114 Patah Hati

Up : IDEM

___________

Disebuah apartement yang sangat mewah, seorang pria tengah bersiap-siap untuk bekerja padahal hari masih gelap, dia hanya tidak mau terlambat untuk bekerja. Dia memakai jaketnya dan keluar dari apartementnya. Dilantai bawah telah menunggu sebuah mobil untuk membawanya ke sebuah rumah kecil. Pria itu turun dan masuk ke dalam rumah setelah membuka pintu yang terkunci itu. Dikeluarkannya sebuah motor tua dan dikuncinya kembali pintu rumah tersebut. Pria itu menyalakan motornya dan mengendarainya menuju ke tempat dia bekerja.

Trin! Trin! Pria itu menekan bel motor tuanya yang cempereng pada penjaga pintu gerbang rumah tersebut.

" Pagi Pak Pan!" sahut Udin. Pria itu menganggukkan kepalanya, lalu berhenti dan membuka helmnya. Dia memperagakan tangannya seperti bicara akan masuk ke dalam.

" Ok, Pak Pan! Selamat bekerja!" jawab Udin tersenyum. Pan mengacungkan ibu jarinya dan tersenyum.

Pan masuk dan menyimpan motor bututnya di sebuah gudang di rumah itu. Pan adalah seorang tukang kebun merangkap serabutan di rumah besar itu. Dia baru saja bekerrja selama sebulan dirumah itu.

Dia mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja dan sebuah topi. lalu memulai pekerjaannya. Saat jam sudah menunjukkan angka 6, majikannya pasti keluar untuk berjemur dengan cucunya di taman yang di rawat oleh Pan. Pan menatap bayi yang digendong neneknya itu dengan tersenyum sambil memotong rumput.

" Selamat Pagi Pak Pan!" sapa Tata. Pan melihat pada Tata dan membuka topinya, dia menganggukkan kepalanya.

" Bapak sudah sarapan?" tanya Tata. Pan mengangguk lagi.

" Bisa tolong jaga cucu saya sebentar? Saya mau cuci tangan!" kata Tata. Pan tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Dengan cepat dia membersihkan tangannya dengan air keran lalu memakai topinya dan mendekati kereta Andy.

" Tolong, ya, Pak!" kata Tata. Pan mengangguk cepat. Tata berjalan ke arah westafel yang berada tidak jauh dari situ. Pan melihat wajah Andy yang tampan dan bibirnya mengecap-ngecap. Dia tersenyum dan menatap bayi itu dengan wajah bahagia. Pan tidak berani menyentuhnya walau sering disuruh menjaga, dia hanya melihat saja atau tersenyum. Bayi itu melihat pada Pan dan tersenyum.

" Pak Pan!" sapa Reva yang tiba-tiba datang mendekati mereka. Pan terkejut dan menundukkan kepalanya.

" Sayang, anak mama!" sapa Reva pada bayinya. Pan perlahan mundur dan berdiri agak jauh dari Reva.

" Sayang!" sapa Tata mendekati mereka.

" Ma!" balas Reva.

" Terima kasih, Pak!" kata Tata, Pan mengangguk, kemudian kembali ke tempatnya.

" Mama sudah cantik! Mau kerja sekarang?" tanya Tata.

" Iya, ma! Ada meeting hari ini!" kata Tata.

" Apa kamu sudah memikirkan lamaran Bayu?" tanya Tata.

" Menurut mama, Reva harus bagaimana?" tanya Reva sambil melihat putranya.

" Jika menurut kamu Bayu bisa menggantikan sosok papa untuk Andy, mama setuju saja! Bayu sangat baik dan sayang sama Andy!" kata Tata.

" Kalo mama suka, aku terserah papa saja! Aku akan belajar mencintai dia!" ucap Reva tersenyum.

" Nanti mama akan bilang pada papa!" kata Tata senang.

" Apa bulan depan terlalu cepat?" tanya Tata lagi.

" Temukan Varel, ma! Reva maunya nikah dengan keluarga lengkap!" kata Reva.

" Baiklah!" jawab Tata.

" Mama pergi dulu, ya, sayang!" ucap Reva negecup putranya yang bergerak-gerak.

" Da da, Andy!" pamit Reva.

" Da da, mama!" sahut Tata.

Tukang kebun itu berjalan menjauhi taman rumah Tata, dia berjalan dengan sedih. Digantinya pakaian kerjanya, lalu dia mengambil motornya dan pergi meninggalkan rumah Tata.

" Lho, mau kemana, Pak?" tanya Udin. Pan hanya menggoyang kepalanya ke depan.

" O, hati-hati, Pak!" kata Udin lagi. Pan menganggukkan kepalanya. Pan kembali ke rumahnya dan duduk sejenak di dalam. Diraihnya sebuah ponsel dari dalam lemari kecil di sebelahnya.

