33 Frankfurt, Germany ( 3 )

Petikan Harpa, Cello dan Violin berpadu sempurna mengalunkan sebuah simphoni karya cklasik Pachebel- Canon in D menambah hikmah suasana pemberkatan pernikahan, aku dan teman bridesmaid, groomsmen juga mempelai pria berjejer di depan altar, nampak Mia perlahan berjalan menuju altar didampingi sang kakek, satu satunya keluarga yang Mia miliki.

Mia terlihat sangat cantik dan bahagia berjalan anggun dibalut dengan dress putih, sambil memegang white rose bouquet di tangan kirinya. Senyuman demi senyuman terlihat begitu sempurna menghiasi moment penting Mia, Mia dan Carl menjalani proses pemberkatan dengan hikmat dan begitu syahdu.

Aku tidak dapat menahan perasaan haru bahagia melihat moment sakral berlangsung, musik yang mengalun indah, hadirin yang terlihat bahagia, senyuman mempelai pria wanita dan tatapan saling mengasihi, proses penyatuan cinta dalam sebuah ikatan suci.

-

" Selamat atas pernikahannya Mia. " Aku menyalami Mia dan Carl bergantian, aku juga memeluk dan mengecup Mia, Valter berada disampingku ikut menyalami Mia dan Carl.

Setelah pemberkatan, suasana berubah lebih casual, dan berpindah venue ke bagian luar dari basilika. Mia dan Carl melangsungkan prosesi pernikahan sekaligus pesta di Schloss Johannisberg- sebuah kastil bersejarah di pinggiran kota Frankfurt yang kompleks bangunannya masih termasuk basilika dimana memungkinkan untuk melakukan upacara pemberkatan pernikahan. Kastil ini dilengkapi dengan taman yang indah, ruang basilika yang cantik dan terawat, pemandangan kebun anggur dan lembah Rhine yang menakjubkan. Dekorasi untuk pesta outdoor juga tertata rapi, meja putih panjang berjejer rapi untuk hidangan para tamu, music yang mengalun indah sepanjang jalannya pesta, sajian hidangan terbaik dari masakan lokal khas Germany, dilengkapi pilihan anggur riesling yang lezat tersaji. ( Riesling adalah sebuah varietas anggur putih yang berasal dari kawasan Rhine, Jerman. Riesling adalah sebuah varietas anggur aromatik yang menyimpan bunga, wangi serta keasaman yang tinggi. Anggur tersebut digunakan untuk membuat wine putih kering, semi-manis dan manis.)

Mempelai berbaur dengan menyapa para tamu, aku dikenalkan dengan beberapa keluarga Mia, juga teman teman kecil Mia yang turut menghadiri pesta, sesi pemotretan bridesmaid, groomsmen berlangsung seru dan penuh gelak tawa, cuaca begitu cerah di bulan Mei pada pertengahan musim semi.

pranggg....suara piring pecah, diikuti oleh semua yang hadir, ikut memecahkan piring dan porselen, moment "polterabend" pun dimulai, ini adalah tradisi masyarakat yang cukup unik di Germany.

Pada momen tersebut, piring dan porselen itu akan dipecahkan ramai-ramai. Sang mempelai diharapkan membersihkan piring yang hancur secara bersama sama yang menunjukkan bahwa mereka rukun, bekerja sama dan saling bantu membantu dalam hidup berumah tangga kelak. Bisa dikatakan bahwa tradisi ini membawa keberuntungan bagi sang mempelai dalam mengarungi bahtera rumah tangga nantinya.

Tradisi itu pun sejalan dengan ungkapan Jerman, 'Scherben bringen Gluck' yang berarti pecahan membawa nasib baik.

Mempelai wanita dan pria juga akan melakukan dansa Waltz yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam agenda sebuah pesta di Germany, mempelai wanita kemudian bergantian berdansa dengan kakek, mertua, atau saudara lainnya, diikuti oleh para tamu undangan yang ikut menikmati suasana romantis dalam pesta.

" Mau berdansa denganku ? " bisik Valter yang berdiri disebelahku.

" Sepertinya tidak, aku tidak mengerti cara berdansa . " tolakku halus.

" Ayolah sayang." bujuknya lagi... aku akan mengajarimu caranya."

" Hai.. Valter, lama tidak berjumpa, berdansalah sebentar denganku. " sambil menarik paksa Valter.

Aku sedikit shock, tiba tiba ada seorang wanita Germany yang tidak kukenal, datang entah dari mana langsung memotong percakapan kami dan mengajak Valter berdansa. Dengan enggan Valter pun berdansa sambil mengirimkan pesan pesan melalui bahasa tubuhnya untukku menunggu sebentar.

