webnovel

KEBERSAMAAN

Sorry readers...partnya ketukar...hehehe

Aku lanjut di Kekasih Gelapku SS

____________________________________________________________________

Akhirnya Wina menggugat cerai William dan begitu juga dengan Revan yang menggugat cerai Angel, meskipun dia sangat sedih dan bersalah karena Angel kehilangan bayinya. Revan telah mengetahui tentang Angel dari orang-oarang kepercayaannya.

" Jadi mama sudah tahu?" tanya Revan.

" Iya! Mama hanya mau memberimu pelajaran!" kata Tata santai.

" Tapi mama bisa membuatku kehilangan Wina lagi, ma!" rengek Revan.

" Cih! Mana mungkin kamu kehilangan dia! Kalian sudah seperti amplop dan perangkonya!" kata Tata kesal pada putranya.

" Maaa!"

" Sudah! Apa kamu nggak malu sama putrimu?" kata Tata lagi.

" Papa harap semua akan baik-baik saja mulai sekarang! Jaga dan syukuri semua yang ada pada diri kalian.

Malam itu Reva dan suaminya lalu Revan dan istrinya makan malam bersama di kediaman orang tua mereka. Revan telah melamar Wina secara resmi tadi pagi dan Ben cukup terkejut melihat kedatangan mantan Bos beserta keluarganya itu.

" Papa harap keluarga kita bisa menjadi keluarga besar yang kuat dan bahagia!" kata Valen.

" Iya, Pa!" sahut mereka berempat.

" Win! Tolong ambilkan salad yang ada di lemari es!" kata Tata.

" Iya, ma!" jawab Wina. Wanita itu berdiri dan berjalan ke arah lemari es di dapur.

" Astaga!" ucap Wina ambigu. Kepalanya rasanya berputar, sejenak dia berpegangan pada handle pintu lemari es. Dia menggoyangkan kepalanya perlahan dengan mata tertutup. Lalu dia membuka lemari es dan mengambil salad yang ada di dalamnya. Kembali kepala Wina terasa berputar dan hampir saja dia jatuh jika tidak ada seseorang yang menahannya.

" Nona baik-baik saja?" tanya Marni.

" Iya, Mbok! Saya hanya sedikit pusing!" jawab Wina.

" Biar saya saja yang bawa!" kata Mbok Marni.

" Nggak usah, Mbok! Saya sudah nggak apa-apa!" jawab Wina yang tersenyum lalu berjalan ke arah meja makan.

" Wajah kamu pucat sekali Win!" kata Reva yang melihat adik iparnya itu. Semua orang melihat ke arah Wina.

" Iya, sayang!" sahut Revan.

" Nggak apa-apa, Kak! Hanya sedikit capek aja!" kata Wina.

" Kita selesaikan makan dulu baru kamu antar Wina pulang, Rel!" kata Valen.

" Biar dia menginap disini, ya, Pa!" kata Revan.

" No! Kalian akan menikah minggu depan, jadi kalian tidak boleh bertemu selama itu!" kata Valen tegas. Tata hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar ucapan suaminya. Cih! Kayak dia mau aja berjauhan seminggu sama aku! batin Tata.

" Pa! Kami bukan sepasang remaja!" protes Revan.

" Seminggu atau nggak jadi!" ancam Valen.

" Papa nggak asik!" sahut Revan.

Revan mengantar Wina pulang dengan membawa sendiri mobilnya. Wina mengurut pelipisnya yang terasa berdenyut.

" Kita ke Penthouse, ya, sayang!" kata Revan menggenggam tangan Wina.

" Rev!" ucap Wina yang tahu maksud dan pikiran calon suaminya itu.

" Aku kangen, sayang!" jawab Revan manja.

" Baru 2 hari kita bersama, aku lagi malas tidur sama kamu!" jawab Wina sekenanya.

" Astaga! Biasanya juga kamu yang selalu ingin memelukku!" goda Revan.

" Sudahlah! Antar aku pulang! Nina juga kasihan sudah capek gitu!" kata Wina kesal. Entah mengapa moodnya malam ini sedang tidak bersahabat. Dia begitu membenci calon suaminya itu dan malas untuk berdekatan.

" Iya! Besok kamu jangan ngantor dulu, ya! Wajah kamu pucet gitu!" kata Revan.

" Ckckck! Aku nggak mau dirumah!" jawab Wina sinis.

" Tapi kamu..."

" Ckckck! Iya! Iya! Aku di rumah!" sahut Wina kesal.

" Kamu kenapa, sayang? Kenapa marah? Apa aku berbuat salah?" tanya Revan yang heran melihat perubahan sikap Wina.

" Tidak ada! Sudahlah, Rev! Aku capek mau istirahat!" kata Wina. Revan sedih dan kecewa mendengar ucapan Wina. Wanita yang selama ini selalu tidak mau jauh darinya malam ini begitu berbeda. Kamu kenapa, Win? batin Revan yang sesekali melihat ke arah Wina. Sedangkan Wina hanya memejamkan kedua matanya merasakan kekesalannya dan kepalanya yang terasa berputar. Begitu sampai di depan pintu rumah, Wina segera keluar tanpa menunggu Revan membukakan pintu dan masuk ke dalam rumahnya. Revan yang melihat hanya mengelus dada lalu meraih putrinya dan membawanya masuk ke dalam rumah.

