173 LAGI...???

" Apa kamu tega berpisah dengan anak yang di kandung Angel?" tanya Tata balik.

" Aku akan merawatnya. ma! Aku tidak akan meninggalkan dia!" jawab Revan.

" Bagaimana dengan Angel? Apa kamu akan meninggalkan dia karena Wina?" tanya Tata lagi.

" Mama tahu aku sangat mencintai Wina! Takdirlah yang mempermainkan kami! Apakah salah jika aku ingin bersama dengan orang yang aku cinta?" tanya Revan egois.

" Salah! Jika kamu sudah menikah dan akan memiliki anak!" ucap Tata tegas.

Sementara itu di bumi belahan lain, terlihat seorang wanita dengan pakaian tidurnya sedang berdiri di balkon sebuah apartement. Matanya terpejam merasakan hembusan angin di pagi hari. Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang.

" Good Morning!" bisik si pemilik tangan.

" Morning!" jawab wanita itu tanpa membuka matan, tangannya membelai lembut bulu-bulu di tangan si pemilik.

" Kau selalu menginggalkan aku sendiri saat pagi hari!" bisik si pemilik tangan lagi.

" Aku hanya tidak ingin mengganggu tidurmu!" jawab si wanita.

" Merry me, Angel!" ucap pria itu dengan kepala di ceruk leher Angel.

" No, Will! I hate merriage!" jawab Angel membuka kedua matanya dan melepaskan pelukan William.

" Apa kita akan terus seperti ini?" tanya Willi dengan mata sedih dan berdiri di samping Angel, menatap nanar wanita di depannya.

" Iya! Dan jika kamu masih ngotot ingin menikah, kamu bisa pergi!" kata Angel tanpa melihat wajah William..

" Tidak semua pria seperti dia, Angel!" kata Will.

" Hah! Tapi dia adalah pria terbaik bagiku, tapi apa yang dia lakukan? Kamu sudah tahu semuanya!" kata Angel dengan mata berkaca-kaca.

" I'm so sorry! Aku tidak akan pernah lagi memintamu, kecuali kamu sendiri yang meminta!" kata Will kemudian memeluk tubuh Angel yang bergetar akibat tangisannya.

FLASHBACK ON

" Bagaimana keadaan istri saya?" tanya Will.

" Maaf, Pak! Kalian kehilangan janin kalian! Karena pendarahan yang hebat juga akibat kurangnya pasokan oksigen pada tubuh ibunya akibat penyakit jantung yang di derita ibunya!" jelas dokter tersebut.

" Ya, Tuhan!" ucap Will terkejut.

" Aku dimana?" tanya Angel yang perlahan membuka kedua matanya setelah 3 hari tak sadarkan diri.

" Kamu sudah bangun?" tanya Will.

" Kenapa kamu disini? Dimana suamiku?" tanya Angel.

" Apa kamu lupa?" tanya Will. Perlahan Angel meneteskan airmata karena mengingat semua yang terjadi. Dia mengusap perutnya, kenapa perutnya kempes dan apa ini? batin Angel. Dia membuka bajunya dan melihat ada perban menempel di perutnya bagian bawah.

" Apa yang terjadi? Ada apa dengan bayiku?" tanya Angel histeris.

" Tenanglah! Kamu harus ikhlas menerima semuanya!" kata Will memegang tangan Angel yang memukul-mukul dadanya.

Akhirnya Angel harus di suntik agar bisa tenang dan tertidur. Will menceritakan apa yang tejadi sesuai dengan perkataan dokter. Angel menatap kosong dinding kamar inapnya, satu-satunya harapan terakhirnya sudah tiada.

FLASHBACK OFF

" Kamu masih sangat mencintai dia!" kata Will berdiri di samping Angel.

" Aku tidak akan pernah bisa membencinya atau melupakan dia!" jawab Angel.

" Lalu aku?" tanya William.

" Aku bukan orang bodoh, Will! Bahkan kamu sangat mencintai dia!" ucap Angel melepaskan pelukan William.

" Bahkan aku tidak bisa menyakiti tubuhnya!" balas William.

" Apa maksudmu?" tanya Angel yang kemudian duduk di kursi yang ada di balkon situ.

" Kamu tahu? Aku berusaha menyentuhnya saat dia datang dan tahu dia akan pergi padanya!" kata William sedih.

" Apa? Are you lost your mind?" tanya Angel terkejut.

" Aku sangat marah dan cemburu saat itu. Dengan mudahnya dia berlari kepadanya dan meninggalkan kami seperti barang bekas!" jawab William.

" Itulah cinta! Manusia akan melakukan apapun demi cinta, bersikap egois bahkan menyakiti orang lain!" kata Angel menyesap kopinya.