Aku berdiri menunggunya dengan perasaan cemberut yang kututupi melalu senyum manisku, wanita yang bersamanya itu terlihat cantik, dan agresif, tubuhnya tinggi semampai, berambut blonde, dengan raut wajah khas Eropa, nampak lebih dewasa usianya dariku, mungkin seumuran Valter.

Aku menggeleng gelengkan kepalaku mencoba mengusir pikiran buruk yang senantiasa berbisik mengajakku cemburu, mungkin saja itu saudara, relasi atau teman semasa kuliah batinku, berusaha berpikir positif. Tiga menit berlalu, mata ku tak kuasa mengawasi keduanya, wanita itu seperti sengaja menggesek gesekkan badannya ke arah Valter. Sialan... Aku membalikkan badanku cepat dan bermaksud melangkah menjauh... Langkahku terhenti, mataku memandang ujung sepatu kulit pria itu, ia menggunakan setelan berwarna abu gelap, aku mengangkat wajahku dengan cepat, di depanku pria itu tersenyum manis, wajahnya seperti begitu familiar tapi ini kali pertama aku melihatnya, ia berdiri sambil memegang gelas berisi anggur di tangan kirinya.

" Oh, maaf. " sahutku sopan sambil tersenyum menatapnya, berusaha memperlihatkan kesopananku.

" kamu yang bernama Jade, bukan ? " tanyanya, masih dengan senyum mengembang.

" Iya. aku Jade. Anda ..? " sahutku bingung.

Kami berjalan pelan sejajar menjauhi kerumunan tamu yang menonton waltz.

" Aku George, kakak Valter nomer 3. " jawabnya sopan.

Valter adalah anak bungsu dari 4 bersaudara yang semuanya pria. Kakak Valter nomer 1 dan 2 sudah berkeluarga dan memegang peranan penting dalam bisnis keluarga, kakak ke 3 adalah seorang pembalap profesional, pria yang sedang bercakap denganku.

" Senang berkenalan denganmu, George. " sahutku lagi.

George menghentikan seorang pelayan yang membawa nampan berisi wine, dan meraih gelas yang berisi wine baru dan memberikannya kepadaku. Aku menerima dan kami mengetukkan gelas wine bersamaan.

" Welcome to Frankfurt, Jade." sahutnya lagi. " Aku tidak menyangka kamu jauh lebih cantik daripada yang aku dengar. "

Aku tersenyum dan tersipu mendengarnya, George berusia 32 tahun, lebih tua 2 tahun dari Valter, secara fisik dia lebih tinggi beberapa cm dari Valter, lebih terlihat ramah dan mudah berbaur, mungkin karena George banyak bergaul dengan orang luar Germany, dengan tampang yang lebih menjual. Tidak heran di usianya yang ke 32 dia masih senang membujang, dan menikmati hidup di dalam glamour nya dunia atlet. Dengan keterampilan nya bergaul dan prestasinya sebagai seorang pembalap, dia dengan mudah memikat hati wanita yang ia inginkan.

" Kenapa aku tidak pernah bertemu denganmu di rumah ? " tanyaku basa basi.

" Aku berada di States beberapa minggu terakhir, dan baru pagi ini aku berada disini, aku sudah mendengar tentangmu semenjak kau bersama Valter di Munich." tambahnya sambil meneguk sisa wine yang tersisa digelas.

" Apakah itu berarti kalian ber gosip tentangku ? " sahutku tertawa kecil.

" Kurang lebih demikian, ini sebuah kemajuan bagi adikku yang kurang cekatan mendekati wanita. Namun kali ini kuakui dia lolos ujian dengan nilai terbaik. " ucapnya dengan senyum tipis.

" Aku tidak mengerti apa yang dimaksud dengan ujian terbaik, George." sahutku riang.

" Aku bisa menetapkan bahwa kali ini Valter sangat pandai dengan tidak membiarkan mu lolos begitu saja. Karena jika tidak, aku orang pertama yang akan menemukanmu. " sahutnya sambil tertawa kontras dengan tatapannya yang tajam yang tak kumengerti, seperti tatapan agresif, menginginkan sesuatu.

" Jade... " teriak Valter dari arah belakang, aku membalikkan badan, diikuti George sambil tetap tersenyum.

Nampak Valter berjalan cepat ke arah kami.

šŸ¦¢šŸ¦¢šŸ¦¢

avataravatar
Next chapter