116 Tidak Mau

Up : Rabu, 20/01/2021 - Pukul 08.05 WIB

____________________________________________

Malam ini adalah malam yang membahagiakan bagi keluarga Tata dan Saras, karena malam ini akan diadakan acara tunangan untuk Reva dan Bayu. Reva sudah berjanji akan bersedia menikah dengan Bayu setelah Revan ditemukan dan dalam keadaan baik-baik saja.

Reva merasa gelisah di kamarnya, ditatapnya putranya yang tertidur di Box bayi yang ada di kamarnya.

" Sayang! Kamu akan memiliki papa sebentar lagi! Dia akan sangat menyayangimu dan mama!" kata Reva dengan mata berkaca-kaca. Kenapa dadaku sakit sekali? batin Reva. Sebuah pesan masuk ke ponsel Reva. Reva mengabaikan ponselnya, karena dia berpikir itu pasti dari teman-temannya yang mengucapkan selamat padanya meski acara pertunangan belum dimulai. Ponsel Reva berdering, Reva mengusap airmatanya dan berjalan ke dekat nakas. Diraihnya ponselnya, dilihatnya nama Anzel tertera dilayar. Reva menggeser icon gambar telpon yang berwarna hijau dan mengubahnya dalam panggilan Viseo.

" Anzel?" tanya Reva senang. - ( Nona! Apa kabar?" tanya Anzel tersenyum.)

" Baik! Kamu bagaimana?" tanya Reva senang. - (" Baik juga, Nona!" jawab Anzel.)

" Apa kamu nggak akan datang ke acaraku?" tanya Reva. - ( " Saya ingin datang, tapi saya harus menjaga orang sakit!" jawab Anzel.)

" Siapa? Apakah orang tua atau saudaramu?" tanya Reva kaget. - ( " Bukan! Dia...)

Reva terpana melihat orang di video yang ada diponselnya. Reva hampir terjatuh melihat orang tersebut.

" Kenapa dia?" tanya Reva dengan datar. - (" Maaf, Nona! Bos tiba-tiba mengalami serangan jantung setelah mengetahui kabar pertunangan Nona!" jawab Anzel.)

" Kapan?" tanya Reva. - (" 2 hari yang lalu!" jawab Anzel.)

" Dimana dia?" tanya Reva. - ( " Negaranya!" jawab Anzel.)

Anzel bisa melihat airmata membasahi wajah Reva. Wanita itu menangis tertahan, karena tidak mau Andy terbangun.

- (" Ada Boris yang akan mengantar jika Nona akan kesini!" kata Anzel.)

Reva mengangkat kepalanya dan menghapus airmatanya. Reva mematikan panggilan Anzel dan mengambil Andy lalu menyelimutinya. Dia berjalan ke arah balkon dan dilihatnya Boris sudah berdiri di pinggir balkon.

" Cepat Nona! Sebentar lagi keluarga Tuan Bayu akan tiba!" kata Boris.

" Aku akan dibunuh oleh papa dan mamaku, Boris!" kata Reva.

" Saya akan bertanggung jawab, Nona!" kata Boris. Reva memberikan Andy pada Boris dan menuruni tangga, lalu Boris menggendong keranjang bayi tersebut turun lalu mereka berjalan ke arah taman dan keluar dari pintu samping. Disana telah menunggu sebuah range rover hitam dan mereka masuk ke dalamnya.

" Semoga anda dapat membuat Bos sadar, Nona!" kata Boris.

" Kamu nggak ikut?" tanya Reva kaget.

" Jalan!" kata Boris menutup pintu mobil.

" Borisss!" teriak Reva. Andy terkejut mendengar teriakan Reva, dia terbangun dan menangis. Dengan cepat Reva mengambilnya dan memberikan Asi pada Andy. Mobil itu berlari dengan kecepatan diatas rata-rata karena pesawat yang membawa Reva sudah siap untuk lepas landas. Beberapa menit kemudian Reva telah sampai di bandara dan masuk ke dalam pesawat setelah menyumbat putranya dengan alat penyumbat telinga.

" Kami akan berangkat, Nyonya!" kata Deni.

" Deni! Bagaimana keadaan Andra?" tanya Reva khawatir.

" Bos masih belum siuman! Ada sesuatu yang bermasalah di bilik jantungnya!" kata Deni.

" Ya Tuhan! Apakah separah itu?" tanya Reva. Deni menganggukkan kepalanya. Tubuh Reva rasanya lemas tak bertulang, tubuhnya bergetar merasakan kesedihan mendengar ucapan Deni.

Mereka sampai di Negara Y setelah 4 jam melakukan perjalanan. Sebuah mobil menjemput mereka dan pergi ke rumah Andra.

