap syukur karena diberi kesempatan menikmati petualangan ini.

Aku jatuh tertidur di bahu Valter sepanjang perjalanan pulang, pemanas di dalam mobil dan duduk berdesakan membantu kami tetap hangat hingga tiba di apartemen.

❄❄❄

avataravatar
Next chapter