" Jemput aku!" kata Pan lalu mematikan ponselnya. Tidak lama kemudian datang sebuah mobil mewah dan Pan masuk ke dalam mobil tersebut.

" Kemana, Bos?" tanya sopir mobil itu.

" Kantor!" jawab Pan.

" Kita ke Bandara saja!" kata Pan.

" Ya?" tanya sopirnya.

" Aku sudah kalah, Zel! Sebentar lagi dia akan menikah!" kata Pan sambil meneteskan airmata.

" Bos! Maaf!" kata Anzel.

Selama sebulan lebih ini Andra menyamar sebagai Tukang Kebun yang bisu di rumah Reva, karena dia tidak mau sedetikpun jauh dari putranya. Tapi obrolan Reva dan mamanya tadi membuat dia sadar bahwa tidak ada lagi cinta di dalam hati wanita itu. Dia sudah berjanji pada Valen akan menjauhi mereka, tapi dia tidak mau jika Andy mengalami apa yang dialami Reva saat kecil, karena itu dia ingin selalu menjaga putranya.

" Rasanya aku ingin mati saja, Zel!" kata Andra frustasi.

" Jangan seperti itu, Bos! Andy membutuhkan Bos!" kata Anzel.

" Dia masih kecil, dia tidak akan tahu jika aku adalah papanya. Reva akan menikah dengan Bayu sebentar lagi, dia akan menggantikan aku sebagai papanya! Aku akan dilupakan, Zel!" tutur Andra dengan hati yang sakit dan merasa tertekan.

" Apa sudah pasti, Bos?" tanya Anzel. Andra hanya terdiam.

" Apa Bayu itu sangat baik?" tanya Anzel lagi.

" Hahaha! Bahkan aku tidak bisa menandinginya saat ini!" jawab Andra.

FLASHBACK ON

" Reva!" sapa Bayu yang datang dan memanggil Reva.

" Bayu? Astaga!" sahut Reva. Lalu mereka berpelukan sangat erat.

" Gue kangen banget sama lo!" kata Reva.

" Apalagi aku! Aku kangen sama kalian berdua!" kata Bayu melihat Andy. Saat itu mereka sedang berada di Taman dan Andra melihat semuanya.

" Halo, anak papa!" sapa Bayu pada Andy. Dan Reva membiarkan saja Bayu berkata seperti itu pada Andy, membuat hati Andra saat itu begitu sakit.

" Kita masuk? Matahari sudah agak panas!" kata Bayu lagi.

" Iya!" jawab Reva.

" Biar aku menggendong Andy!" kata Bayu.

FLASHBACK OFF

" Kenapa takdir mempermainkan aku, Zel?" tanya Andra sedih.

" Selama ini aku mencoba untuk menjauhi dan membencinya, tapi aku nggak pernah bisa dan sanggup! Aku sangat mencintai dia, Zel! Aku nggak bisa hidup jika dia bersama orang lain!" kata Andra tertekan.

" Bos! Ingat Andy!" kata Anzel memberikan semangat pada Andra.

" Dia pasti senang memiliki papa seperti Bayu!" kata Andra lirih. Anzel perlahan memutar mobilnya menuju ke Bandara. Kasihan Bos Andra! Ternyata dia sangat mencintai Nona Reva. Tapi gue cuma sopir, mana bisa gue melakukan sesuatu.

Di dalam pesawat Andra naik ke lantai 2 dan duduk di sebuah kursi, dia membuka laptopnya, dibukanya sebuah file yang berisikan foto Andy dan video Andy. Anzel mengikuti Bosnya dan berdiri di belakang Andra.

" Dia lucu bukan Zel?" tanya Andra tanpa melihat Anzel.

" Iya, Bos!" jawab Anzel sedih. Andra menyentuh layar laptop saat video Andy diputar dan terlihat wajah putranya.

" Papa sayang banget sama Andy dan mama! Papa kangen kalian berdua! Kalian kangen nggak sama papa?" tanya Andra dengan airmata menetes di pipinya.

" Maafin papa yang nggak bisa sama-sama Andy! Papa bukan papa yang baik, karena papa telah menyakiti mama kamu, nak!" kata Andra.

" Kamu akan bahagia memiliki Papa Bayu sebagai papamu! Papa nggak tahu apa papa bisa bertemu denganmu lagi! Jaga mama baik-baik! Karena papa sudah nggak bisa menjaganya lagi!" kata Andra dengan kepala yang di letakkan di atas meja sambil memandang video Andy.

" Papa sangat mencintai kalian berdua! Semoga kita bisa ketemu disana, semoga kamu bisa mengenali papa!" kata Andra lagi.

avataravatar
Next chapter