115 Kehilangan

Up : Senin, 18/01/2021 - Pukul 18.40 WIB

____________________________________________

Selama 3 hari di rawat di RS, Revan selalu melihat aktivitas Wina lewat CCTV yang ada di rumahnya. Suatu hari Wina meminta pada Eros untuk menemui Revan dan Revan memberikan izinnya. Revan sangat senang karena Wina mau bertemu dan melihatnya.

" Aku tahu kamu masih mencintaiku, Win! Aku janji nggak akan ragu lagi pada hatiku! Aku mencintaimu Winona Alvaro!" ucap Reva menatap wajah Wina di ponselnya.

Revan yang sudah mendingan tidak mau terlihat lemah dihadapan Wina. Dia sengaja mandi dan mengenakan pakaian rumah untuk menyambut istrinya. Revan duduk di sofa sambil melihat ponsel, jantungnya berdetak sangat kencang menanti kedatangan Wina.

" Bisa berhenti sebentar di toko bunga?" tanya Wina pada sopir Revan.

" Siap, Nyonya!" jawab sopir itu. Mereka berhenti di sebuah toko bunga yang terdapat di sepanjang jalan.

" Jangan bilang pada Bos kamu kalo kita kesini, aku ingin memberikan dia kejutan!" kata Wina.

" Baik, Nyonya!" jawab bodyguard Revan. Wina masuk ke dalam toko bunga yang cukup besar itu diikuti oleh 3 bodyguard Revan. Wina melihat-lihat bunga dan berbincang-bincang dengan pegawainya.

" Bisa aku tulis sendiri kata-katanya?" tanya Wina saat dia sudah menemukan bunga yang akan diberikannya pada Revan. Wina menulis ucapan pada Revan, tapi dia mencoretnya.

" Bisa minta lagi? Kata-katanya kurang bagus!" kata Wina.

" Silahkan!" kata pegawai bunga itu.

" Maaf, Nyonya, bisa saya lihat kartu yang salah tadi?" tanya bodyguard Revan.

" Apa lo mencurigai gueu?" tanya Wina kesal.

" Maaf, Nyonya, saya hanya menjalankan tugas!" kata BG itu.

" Jangan kurang ajar, ya! Gue akan laporkan semua ini pada Revan!" kata Wina marah.

" Maaf, Nyonya, tolong berikan!" paksa BG itu. Wina memberikan kartu yang salah itu dan dibaca oleh BG itu.

" Maaf, Nyonya! Saya salah!" kata BG itu memberikan kartu itu pada Wina.

" Gue akan ingat-ingat wajah lo!" kata Wina membuat BG itu menelan salivanya karena takut akan hukuman yang akan diberikan Bosnya. Mampus gue! batin BG itu. Wina lalu kembali menulis dan memberikan pada pegawai itu agar di letakkan pada bunga itu. Wina memberikan kartu yang diberikan Revan pada pegawai itu untuk membayar.

" Ayo!" ajak Wina sambil membawa bunga tersebut. Mereka meninggalkan toko tersebut dan pergi menuju ke RS.

Wina berjalan masuk ke dalam RS yang terbilang besar itu, jantungnya berdetak sangat kencang, entah karena akan bertemu dengan Revan atau karena hal lain. Wina naik ke lantai 3 dengan menggunakan lift dan dikelilingi BG Revan.

Wina membuka pintu kamar tempat Revan dirawat, dilihatnya pemuda itu sedang menerima telpon, wajahnya yang semula tersenyum berubah menjadi tegang dan sedih.

" Berapa lama?" tanya Revan di telpon.

" Lakukan yang kalian bisa! Gunakan Plan B!" kata Revan kemudian menutup panggilannya.

" Revan! Lo sudah baikan?" tanya Wina dengan tersenyum, hatinya sangat sedih melihat keadaan Revan saat ini. Revan melepaskan jarum infusnya dengan sengaja.

" Apa yang lo lakukan?" tanya Wina terkejut melihat apa yang dilakukan Revan dihadapannya. Darah keluar dari bekas jarum infus itu berasal.

" Bos!" panggil beberapa BG Revan. Revan menganggukkan kepalanya.

" Ada apa ini, Revan? Kenapa mereka berbaris mengelilingi kita.

" Nggak papa! Maaf jika selama ini aku menyakiti kamu terlalu dalam!" ucap Revan dengan bibir gemetar. Wina tertegun mendengar suara Revan.

" Aku tidak pernah berhubungan lagi dengan wanita sejak bersamamu, aku berusaha untuk menepis perasaanku, tapi aku gagal, Wina! Aku telah jatuh cinta padamu tanpa aku sadari!" kata Revan jujur. Wina mencari kejujuran di mata pemuda itu dan...

