125 Tidur Di Garasi?

Sementara itu di sebuah kamar yang dijaga ketat oleh beberapa bodyguard, berdiri seorang pemuda tampan yang menatap keluar balkon kamarnya.

" Kamu tidak akan bisa menikahi pria manapun selain aku, Win! Aku akan pastikan semua itu!" kata Revan mengepalkan tangannya. Revan sangat kesal pada Wina yang menyetujui rencana papanya untuk menikah dengan Bastian. Dia sangat marah dengan gadis itu karena telah berpaling pada Bastian secepat itu.

" Apa wanita semua memang tidak bisa dipercaya? Dengan mudahnya mereka datang membawa cinta dan dengan cepatnya mereka pergi ke dalam pelukan pria lain!" kata Revan geram.

Keesokan harinya Revan bangun sangat pagi, karena hari ini adalah hari pernikahan Wina dan Bastian. Dia telah mandi pagi-pagi, walau semalaman dia tidak bisa tidur akibat memikirkan hari ini.

Revan duduk di balkon kamarnya setelah sedikit berolahraga dan mandi. Dia mengeringkan rambutnya yang masih basah dan memakai pakaian santainya. Tok! Tok! Pintu kamarnya diketok dari luar.

" Tuan Muda! Sudah waktunya sarapan!" kata salah Mirna.

" Iya, mbok!" jawab Revan.

Revan keluar dari kamarnya dengan di ikuti oleh 2 BG yang selalu di suruh Valen untuk mengikuti. Semua anggota keluarganya telah berkumpul di meja makan, termasuk keponakan tersayangnya.

" Pagi, Ma!" sapa Revan mengecup pipi Tata.

" Pa!" sapa Revan ganti.

" Pagi, sayang!" jawab Tata.

" Hmm!" sahut Valen.

" Hei, Dud! How're you?" sapa Revan pada Andy. Bayi itu tersenyum melihat Om gantengnya.

" Hi, Om! I'm fine!" jawab Reva menirukan suara anak kecil.

" Mana misua lo?" tanya Revan yang duduk di sebelah Reva.

" Ke negaranya!" jawab Reva.

" Apa kamu semalaman nggak tidur, nak?" tanya Tata yang melihat mata merah putranya.

" Dia pasti lagi mikir cara ngebatalin pernikahan Wina!" kata Valen yang sukses membuat jantung Revan berdegub kencang. Dasar pak tua! Tahu aja isi pikiran gue! batin Revan.

" Iya, ma! Revan emang nggak bisa tidur! Tahu aja papa pikiran Varel!" balas Revan santai.

" Awas aja kalo berani bikin kacau!" kata Valen dengan nada geram.

" Mana bisa, Pa? Secara Varel diapit sama 2 upin-ipin itu!" jawab Revan kesal.

" Sudah! Kita sedang makan! Aku nggak suka ada pertengkaran di meja makan!" kata Tata kesal pada suaminya yang terlalu keras pada anak laki-lakinya itu.

Kemudian mereka berlima makan dengan tenang, sesekali Valen menatap tajam pada putranya yang membuat kepalanya pening dengan tingkah lakunya. Revan yang tahu jika papanya sedang menatapnya hanya cuek saja, karena dia tahu jika mamaya akan selalu melindungi dia.

" Ma! Varel mau makan iga nanti siang!" kata Revan pada Tata.

" Iya! Nanti mama masakin!" jawab Tata tersenyum. Revan memang sangat menyukai iga seperti Valen. Mendengar Revan mengatakan iga, Valen menelan salivanya. Valen sudah lama sekali tidak makan masakan iga Tata yang sangat lezat di lidahnya.

" Jam 9 papa harap semua sudah siap!" kata Valen setelah melihat semua selesai dengan sarapannya.

" Reva nggak bisa datang, Pa! Ada meeting penting! Mungkin setelah meeting Reva akan kesana!" kata Reva.

" Iya, sayang!" jawab Valen. Cih! Kalo Kak Reva aja di sayang-sayang! Dasar papa nyebelin! batin Revan sebel. Revan sebenarnya tidak pernah merasa di anak tirikan oleh orang tuanya, karena dia tahu jika mereka berdua sangat menyayangi Reva dan Revan dengan porsi yang sama. Hanya saja akibat masalah ini, Revan jadi sebel dengan kelakuan papanya.

" Varel naik dulu! Kak, Kak Andra kapan balik?" tanya Revan.

" Dia bilang dalam 3 ato 4 hari!" jawab Reva.

" Ckk! Nggak takut di sabet misuanya?" goda Revan.

" Varel!" kata Tata mendengar Revan menggoda Reva.

" Ckk! Mana berani dia! Gue tinggal aja dia nangis-nangis!" kata Reva bangga.

" Cih! Nangis? Itu airmata buaya! Cowok itu didepan istri aja nangis, tapi kalo ada yang lebih kencur, pasti langsung melotot!" kata Revan menahan tawanya yang melihat wajah menggelap Reva.