" Kita ke rumah dulu, Nyonya!" kata Deni.

" Tidak! Kita ke RS!" kata Reva.

" Kasihan Andy!" kata Deni. Reva beru sadar jika dia tidak sendiri. Reva menganggukkan kepalanya dan memeluk erat putranya. Reva melihat keluar jendela, jalanan begitu ramai dan perlahan sepi, hanya pohon rindang yang dilihatnya. Mereka memasuki sebuah mansion yang mewah yang berada di pinggir kota.

" Silahkan, Nyonya!" kata Dani. Reva keluar dengan menggendong Andy.

" Rumah siapa ini? Seingatku rumah orang tua Andra bukan ini!" kata Reva.

" Ini rumah yang disiapkan Bos untuk Nyonya!" kata Deni.

" Andra?" mata Reva kembali berkaca-kaca mendengar hal itu. Sepertinya Reva harus mengompres matanya dengan es batu agar tidak terlihat bengkak. Reva sangat takjub melihat isi rumah itu, semua seperti apa yang diinginkannya. Andra benar-benar mewujudkan keinginannya dalam memiliki rumah.

" Ini kamar anda, Nyonya! Silahkan beristirahat!" kata Deni.

" Kapan kita akan kesana?" tanya Reva tidak sabar.

" Setelah Nyonya istirahat!" jawab Deni lalu meninggalkan Reva. Reva menidurkan Andy di dalam Box bayi, lalu dia masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Dibukanya walk in closet milik Andra, betapa terkejutnya saat Reva melihat berbagai baju wanita tertata rapi di sebelah kiri dan baju pria di sebelah kanan. Reva mengambil sebuah mini dress dan memakainya. Reva keluar dari walk in closet Andra dan duduk di sebuah kursi dengan laptop yang terbuka di atas meja. Reva menekan tombol start pada laptop tersebut. Terlihat wallpaper gambar dirinya menggendong Andy disana. Mata Reva membulat sempurna. Darimana dia mendapatkan gambar ini? batin Reva. Reva membuka pictures pada gambar file. terbukalah beberapa file gambar. Andy? batin Reva membuka file Andy. Terlihatlah beberapa gambar Andy dan Reva. Reva semakin penasaran, Dibukanya file Video dan kembali ada file bernama Andy. Reva membuka file tersebut dan melihatnya, Andra yang sedang berada di pesawat dan menatap wajah Andy terputar disana. Mata Reva kembali basah, dia kemudian melihat video itu di atas ranjang, beberapa saat kemudian Reva tertidur karena kelelahan.

Reva perlahan membuka matanya, dia terkejut dan terbangun saat melihat papanya berada di sofa kamarnya.

" Papa?" ucap Reva pelan.

" Apa kamu sudah puas main-mainnya?" tanya Valen datar.

" Pa, Reva bisa jelaskan!" kata Reva bangun dari tidurnya dan duduk.

" Jelaskan saja dirumah! Mamamu sangat terpukul melihat perbuatanmu!" kata Valen.

" Boris! Bawa Andy ke mobil!" kata Valen.

" Tidak, Pa! Please, Pa! Dengerin Reva!" kata Reva turun dari ranjang dan langsung bersimpuh di kaki Valen.

" Jangan memohon untuk pria bajingan seperti dia!" kata Valen marah.

" Tapi dia sekarat, Pa! Tolong papa mengerti! Andy butuh papanya!" kata Reva.

" Kamu sudah setuju untuk menikah dengan Bayu!" teriak Valen marah.

" Reva tahu Reva salah! Tapi tolong papa ngertiin Reva! Reva sangat mencintai Andra!" kata Reva masih dengan bersimpuh di kaki Valen.

" Tapi dia sudah sangat menyakitimu!" kata Valen keras.

" Reva tahu! Tapi dia akan mati jika Reva pergi!" kata Reva menangis.

" Tolong, Pa! Kasihani Andra!" pinta Reva lagi.

" Boris! Bawa Reva dan Andy sekarang juga!" kata Valen.

" Tidak!" teriak Reva, dia melihat pisau di atas buah-buahan dan langsung berlari meraihnya.

" Kalo papa memaksa, aku akan menyusul Andra!" kata Reva menempelkan pisau itu di lehernya.

" Rava! Apa yang kamu lakukan? Sayang! Tenang dulu, sayang! Lepaskan pisau itu!" kata Valen.

" Tidak sebelum papa berjanji untuk membiarkan Reva dan Andy hidup bersama Andra!" kata Reva tegas. Pria brengsek! Jika kamu masih saja menyakiti putriku yang rela mati untukmu, aku sendiri yang akan menguliti tubuhmu! batin Valen mengepalkan kedua tangannya dan menahan amarahnya.

avataravatar
Next chapter