" Tentang pertunangan dengan Tamara adalah keinginan papa untuk menghancurkan papa Tamara yang telah menghancurkan keluarga sepupu mom!" kata Revan dengan mata berkaca-kaca. Tubuh Wina seperti lemas tanpa tenaga mendengar semua itu.

" Aku takut, Win!" kata Revan memeluk Wina dengan erat.

" Please! Maafin aku!" kata Revan lirih ditelinga Wina. Wina merasakan punggungnya basah, apa Revan menangis? batin Wina semakin merasa bersalah.

" Jangan lupain aku, Win! Semoga kamu bahagia dengan Bastian!" ucap Revan. Belum sempat Wina berbicara, terdengar rentenan suara tembakan. Dengan cepat Wina dibawa lari oleh 3 orang BG yang menjaga mereka tadi. Sementara Revan hanya diam dan mengambil sebuah pistol dari balik punggungnya. Mata Wina membulat saat melihat Revan yang memejamkan mata sambil berdiri sedikit limbung.

" Revan, No! Lepasin! Revannnnnn!" teriak Wina yang telah di bawa keluar melalui sebuah pintu rahasia. Mereka harus membius Wina agar tidak membuat kehebohan.

" Revannnn!" teriak Wina sambil terduduk dan keringat membasahi wajah dan tubuhnya.

" Sayang!" panggil Ben memeluk putrinya.

" Papa?" ucap Wina.

" Revan mana, pa?" tanya Wina.

" Kamu istirahat dulu, ya! Tubuhmu masih lemas!" kata Ben menenangkan putrinya.

" Revan mana, pa! Wina mau ketemu dia!" kata Wina. Bastian yang melihat semua itu merasa sangat kecewa dan sakit dalam hatinya.

" Iya, nak! Kamu istirahat dulu, nanti Revan akan kesini!" kata Ben mencoba menidurkan putrinya.

" Papa janji?" tanya Wina dengan wajah memohon.

" Iya! Sekarang biar Bastian yang menemani kamu, ya! Papa mau pergi dulu mengurus sesuatu!" kata Ben. Wina terkejut, dia baru menyadari jika ada Bastian di kamar itu.

" Ayo, ma!" ajak Ben.

" Mama tinggal dulu, sayang!" kata Manda pada Wina sambil mengecup kening putrinya.

" Hai!" sapa Bastian setelah Ben dan Manda keluar. Bastian mendekati tunangannya itu dan duduk di brankar dekat Wina. Wina sedikit merasa kikuk dengan keadaan ini, padahal mereka sudah pernah tidur dalam satu ranjang.

" Gimana keadaan kamu?" tanya Bastian memegang tangan Wina.

" Baik! Kamu bagaimana?" tanya Wina balik.

" Lebih baik, karena kamu sudah ada disisiku!" jawab Bastian sedih, karena Wina yang ada di hadapannya bukan Wina yang bersamanya beberapa bulan yang lalu.

" Aku sangat merindukanmu, sayang!" ucap Bastian lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Wina. Entah kenapa Wina tidak suka dengan keadaan ini, tapi Mereka sering melakukannya saat bersama. Dengan terpaksa Wina memejamkan matanya saat bibir Bastian menyentuh bibirnya dan melumatnya dengan lembut.

" Maaf, apa aku mengganggu?" tanya seseorang yang masuk tanpa permisi ke kamar rawat Wina. Wina yang terkejut dan mendengar suara yang sangat dikenalnya itu membuka matanya. Revan telah berdiri di dekat pintu masuk. Dengan cepat Wina mendorong tubuh Bastian dan Bastian menyadari jika sejak saat Wina terbangun tadi, dia telah kehilangan gadis itu. Cih! Mengganggu saja! batin Bastian.

" Ada apa?" tanya Bastian sambil berdiri menghadap pada Revan, karena bibir Wina seakan terkunci dan hanya memandangi pemuda yang berdiri tanpa melihat dirinya itu.

" Apa Om Ben ada?" tanya Revan.

" Apa kamu melihat dia ada?" tanya Bastian kesal.

" Tuan Muda?" tiba-tiba Ben muncul di belakang Revan. Revan memutar tubuhnya dan tersenyum melihat Ben dan Manda.

" Om! Aku nyari Om!" kata Revan.

" Apa Tuan Muda sudah baikan?" tanya Ben.

" Iya! Aku minta tolong sama Om mengurus sesuatu!" kata Revan.

" Apa?" tanya Ben.

" Bisa kita bicara 4 mata?" tanya Revan.

" Tentu! Ayo, kita keluar!" kata Ben. Wina menatap tubuh kedua pria yang ada di hatinya itu dengan wajah penasaran.

avataravatar
Next chapter