149 Kebahagiaan Angel 2

Angel memasuki RS yang jaraknya dekat dengan mansionnya. Setelah mendaftar ke spesialis kandungan, Angel duduk di ruang tunggu pasien karena pasiennya cukup banyak. Angel diperiksa sebelum nantinya akan masuk ke dalam ruang pemeriksaan.

" Saya tensi dulu, ya, bu!" kata perawat yang ada di situ.

" Iya!" jawab Angel. Lalu perawat itu memeriksa dan menanyakan beberapa pertanyaan pada Angel. Kemudian perawat itu mencatat semua hasil pemeriksaan awal dari Angel.

" Sudah, bu! Silahkan duduk di sebelah sana!" kata suster itu menunjuk ruang tunggu pasien.

" Iya, sus!" jawab Angel. Angel duduk disalah satu kursi dan melihat ke arah beberapa ibu-ibu hamil yang berada di samping dan depannya. Ada yang perutnya masih kecil dan ada yang sudah besar, ada yang diantar suaminya dan ada juga yang diantar ibunya. Angel mengusap perutnya dan tersenyum bahagia. Semoga kamu benar-benar tumbuh di rahim mama! Papamu akan sangat bahagia dengan kabar ini! batin Angel.

Beberapa saat kemudian satu-persatu pasien masuk ke dalam ruang pemeriksaan sesuai panggilan dari perawat.

" Sudah berapa bulan, Bu?" tanya Angel pada ibu di sebelahnya.

" Jalan 7 bulan!" jawab si ibu.

" Anak ke berapa?" tanya Angel.

" Ke 5!" jawab ibu itu lagi. Angel terkejut tapi ditahannya, kuatir dia dianggap tidak sopan.

" Kamu tidak kaget?" tanya ibu itu.

" Kenapa harus kaget? Bukannya memiliki anak adalah hal paling membahagiakan di dunia ini?" kata Angel.

" Iya juga! Tapi kalo punya anaknya karena jenis kelamin, apa bisa dikatakan bahagia?" tanya ibu itu kesal.

" Memangnya kenapa, bu?" tanya Angel penasaran.

" Anak saya 4 orang perempuan semua! Suami saya sangat pengen anak laki-laki! Kalo saya nggak mau hamil, suami saya akan menikah lagi dengan wanita lain yang bisa ngasih anak laki-laki!" jelas ibu itu dengan airmata yang telah meleleh di pipinya.

" Maaf, bu! Bukan maksud saya membuat ibu sedih!" kata Angel.

" Tidak apa-apa! Saya sedikit lega bisa mengatakan unek-unek saya! Karena saya hanya sendirian di dunia ini!" kata ibu itu lagi.

" Apa ibu tidak punya keluarga?" tanya Angel kasihan.

" Tidak! Karena itu suami saya bisa semena-mena dengan saya!" jawab ibu itu terisak.

" Sabar, ya, bu! Saya do'akan semoga kali ini anak ibu laki-laki!" kata Angel.

" Iya, mbak! Trima kasih!" jawab ibu itu.

Angel merasa kasihan pada ibu itu, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena dia tidak berhak mencampuri urusan rumah tangga mereka. Apakah kamu juga menginginkan anak laki-laki, Mas? Apakah jika aku melahirkan anak perempuan kamu akan senang? tanya Angel dalam hati.

" Nyonya Angel Abiseka!" panggil perawat.

" Iya!" jawab Angel lalu berdiri dan masuk ke dalam ruang dokter.

" Selamat siang, Bu Angel!" sapa dokter.

" Siang, dok!" jawab Angel.

" Ini pertama kali datang?" tanya dokter.

" Iya, dok!" jawab Angel.

" Sudah diperiksa, Sus?" tanya dokter.

" Ini, Dok!" jawab suster itu menyerahkan hasil pemeriksaan awal yang tadi dilakukan perawat saat Angel masuk ke ruang tunggu.

" Silahkan tiduran di brankar! Saya akan memeriksa ibu!" kata dokter itu. Angel membaringkan tubuhnya di atas brankar dibantu oleh perawat disana. Lalu setelah siap, dokter itu berdiri dari kursinya dan mendekati Angel.

" Apa ada keluhan, bu?" tanya dokter.

" Dada saya terasa nyeri kalo muntah, dok!" kata Angel. Dokter itu kemudian memeriksa dada dan nadi Angel.

" Kita lihat dulu janinnya, ya, bu!" kata dokter. Wajah Angel membulat sempurna saat melihat layar di atas yang menampakkan rahimnya.

" Selamat, ya, bu! Ini calon bayi ibu, masih kecil!" kata dokter itu. Tanpa terasa airmata Angel menetes di pipinya.

" Benarkah, dok?" tanya Angel tidak percaya.

" Iya, Bu!" jawab dokter itu.

" Sudah, Bu! Silahkan duduk lagi!" kata dokter itu melepaskan sarung tangannya dan membuangnya ke tempat sampah medis. Lalu dia menulis rekam medik milik Angel.

" Ini saya berikan vitamin untuk ibu dan calon bayi ibu! Satu minggu lagi saya harap ibu datang lagi untuk kontrol!" kata dokter itu.

