37 Brasov-Transylvania, Romania

Aku menatap kastil tinggi di depanku tanpa berkedip, kastil Bran menyendiri di puncak batu besar sebuah tebing di dekat Pegunungan Carpathian, kastil memiliki gaya arsitektur gothic kuno, beberapa tower yang menjulang tinggi khas istana negeri dongeng memberi kesan eksotis plus misterius.

Aku melirik ke arah Valter, yang sedang melakukan hal yang sama denganku, yapz! kami berdua berada di salah satu struktur paling terkenal di dunia fiksi - Kastil Dracula.

"Dracula sosok penghisap darah manusia sepenuhnya merupakan cerita fiktif, yang diangkat dari sebuah novel horor karya Bram Stoker terbitan 1897. Sebenarnya, karakter Count Dracula ini terinspirasi dari Vlad III Dracul pangeran Wallachia, seorang pangeran yang kejam dan haus darah di abad pertengahan." ucap Valter seperti mengerti kemana langkah pemikiranku.

Aku menganguk setuju dengan penjelasannya,

" Banyak yang mengira itu adalah kisah nyata." sahutku.

"Dia membunuh semua musuh musuhnya, dan juga menikam para pejabat yang korup sehingga mendapat julukan Vlad Tepes, yang berarti Vlad the Impaler hingga menerima banyak propaganda negatif dari negara-negara Eropa lainnya." tambah Valter saat kami memasuki gerbang utama menuju Kastil.

"Namun bagi penduduk Romania sendiri Vlad Tepes adalah seorang inspirator yang cukup iconic, orang yang berani bertarung melawan Ottomans ( Kesultanan Turki Utsmani ) ,yang tergabung dalam Ordo naga - Societas Draconistarum ( sebuah ordo yang mempertahankan kristen dari invasi kesultanan Turki Utsmani."

Aku bisa mengerti, isi novel sungguh berbeda dengan kejadian sebenarnya. Penulis sangat pandai mendapatkan ispirasi dan mengubahnya seolah olah nyata. Bahkan kisah fiksi lebih populer ketimbang kisah aslinya." sahutku sambil tertawa.

"Kekejamannya dikenal dan diakui dunia, bagi warga Romania beliau diakui sebagai pahlawan negara dalam perang salib, dan patung-patungnya bertebaran di Romania sebagai seorang pahlawan sejati dan legenda dunia yang melakukan apa yang harus dia lakukan untuk melindungi rakyat dan tanah airnya dari penjajah asing."

"Sang Legenda sendiri terbunuh saat perang salib melawan Ottoman pada tahun 1476, dan pada tahun 1930 kuburan sang legenda dibongkar namun aneh nya jasad dari sang legenda itu sendiri tidak diketemukan, hingga kini tidak ada yang tau kemana jasadnya berada." ucap Valter panjang lebar.

" Akankah dia hidup kembali seperti Vampir ? mungkinkah Bram Stoker bercerita tentang keadaan nyata bukan sekedar karya fiksi ? " sahutku tersenyum.

Valter mengangkat bahu, menyatakan ketidak tahuannya akan hal itu.

-

Aku dan Valter berjalan mendaki di jalan berbatu menuju tempat kastil berada, suasana disekitar kastil sejuk dan ramai dengan para wisatawan yang berkunjung, jauh dari kesan horor dalam cerita dracula, dari pucak atas menawarkan pemandangan sekeliling dan suasana kota Brasov, Romania dari ketinggian.

Di dalam kastil adalah Museum Bran, Ruang demi ruang di dalam kastil berbentuk kubah dengan pintu pintu kecil, dan beratap pendek, untuk menjaga suhu kastil agar senantiasa hangat ketika musim dingin tiba, ada pajangan berbagai pisau, dan tombak yang digunakan Vlad membunuh musuhnya, lengkap dengan baju zirah Vlad.

Tangga menuju setiap lantai sangat sempit, lorong rahasia yang sempit dan pengap yang memberi kesan suram sekaligus misterius. Di dinding kastil ada informasi dan cerita tentang mitos Draculla.

Sementara di ruang lain juga ada perpustakaan, ruang bermusik, ruang penyiksaan, serta kamar tidur King Ferdinan lengkap dengan mahkota dan pakaian kebesaran.

Di tengah tengah kastil sebelum pintu keluar, ada sebuah sumur tua yang di bagian bawahnya penuh dengan koin dan uang kertas yang dilemparkan oleh para pengunjung yang datang, konon setiap pengunjung akan melemparkan uang dan mengucapkan permintaan yang percaya ngak percaya bisa menjadi kenyataan.

-

Bertualang bersama Valter seperti perjalanan yang tidak ada habisnya dan tidak pernah kehabisan energi, tidak seperti George yang sangat glamour dan gaya hidup metropolis, gaya hidup Valter justru bisa dibilang sederhana, senang bertualang ke tempat tempat extreme dan menjelajah alam yang menantang adrenalin.