" Varellllll!" teriak Reva, tapi Revan telah lari duluan. Valen hanya tersenyum mendengar ucapan Revan dan sayangnya Tata melihat senyuman Valen yang dianggapnya membenarkan ucapan Revan.

" Kenapa tersenyum? Apa kamu seperti itu?" tanya Tata penuh selidik.

" Ap..apa? Ten...tentu saja tidak, sayang! Bagiku kamu makhluk paling seksi!" jawab Valen sedikit gugup.

" Kenapa gugup? Tidur di kamar tamu!" kata Tata lalu berdiri dan berjalan ke kamarnya.

" Sayanggg! Awas kamu, Varel!" kata Valen kesal sambil menatap tajam putranya karena membuat istrinya jadi salah sangka.

" Sayang!" panggil Valen lagi. Reva hanya geleng-geleng kepala melihat kemanjaan papanya. Awas aja kalo kamu berani macam-macam, Andra! batin Reva, sepertinya dia juga termakan ucapan Revan.

" Sayang! Apa kamu masih marah?" rayu Valen saat mereka berangkat ke tempat Wina.

" Tentu saja!" jawab Tata dengan wajah kesalnya.

" Tapi Varel kan hanya bercanda, sayang!" kata Valen memeluk istrinya.

" Jauh-jauh! Bajuku bisa kusut!" kata Tata cuek.

" Tapi, sayang..."

" Bicara lagi...Tidur di garasi!" kata Tata tegas. Valen bergidik mendengar ancaman istrinya, ingatannya melayang pada kejadian saat Revan kecil.

FLASHBACK ON

" Sayang dia hanya sekretaris relasiku!" kata Valen merayu Tata.

" Sekretaris? Apa sekretaris boleh duduk di pangkuan Bosnya? Apalagi itu teman Bosnya!" kata Tata marah sambil menggendong Reavan yang sedikit rewel.

" Varel menangis, sayang!" kata Valen melihat Revan sedang menangis.

" Tidurlah diluar sampai aku percaya jika kamu memang tidak bersalah!" kata Tata tegas.

" Tentu saja aku tidak bersalah! Aku akan menyeret wanita itu dihadapanmu agar dia menjelaskan semuanya!" kata Valen.

" Tidak perlu! Aku bisa mencari tahu sendiri!" kata Tata datar.

" Halo! Eve!" Valen menelpon Eve saat Tata sibuk menyusui Revan.

" Matikan!" teriak Tata saat mendengar perkataan Valen.

" Kita harus menyelesaikan sekarang, sayang!" kata Valen.

" Keluarlah! Tidurlah digarasi!" kata Tata. Valen membulatkan matanya mendengar ucapan Tata, dia langsung mematikan panggilannya.

" Serius, sayang?" tanya Valen.

" Pak Udin! Nanti malam jangan ijinkan suamiku masuk ke dalam rumah!" kata Tata yang menghubungi Udin, penjaga rumahnya.

" Sayanggggg!" kejar Valen.

FLASHBACK OFF

Valen bergidik lagi, lalu di ahanya diam saja sesekali melirik istrinya, sementara Revan yang duduk di depan sedang gelisah memikirkan Wina. Kamu nggak bisa menikah dan disentuh pria lain, Win! Hanya aku orang yang boleh menyentuhmu! Aku yang pertama dan akan jadi yang terakhir! batin Revan mengepalkan tangannya.

Sementara Reva telah berangkat ke kantornya untuk menemui tamu yang Sinta bilang adalah teman dari Andra. Reva telah mengirim pesan pada Andra, tapi masih belum dibuka. Mungkin dia masih sibuk! batin Reva. Reva memasuki kantornya, karyawan yang melihatnya menganggukkan kepalanya sambil menyapa.

" Selamat Pagi, Bu!" sapa mereka dengan tersenyum.

" Pagi!" jawab Reva ramah. Reva masuk ke dalam lift pribadi miliknya dan disambut oleh Sinta yang telah berdiri di depan pintu lift di ruangannya.

" Pagi, Bos!" sapa Sinta.

" Pagi, Sin!" jawab Reva lalu berjalan masuk ke ruangannya dan duduk di sofa.

" Apa dia sudah datang?" tanya Reva.

" Sudah, Bos! Dari 10 menit yang lalu!" kata Sinta.

" Suruh dia masuk!" kata Reva merapaikan pakaian dan wajahnya. Reva tidak mau kalah bersaing dengan teman suaminya yang masih single itu. Dan sepertinya dia mencium bau-bau pelakor dari wanita yang akan menemuinya itu. Tok! Tok!

" Masuk!" jawab Reva yang telah duduk di kursi kebesarannya.

" Permisi, Bos!" kata Sinta setelah membuka dan masuk.

avataravatar
Next chapter