" Iya, dok!" jawab Angel.

" Hati-hati, ya, bu! 3 bulan pertama itu sangat rentan, meskipun kandungan ibu cukup kuat!" kata dokter.

" Iya, dok! Trima kasih!" jawab Angel.

Angel sangat bahagia dengan semua ini, dia tidak henti memandangi foto hasil usg calon bayinya yang masih sebiji kacang hijau.

" Tumbuhlah dengan sehat, ya, nak! Jadilah anak yang kuat dan hebat! Mama akan selalu bersamamu dan melindungimu hingga kamu dewasa dan mandiri!" kata Angel terharu.

" Anak pertama, Bu?" tanya sopir online yang ditumpangi Angel.

" Iya, Pak!" jawab Angel.

" Pasti sangat dinantikan!" kata sopir itu lagi.

" Iya! Suami saya belum tahu!" jawab Angel.

" Selamat, ya, Bu! Semoga sehat ibu dan jabang bayinya!" kata sopir itu.

" Iya, Pak! Trima kasih!" jawab Angel.

Angel sudah tidak sabar untuk memberitahukannya pada Revan tentang kehamilannya itu. Angel Mencoba untuk menghubungi suaminya, tapi tidak bisa. Mungkin dia sedang meeting, lalu dia mencoba menghubungi Jim. Sama! Tidak diangkat. Kemana mereka? Biasanya jam segini mereka sedang makan siang. Angel merasa perutnya mual dan ingin muntah. Hoe...Hoe....!

" Pak! Bisa berhenti sebentar?" tanya Angel yang langsung direspon oleh sopir tersebut. Ciiitttttt! Bunyi mobil direm secara mendadak. Dengan cepat Angel keluar dan memuntahkan semua makanan yang baru saja dimakan.

" Hoek! Hoek!...Hoekkkk!"

" Apa sebaiknya kita kembali lagi ke Rs, Bu!" ajak sopir itu.

" Nggak usah, Pak! Ini sudah biasa buat kehamilan 3 bulan pertama!" jawab Angel mengusap bibirnya dengan tissue yang diberikan oleh sopir itu.

" Trima kasih!" kata Angel.

" Iya, Bu!" jawab Sopir itu.

Mereka kemudian melanjutkan perjalanan setelah dirasa Angel tidak lagi merasa mual dan pengen muntah. Cringggg! Sebuah pesan masuk.

Suamiku

@ Aku pulang

Angel tersenyum membaca pesan dari suaminya.

@ Iya, sayang

@ Aku punya kejutan untukmu

Ketik Angel dengan wajah berseri-seri.

" Halo, Mbok!" sapa Angel yang sedang menghubungi Minah.

" Halo, Nyonya!" jawab Minah.

" Apa suamiku di kamar?" tanya Angel.

" Tidak ada, Nyonya! Bukannya Tuan ada di luar negeri!" jawab Minah. Tidak ada? Tapi dia bilang barusan kalo dia pulang! batin Angel.

" Tunggu aja, Mbok!" kata Angel lagi.

" Iya, Nyonya!" jawab Minah. Angel mematikan panggilannya dan diam.

" Kita ke Jl. Bandung aja, Pak!" kata Angel.

" Baik, Bu! Tapi tolong aplikasinya diperbaiki dulu!" kata sopirnya.

" Iya, Pak!" jawab Angel. Angel merubah tujuan aplikasinya sambil bertanya-tanya kemana Revan.

Waktu yang harusnya bisa ditempuh dalam 30 menit berubah menjadi 1 jam karena kemacetan siang itu. Angel yang sedang hamil jadi terlihat sering emosi melihat pengendara motor yang seenaknya sendiri berhenti kadang memotong jalan di depannya.

" Dasar, nggak tahu diri! Dah tahu lagi macet, bisa-bisanya maju terus!" gerutu Angel.

" Sabar, Bu! Memang sudah saatnya makan siang, mungkin mereka cepet-cepet pengen makan!" hibur sopir itu.

" Nggak gitu juga, Pak! Emang nggak punya otak kali!" sergah Angel. Sopir itu hanya diam dan mengelus dada. Duh, Bu Angel! Sabar napa! Nanti anaknya kayak itu orang, mau? Xixixixi...

Akhirnya mereka bisa keluar dari kemacetan dan akan tiba beberapa menit lagi.

" Stop! Stop, Pak!" teriak Angel tiba-tiba. Ciiitttttt! Bunyi rem mobil karena diinjak mendadak.

" Astaga, Bu! Kira-kira dong berhentinya!" jawab sopir itu. Dengan cepat Angel turun dari mobil dan berlari ke arah parkiran sebuah restoran. Plakkk! Sebuah tamparan mendarat di pipi seorang wanita.

" Auchhhhh!"

" Dasara pelakor nggak punya malu!" teriak Angel.

" Angel! Apa yang kamu lakukan?" teriak seorang pria menarik tangan Angel.

" Apa ini yang kamu bilang pulang, Mas?" tanya Angel.

" Siapa dia, Rev?" tanya wanita itu.

" Sorry, Lin! Dia istriku!" jawab Revan.

avataravatar
Next chapter