Aku menatap Valter dari kejauhan dibalik sofa sebuah hotel di Brasov, Romania tempat kami bermalam di hari ini sebelum kami melanjutkan petualangan menyusuri kota lain di wilayah Romania, Valter sedang berdiri antrian cek in Hotel, ingatanku terbawa ke beberapa bulan sebelum ketika kami pertama kali bertemu, tidak ada perasaan spesial yang kurasakan hingga semuanya bergulir begitu saja, hingga ketitik dimana segala sesuatu tentang Valter begitu indah.

Tatapan Valter adalah sebagian besar ingatan akan figur dirinya, Valter bukan orang yang banyak bicara, apalagi merayu, Valter selalu berbicara melalui tatapan dan kontak mata, begitulah cara ia membangun interaksi sosial yang kemudian beregenerasi mengakar dan tumbuh menjadi bunga cinta yang indah di taman hatiku, matanya memiliki kekuatan kuat untuk membangun kepercayaan sekaligus mengirim pesan pesan manis ke dalam jiwaku.

-

" Jade ? " sapa Valter sambil mengerak gerakkan tangannya di depan mataku yang sedari tadi melamun akan indahnya cinta.

Aku tergelak sendiri, menahan malu setelah kepergok sedang melamun.

Aku bangkit dari sofa, meraih ransel dan berjalan mengikuti Valter dari belakang.

Tidak ada sesuatu yang istimewa di kamar tempat kami menginap, seperti kamar hotel bintang 5 di banyak kota di dunia, hanya ada sedikit yang menganjal untukku, sekat yang memisahkan kamar dan bathtub juga shower terbuat dari kaca yang full transparan.

Aku menghela napas panjang, berusaha memikirkan bagaimana cara nya agar aku bisa segera mandi dan merebahkan tubuh ke hangatnya kasur.

" Valter, kamu bisa segera mandi lebih dulu, aku masih harus menelp Natalie." ucapku sambil mengecupnya dan berlalu ke arah balkon.

Aku menghabiskan waktu di area balkon kamar, sementara Valter bersih bersih, dan masuk kembali setelah memastikan Valter sudah berpakaian tidur lengkap.

30 menit berlalu, tidak ada tanda tanda Valter akan segera pergi tidur, ia malah asyik menikmati wine dan jemarinya sibuk menyusun kata di atas keyboard laptop.

Sepertinya tidak ada pilihan yang lebih baik untukku, mandi atau berjamur, menanti Valter yang tak akan kunjung tidur dan seluruh tubuhku yang terasa gatal ingin segera dibersihkan, aku berjalan pelan menuju kamar mandi, berharap Valter akan sangat sibuk menatap laptop tanpa memperdulikan kegiatanku.

" Nice View." ucap Valter sambil tersenyum mengoda. Aku melangkahkan kaki keluar dari ruang mandi dengan wajah manyun menahan malu, badanku masih menggunakan bathrobe lengkap dengan handuk yang melilit diatas kepala.

Aku melangkah ke samping Valter, menuangkan wine ke gelas dan meneguknya, rasanya begitu segar meneguk wine setelah berendam di air hangat, Valter menangkap tubuhku dan mendudukkanku di pangkuannya seperti seorang anak kecil, kami bercanda dan saling menggoda.

Sekilas aku mengingat apa yang aku lakukan beberapa malam sebelumnya, aku membiarkan diriku di cium oleh George yang tidak lain adalah kakak kandung Valter. Ada perasaan bersalah yang aku pendam sekaligus perasaan jijik akan kelakuanku. Terlintas aku akan mengaku jujur ke Valter tentang semuanya di malam itu, tapi kuurungkan niat ku karena mengingat aku tidak mungkin membangkitkan trauma lama di hati Valter yang pernah sakit akan pengkhianatan Halley dan Devon.

Valter menyentuh wajahku dan berada semakin dekat, Valter menciumku perlahan dan aku menikmati setiap sentuhan bibirnya dan membalas setiap kecupannya dengan lembut.

Ritme ciuman Valter semakin lama semakin intens dan sedikit agresif, Valter lalu turun menciumi leherku, aku terbawa menikmati suasana sentuhannya. Valter berhenti dan menatapku dalam, matanya seakan berkata jika dia ingin meneruskan nya, dan aku membalas tatapan Valter seperti memberinya ijin.

Aku merasakan perlahan tangan Valter menyelinap ke dalam bathrobe ku, aktivitasnya membuat ikatan bathrobe ku terlepas, aku sudah tidak mampu untuk berpikir jernih lagi, seperti nya aku sudah terbuai melayang. Aku bisa merasakan tubuh hangat Valter mengalirkan rasa hangat ke tubuhku, dan Valter secara tak terduga menghentikan semua aktivitasnya, ia memasangkan kembali bathrobe ku yang sudah terlepas, memelukku erat dan tidak bergerak. tidak berkata apapun.

Aku terpaku diam, entah apa yang terjadi.

Pikiranku sibuk menganalisa semua kemungkinan.

" Kenapa berhenti ?" bisikku pelan.

Valter hanya memelukku dalam diam.

❣❣❣

avataravatar
Next chapter