" Apa kamu berhasil?" tanya Angel.

" Dia menangis kemudian pingsan saat aku memaksa menciumnya! Lalu aku pergi setelah menitipkan dia pada asistennya! Bahkan aku belum pernah sekalipun menyentuhnya!" kata William penuh penyesalan.

" What? Are you serious? Hahaha...Ternyata aku lebih beruntung darimu! Aku masih bisa bersama dengan dia walau semua musnah saat ini!" kata Angel dengan hati yang merasa perih.

Valen masuk dan berjalan ke arah mereka bertiga, dia berdiri melihat perbuatan putranya itu.

" Sudah cukup dramanya!" kata Valen. Tata mendelik pada suaminya, Valen terkejut dan menjadi ciut.

" Apa maksud papa dengan drama?" tanya Revan mengerutkan keningnya.

" Pergi dan selesaikan semua, Win! Kamu juga!" kata Tata kembali tegas.

" Ma! Wina sudah mengajukan gugatan perceraian pada suaminya!" kata Revan.

" Secepat itu? Kalian berdua benar-benar sudah keterlaluan!" kata Tata geram.

" Aku juga akan melakukan itu setelah anakku lahir, Ma! Dan aku tidak akan mundur kali ini!" kata Revan mantap.

" Sayang!" panggil Valen dengan wajah memelas.

" Apa?" bentak Tata.

" Sudah! Bawa Wina menemui putri kalian di belakang!" kata Valen.

" Kau..."

" Pa?" tanya Wina dan Revan bersamaan dengan wajah bertanya-tanya.

" Apa kalian ingin papa berubah pikiran?" kata Valen kesal.

" Ayo, sayang! Trima kasih pa! Ma!" kata Revan menggandeng tangan Wina.

" Eh, siapa yang bilang mama mengijinkan kalian?" kata Tata kesal.

" Renata Wardani Abiseka!" panggil Valen dengan nama lengkap Tata. Revan telah pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

" Kamu selalu saja membuatku terlihat seperti penjahat dan kamu ppenolongnya!" kata Tata cemberut.

" Apa kamu tidak kasihan melihat putramu sampai bersujud seperti itu?" tanya Valen yang duduk di sebelah istrinya.

" Tapi aku belum selesai!" kata Tata.

" Sudah! Lampiaskan saja kemarahan dan kekesalanmu padaku!" kata Valen memeluk istrinya itu.

" Kamu benar! Aku belum menghukummu karena pergi begitu lama tanpa kabar berita!" rengek Tata.

" Iya! Kamu boleh menghukumku sesukamu! Asal jangan larang aku untuk yang satu itu!" kata Valen dengan senyum smirknya.

" Cih! Sudah tua masih saja mesum! Malu sama Umur, Val" kata Tata memukul dada suaminya pelan.

" Aku semakin bergairah saat kamu memanggil namaku seperti itu!" bisik Valen.

" Ap...apa? Dasar Opa-opa mesummmmm!" teriak Tata lalu berdiri dan meninggalkan Valen yang tertawa melihat sikap genas istrinya.

Terdengar desahan dan erangan pada sebuah kamar, malam itu jam sudah menunjuk pada angka 1, penyatuan itu baru saja akan usai.

" Akhhhhhh!" teriak mereka berdua akibat pelepasan kenikmatan yang terjadi secara bersamaan.

" Thank you, baby! I love you so much!"

" I love you more, darling!"

" Apa sakit?"

" Nggak! Dia sepertinya sangat suka jika kamu berkunjung!"

" Serius? Apa aku harus sering-sering datang? Agar dia bisa tertawa keras?"

" Dasar pencari kesempatan dalam kesempitan!"

" Karena kamu memang sempit saat hamil besar begitu, sayang!"

" Ishhhh! Nyesel aku mengatakan itu!"

" Lagi, ya, sayang! Dia kayaknya tegang lagi!"

" No! Stop! Aku lelah!"

" Please, sekaliiiiii aja!"

" Bog no, Andra!" teriak Reva lalu memunggungi suaminya itu.

" Begini juga boleh, sayang!" goda Andra.

" Awas aja kalo berani menyentuhku! 3 bulan aku akan membuatmu puasa!" ancam Reva.

" Astaga! Bisa karatan dan lumutan, sayang!" kata Andra dengan wajah kecut.

" Biar aja! Kalo perlu di gosok sama gergaji!" kata Reva kesal.

" Idih! Kejam sekali istriku ini! Ingat sama calon anak kita, sayang!" kata Andra bergidik membayangkan kata-kata Reva. Hihihi! Rasain! Sapa suruh otak mesum dipelihara! batin Reva tertawa.

avataravatar
Next chapter