" Kenapa Wina, Van?" tanya Ben saat melihat calon menatunya itu keluar dari kamar cucunya.

" Revan nggak tahu, Pa! Tiba-tiba aja dia marah sama Revan!" jawab Revan sedih.

" Ada apa?" tanya Manda yang baru saja keluar dari dalam kamarnya.

" Ini, ma! Wina tadi naik ke atas gitu aja, tanpa menunggu Revan!" jawab Ben.

" Apa kalian sedang ada masalah?" tanya Manda.

" Nggak, Ma!" jawab Revan.

" Biar nanti mama yang bicara!" jawab Manda.

" Kalo begitu Revan pamit sama Wina dulu, Ma, Pa!" ucap Revan.

" Iya!" jawab Ben. Revan pergi ke kamar Wina dan mengetuk Pintu kamar Wina. Tok! Tok!

" Sayang!" panggil Revan mengetuk pintu kamar Wina. Tidak ada jawaban. Tok! Tok!

" Wina!" panggil Revan lagi. Masih sama. Manda yang melihat itu langsung mendekati Revan.

" Kamu pulang saja! Nanti mama yang akan bicara sama Wina.

" Iya, Ma!" jawab Revan lalu pamit pada Manda dan Ben.

" Sayang!" panggil Manda. Ceklek! Pintu kamar terbuka. Dilihatnya mata Wina telah berkaca-kaca.

" Kamu kenapa? Kenapa menangis?" tanya Manda panik.

" Revan jahat, Ma!" jawab Wina memeluk mamanya.

" Jahat kenapa?" tanya Manda terkejut.

" Masak dia nggak pamit sama Wina kalo mau pulang!" kata Wina. Astaga! Ada apa dengan anak ini? Bukannya tadi Revan sudah meengetuk pintu? batin Manda.

" Tadi dia mengetuk pintu ini, Win!" jawab Manda.

" Harusnya dia memaksa kalo bisa mendobraknya, ma!" jawab Wina dengan isak tangisnya.

" Iya! Iya! Nanti mama akan tegur dia!" jawab Manda akhirnya.

" Wina pengen makan kepiting asam manis, Ma!" kata Wina mengusap airmatanya dan menatap manda.

" Apa? No!" jawab mamanya.

" Mama jahat! Hikssss!" isak Wina.

" Ada apa ini? Kenapa menangis?" tanya Ben yang penasaran dengan kedua wanita yang dicintainya itu.

" Mama jahat, Pa!" ucap Wina memeluk Ben erat.

" Astaga anak ini!" ucap Manda.

" Kenapa, mama?" tanya Ben sabar. Dia menatap istrinya yang melongo melihat tingkah putrinya.

" Wina pengen makan kepiting asam manis nggak boleh sama mama!" rengek Wina.

" Bukan nggak boleh, sayang! Tapi kamu alergi kepiting!" jawab Ben.

" Papa jahat! Mama jahat! Wina pergi aja! Hiksss!" kata Wina lalu masuk dan menutup pintu kamarnya.

" Ya, Tuhan! Ada apa dengan putri kita?" Ben mengusap wajahnya frustasi.

" Pa! Apa jangan-jangan..."

" Apa?" tanya Ben.

" Win! Sayang! Mama akan bikinkan kepiting asam manis!" kata Manda lembut.

" Serius, ma?" tanya Wina tiba-tiba membuka pintu kamarnya.

" Iya!" jawab Manda.

" Wina sayangggggg sama mama!" kata Wina memeluk erat mamanya. Sementara Ben hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil bertanya-tanya akan maksud Manda.

Manda memesan kepiting yang ada telurnya di pasar online, lalu dia memasak bersama dengan PRT mereka. Setelah siap, Manda memanggil Wina agar turun ke bawah.

" Wowww! Sedap sekali baunya!" kata Wina yang sudah duduk di meja makan bersama kedua orang tua dan putrinya. Ben dan Manda hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putri mereka. Wina mengambil nasi setelah mamanya mengambilkan nasi untuk papa dan dirinya. Lalu Wina mengambil ayam goreng yang ada di meja makan juga sayur cap cay. Wina memakan dengan lahap makanannya.

" Terus kepitingnya buat apa?" tanya Ben.

" Buat papa aja! Kan Wina alergi kepiting!" jawab Wina santai.

" Mama panggil anaknya Gerry aja kesini!" kata Ben.

" Siapa yang sakit, Pa?" tanya Wina tanpa rasa bersalah.

" Papa!" jawab Ben kesal.

" Apanya yang sakit? Papa baik-baik aja! Makannya banyak! Lagian Vera kan dokter kandungan!" jawab Wina santai.

" Mama yang hamil!" jawab Ben sekenanya.